Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Guardiola Pelatih Terbaik

Foto : AFP/GLYN KIRK
A   A   A   Pengaturan Font

Tuduhan pelanggaran Financial Fair Play membuat Manchester City terancam sanksi larangan bermain di Liga Champions

LONDON - Usai merebut mahkota Liga Inggris, penghargaan lain juga diraih pelatih City Pep Guardiola. Pelatih asal Spanyol itu menyisihkan Jurgen Klopp untuk merebut trofi "Pelatih Terbaik" untuk kedua kalinya. Guardiola berhak mendapatkan penghargaan yang diberikan Asosiasi Pelatih Liga Inggris, Selasa waktu setempat.

City yang dilatih Guardiola mempertahankan gelar Liga Inggris dengan unggul satu poin di atas Liverpool yang dilatih Klopp. Kedua klub bersaing ketat dalam perlombaan gelar yang mendebarkan musim ini.

Setelah juga memenangkan trofi Piala Liga, tim asuhan Guardiola bisa finis dengan tiga gelar domestik pertama dalam sepakbola Inggris. Mereka menghadapi Watford pada final Piala FA di Wembley, Sabtu.

Guardiola mendapatkan suara lebih banyak dari Jurgen Klopp, diikuti pelatih Tottenham Mauricio Pochettino, yang telah membawa timnya ke final Liga Champions pertama mereka, dan Nuno Espirito Santo dari Wolves, yang finis di posisi ketujuh pada musim pertama mereka kembali kompetisi papan atas.

Guardiola merupakan pelatih Liga Primer ketiga yang mampu mempertahankan gelar setelah Sir Alex Ferguson dan Jose Mourinho.

"Merupakan sebuah kehormatan bisa menerima penghargaan ini," ujar Guardiola. "Saya ingin membagi kebahagian ini dengan para pemain saya karena mereka adalah segalanya, kepada staf saya karena kami banyak berjuang lawan semua manajer di Liga Primer Inggris, terutama Jurgen Klopp, pesaing luar biasa yang harus dihadapi hingga akhir," sambungnya.

"Sungguh menyenangkan bermain lawan semua mereka dan semoga melakukan pertempuran besar lagi untuk memenangkan gelar yang luar biasa," tandasnya.

Terancam sanksi

Sementara itu Badan sepakbola Eropa UEFA dan Liga Premier memulai penyelidikan tahun ini setelah tuduhan yang dimuat di majalah Jerman Der Spiegel bahwa Manchester City melanggar aturan Financial Fair Play (FFP).

The New York Times, awal pekan ini mengatakan bahwa anggota dewan investigasi dan kontrol keuangan UEFA dibentuk untuk menganalisis rekening klub yang diduga melanggar peraturan FFP. Dewan itu bertemu pekan lalu di Swiss untuk menyelesaikan kesimpulan mereka.

"Pemimpin panel investigasi, mantan perdana menteri Belgia Yves Leterme, akan memiliki keputusan akhir tentang pengajuan tuduhan pelanggaran ke ruang pengadilan yang dapat diajukan pekan ini. Klub yang melakukan pelanggaran setidaknya akan mendapatkan larangan satu musim," demikian diungkap New York Times.

City mengatakan mereka sepenuhnya bekerja sama dengan investigasi yang sedang berlangsung. "Dalam melakukan hal itu klub bergantung pada independensi dan komitmen untuk proses yang seharusnya; dan pada komitmen UEFA 7 Maret lalu bahwa 'tidak akan membuat komentar lebih lanjut tentang masalah ini sementara penyelidikan sedang berlangsung'," demikian pernyataan City, Selasa (14/5) waktu setempat.

"Laporan New York Times yang mengutip sumber dekat dengan kasus ini, sangat memprihatinkan. City melihat niat baik kami untuk mendukung penyelidikan lebih lanjut sedang disalahartikan oleh individu yang bermaksud merusak reputasi klub dan kepentingan komersialnya. Atau keduanya."

New York Times juga melaporkan, belum jelas apakah larangan tersebut, jika dijatuhkan, akan diberlakukan musim depan atau pada 2020- 2021. Kualifikasi Liga Champions akan dimulai pada Juni dan hanya ada sedikit waktu untuk membuat keputusan terkait sanksi tersebut.

Manchester City akan memiliki hak untuk mengajukan banding atas larangan itu ke Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga (CAS).

City didenda 60 juta euro karena pelanggaran terkait gaji pemain dan belanja klub pada 2014. Namun klub itu mengatakan klaim yang dibuat di Der Spiegel adalah upaya terorganisir dan jelas untuk merusak reputasi mereka. ben/AFP/S-1

Penulis : Benny Mudesta Putra, AFP

Komentar

Komentar
()

Top