Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Global Fund: Konflik dan Perubahan Iklim Mengancam Upaya Melawan Penyakit

Foto : OCHA/Ayub Ahmed

Tempat penampungan yang terendam banjir di Baidoa, Somalia.

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Perubahan iklim dan konflik mengancam kemajuan upaya perang melawan penyakit menular seperti AIDS, TBC, dan malaria, sebuah kelompok yang berdedikasi untuk memberantas penyakit tersebut memperingatkan pada hari Kamis (19/9).

Dunia telah berhasil mengabaikan dampak buruk pandemi Covid-19 terhadap upaya mengatasi penyakit lain, kata Global Fund yang berpusat di Jenewa.

Namun, dunia masih menghadapi "krisis termasuk perubahan iklim, konflik dan kekacauan politik, terkikisnya hak asasi manusia dan serangan terhadap kesetaraan gender, resistensi antimikroba, serta meningkatnya utang dan masalah ekonomi".

Hal ini "menempatkan orang-orang termiskin dan terpinggirkan pada risiko lebih besar terhadap penyakit menular", kata lembaga tersebut dalam laporan tahunannya.

Global Fund telah menyuntikkan lebih dari lima miliar dollar pada tahun 2023 untuk memerangi AIDS, tuberkulosis, dan malaria, penyakit yang membunuh ratusan ribu orang setiap tahun dan memengaruhi jutaan lainnya.

Kemajuan signifikan telah dicapai dalam perang melawan malaria, dengan dosis vaksin yang tersedia untuk melawan penyakit tersebut.

Namun dari ketiga penyakit sasaran utama lembaga dana tersebut, penyakit malaria yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim.

Pada tahun 2023, lembaga tersebut mendistribusikan 227 juta kelambu dan mengobati 171 juta pasien malaria.

Tetapi, meningkatnya suhu dan banjir parah memungkinkan nyamuk mencapai wilayah yang sebelumnya terlalu dingin atau terlalu kering, lalu berkembang biak.

Malaria membunuh lebih dari 600.000 orang setiap tahun, 95 persen di antaranya di Afrika, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Di Afrika, anak-anak di bawah usia lima tahun menyumbang hampir 80 persen kematian.

Konflik yang memecah belah daerah endemis malaria juga menghambat upaya melawan penyakit tersebut, kata direktur eksekutif dana tersebut, Peter Sands.

Hal ini diperparah dengan resistensi terhadap insektisida dan perawatan tertentu serta penurunan jumlah yang tersedia per kepala untuk memerangi wabah yang ditularkan melalui nyamuk.

Untuk ketiga penyakit yang menjadi prioritas dana tersebut, "perubahan iklim menimbulkan ancaman yang mendalam dan meningkat dengan cepat", sementara Sands berpendapat bahwa "migran iklim sangat rentan" terhadap tuberkulosis.

Sementara itu konflik yang meluas "dari Sudan hingga Ukraina, Timur Tengah hingga Sahel" telah mepmengaruhi perawatan kesehatan dengan "dampak yang menghancurkan bagi komunitas termiskin dan paling rentan", kata lembaga tersebut.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top