Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebutuhan Pokok l Terbatasnya Pasokan Akibat Padi Masih dalam Masa Tanam

Harga Beras Pemicu DKI Alami Inflasi 0,43 Persen

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Inflasi Januari 2018 di Jakarta cukup terkendali, terutama dikontribusi oleh kelompok administered prices yang menglami deflasi.

JAKARTA - Di tengah kenaikan harga-harga komoditas pangan di awal tahun 2018, inflasi di Ibu Kota pada bulan Januari cukup terkendali. Tercatat, DKI Jakarta mengalami inflasi 0,43 persen (month to month/mtm) atau 3,14 persen (year on year/yoy).

Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, Dewi Kundalini Saraswati mengatakan inflasi terbesar bulan Januari 2018 terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 2,28 persen. Terutama disebabkan tingginya inflasi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, yaitu naiknya harga pada komoditi beras.

"Andil inflasi terbesar inflasi di DKI berasal dari komoditi beras yakni sekitar 0,1775 persen," ujar Dewi di Jakarta, Kamis (1/2).

Selain beras, lanjut Dewi, daging ayam ras dan upah pembantu rumah tangga juga turut menjadi penyebab terjadinya inflasi di Ibu Kota dengan masing-masing kontribusi sebesar 0,0642 persen dan 0,0380 persen. Sementara di bulan Desember 2017, DKI Jakarta mengalami inflasi 0,65 persen yang didorong oleh sumbangan inflasi dari kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,35 persen.

"Untuk laju inflasi di bulan Januari dan inflasi DKI Jakarta tahun 2018 tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 2,28 persen, dan kedua terbesar pada kelompok pengeluaran sandang 0,49 persen, serta urutan ketiga adalah pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,40 persen," urai dia.

Sementara itu, Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Fadjar Majardi mengungkapkan komoditi beras menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi di Jakarta karena menurunnya pasokan beras dari daerah produsen. Saat ini, tanaman padi di beberapa daerah sentra utama masih dalam masa tanam yang berdampak pada terbatasnya pasokan.

"Tapi langkah PT Food Station Tjipinang Jaya sebagai BUMD DKI dalam bidang pangan telah menahan gejolak harga beras lebih lanjut melalui tata kelola stok manajemen di Pasar Beras Induk Cipinang, kegiatan operasi pasar beras bersama Bulog, pengawasan di gudang-gudang dan komunikasi yang baik kepada masyarakat," ungkap Fadjar.

Sedangkan untuk kenaikan harga daging ayam ras yang turut memberikan andil inflasi DKI Jakarta, disebabkan oleh dampak lanjutan dari berkurangnya pasokan Day Old Chick (DOC). Dan juga distribusi vaksin ayam yang belum merata.

Masih Terkendali

Kendati demikian, Fadjar menyebutkan inflasi Januari 2018 di Jakarta cukup terkendali. Terutama dikontribusi oleh kelompok administered prices yang mengalami deflasi.

Walau terdapat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi seperti pertamax dan pertalite, lanjut dia, tarif transportasi yang turun cukup dalam mampu menarik kelompok administered prices ke bawah. Tarif angkutan udara dan kereta api masing-masing turun sebesar 9,07 persen (mtm) dan 6,49 persen (mtm).

"Hal tersebut terjadi seiring dengan berakhirnya libur panjang akhir tahun," tutup Fadjar.

Walau lebih tinggi dibandingkan rata-rata tiga tahun sebelumnya yang sebesar 0,27 persen (mtm), perkembangan inflasi di DKI Jakarta lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional, yang tercatat sebesar 0,62 persen (mtm).nis/S-1

Komentar

Komentar
()

Top