Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Geopark Meratus Tempat Batuan Tertua Terbentuk

Foto : ANTARA/Bayu Pratama
A   A   A   Pengaturan Font

Peristiwa geologis di Kalimantan selatan yang berlangsung lama menciptakan berbagai jenis batuan. Batuan yang tersingkap itu umumnya mencapai hampir 200 juta tahun, sehingga menjadikan tempat ini masuk dalam kategori laboratorium alam geologi tertua.

Secara geologi wilayah Kalimantan selatan cukup tua dengan proses pembentukannya sangat kompleks. Hal ini ditandai dengan adanya berbagai jenis batuan yang berada di kawasan Geopark (Taman Bumi) Meratus yang umurnya mencapai sekitar 190 juta tahun atau tergolong tertua di Indonesia.
Menurut peneliti dari Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ruly Setiawan, Geopark Meratus memiliki banyak geosite menjadi bahan untuk mempelajari sejarah Bumi. Geosite-geosite yang ada menjadi bukti-bukti bagi terjadinya proses geologi.
"Kita bisa mempelajari sejarah Bumi dari Pegunungan Meratus, karena di sini ada bukti-bukti terjadinya proses geologi yaitu tumbukan antara lempeng benua dan samudra hampir mencapai 200 juta tahun yang lalu," kata Ruly.
Sebagai salah satu bukti, kata dia, sudah banyak hasil riset dan jurnal baik dalam maupun luar negeri mengenai Pegunungan Meratus. Di kawasan ini juga ditemukan jejak awal peradaban manusia dengan temuan fosil manusia purba di beberapa gua.
Menurut penelitian, Pegunungan Meratus tersusun oleh kelompok batuan ultramafik, malihan, melange dan terobosan (seri Ofiolit). Batuan-batuan yang dapat dilihat di permukaan Bumi ini diperkirakan berumur 150-200 juta tahun yang lalu.
Batuan ultramafik atau beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi. Batuan malihan (metamorf) berasal dari transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya.
Batuan melange didefinisikan sebagai batuan yang terbentuk dengan cara tercampur seluruhnya akibat adanya aktivitas pergerakan dua kerak Bumi. Sedangkan ofiolit merupakan penggalan kerak samudra dan lapisan mantel atas di bawahnya yang terangkat atau terpindahkan dan tersingkap di bagian tepi kerak benua.
Geopark Meratus terbentang seluas 600 kilometer persegi dan memiliki pola struktur yang berkembang di Pulau Kalimantan mengarah dari timur laut ke barat daya. Pola ini tidak hanya terjadi pada struktur-struktur sesar, tetapi juga pada arah sumbu lipatan.
Perbukitan tutupan yang berarah timur laut-barat daya dengan panjang sekitar 20 kilometer terbentuk akibat pergerakan 2 (dua) patahan anjakan yang searah. Salah satunya dikenal dengan nama Dahai Thrust Fault yang memanjang pada kaki bagian barat perbukitan tutupan.
Menurut Reinout Willem Van Bemmelen (1949), Pegunungan Meratus merupakan jahitan/sutur mesotethys hasil benturan antara mikrokontinen Schwaner dan Paternoster pada kapur awal yang emplasemennya dengan cara obduksi lempeng samudra lepas, lalu naik ke permukaan karena ekshumasi Paternoster dibawahnya.
Ekshumasi adalah terangkatnya kembali suatu massa yang pernah tenggelam. Oleh karenanya Geopark Pegunungan Meratus disebut memiliki aktivitas tektonik, hal ini didasarkan atas 2 (dua) sutur tektonik yang dikaji melalui evolusi metamorfik dan dibatasi oleh mikrokontinen Paternoster.
Sutur Pertama adalah sisa dari Akresi Jura yang terletak dibagian barat mikrokontinen yang tergambarkan dalam Sutur Meratus. Sabuk metamorf memanjang dari Laut Jawa yang menerus ke utara sampai pada Tinggian Mangkalihat atau bagian barat Sulawesi Tengah.
Sutur kedua adalah Kompleks Akresi Kapur yang terletak di Timur mikrokontinen. Sutur tersebut memanjang dari Karangsambung di Kebumen Jawa Tengah menuju Bantimala-Latimojong-Pompange Sulawesi bagian barat
Pegunungan di Kalimantan selatan umumnya adalah sebuah pegunungan ofiolit yang sejak Paleogen telah terletak di sebuah wilayah yang jauh dari tepi-tepi konvergensi lempeng. Pegunungan Meratus mulai terangkat pada Miosen Akhir dan efektif membatasi Cekungan Barito di sebelah baratnya pada Plio-Pleistosen.
Batuan ofiolit tersingkap akibat obduksi dari Mikrokontinen Paternoster terhadap Sundaland pada era Kapur Awal 137-110 juta tahun yang lalu. Pada periode ini, kerak benua yang berada di belakang (tenggara) Mikrokontinen Paternoster, yaitu Blok Sulawesi selatan mulai menunjam ke bawah dari mikrokontinen tersebut dan mulai terjadi proses obduksi hingga kolisi pada zaman Kapur Akhir.
Sehingga seri ofiolit yang berada di Meratus dan Karangsambung - Ciletuh, memiliki umur dan periode yang tidak sama. Proses subduksi-obduksi dan kolisi dari mikrokontinen Paternoster terhadap Sundaland yang akhirnya membuat batuan seri ofiolit tersingkap keatas.
Periode aktivitas tektonik dalam pembentukan Kalimantan selatan yang turut membentuk Pegunungan Meratus. Keterdapatan batuan penyusun seri ofiolit meratus dan cekungan sedimen, terbagi menjadi 8 (delapan) proses periode geologi.
Untuk periode paling awal terjadi pada Pra Tersier/Jura Awal antara 190-165 juta tahun yang lalu. Sedangkan yang paling muda pada Periode 6 pada Eosen-Miosen terjadi antara 56-23 juta tahun yang lalu.

Pengajuan ke Unesco
Pegunungan Meratus telah ditetapkan sebagai kawasan Geopark Nasional sejak 2018. Saat ini pihak Badan Pengelola Geopark Meratus tengah dalam proses pengajuan kawasan ini menjadi Unesco Global Geopark (UGG).
Secara konsep UGG merupakan wilayah geografis tunggal yang menyatu, dimana situs geologi dan bentang alamnya dikelola secara holistik. Komponen pengembangannya kawasan meliputi pengembangan masyarakat, pembangunan ekonomi, dan konservasi.
Upaya yang sudah dilakukan untuk menjadikan Geopark Meratus menjadikan sebagai UGG lain perbaikan fasilitas pendukung dan akses menuju situs geologi. Sosialisasi mengenai konservasi situs geologi ke sekolah-sekolah dan kelompok sadar wisata.
Badan Pengelola Geopark Meratus juga telah membangun pusat informasi di Taman Hutan Rakyat Sultan Adam di Kabupaten Banjar. hay/I-1

5 Geosite Prioritas bagi Para Traveler

Geopark Meratus memiliki beberapa geosite atau sebuah situs atau tempat yang diidentifikasi untuk pengembangan ilmu kebumian, konservasi, mendukung ekonomi masyarakat dan sebagai daya tarik wisata.
Beberapa geosite yang menjadi prioritas bagi wisatawan adalah Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, Pendulangan Intan, Tanjung Dewa, Batu Besar,dan Pantai Sekoyang.
Tahura Sultan Adam, Kabupaten Banjar di Kalimantan Selatan memiliki luas 112.000 hektare. Tempat wisata ini tersebar di enam kecamatan yaitu Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar, Karang Intan di Banjar, Pelaihari di Tanah Laut, Batu Ampar di Tanah Laut, Jorong di Tanah Laut, dan Kintap di Tanah Laut.
Berdasarkan Keppres RI Nomor 52 tahun 1989, Tahura Sultan Adam terdiri dari beberapa kawasan, antara lain kawasan Hutan Lindung Riam Kanan, Kawasan Kinain Buak, Suaka Margasatwa Pelaihari - Martapura, dan Hutan Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.
Sebagai geosite dari Geopark Meratus, Tahura Sultan Adam menyuguhkan banyak keindahan dan keunikan. Di sini pengunjung bisa mencoba berbagai wisata yang seru di alam terbuka. Pengunjung bisa melakukan penyembuhan (healing) dan mandi (bathing) di hutan untuk menenangkan hati dan pikiran.
Di dalamnya terdapat tiga air terjuan pertama Air Terjun Mandi Angin, kedua Air Terjun Mandin Putri Kembar dan ketiga Air Terjun Tirai Hujan. Selain itu ada Kolam Pemandian Meneer Belanda dengan ukuran 30 x 50 meter. Kolam peninggalan Belanda ini dulunya untuk melayani tamu-tamu Eropa yang datang.
Menurut catatan sejarah, kolam beserta bangunan yang ada di sekitarnya dibangun oleh arsitek AW Rynders pada 1939. Situs peninggalan Belanda lainnya yang ada di Taman Hutan Raya Sultan Adam adalah Benteng Belanda. Berdiri di sebuah bukit sebagai bentuk pertahanan Belanda dari serangan.
Pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka Kabupaten Banjar juga menjadi geosite prioritas untuk ditawarkan kepada wisatawan. Desa Pumpung selama ini wisatawan dapat melihat proses penambangan intan secara tradisional oleh masyarakat.
Status geopark aktivitas pendulangan intan tersebut tetap dipertahankan, dengan dilengkapi berbagai fasilitas pendukung, seperti pusat informasi, perkantoran, ruang pamer, pintu gerbang Geopark Meratus, atraksi mendulang intan, hingga pembuatan tulisan penanda Geopark Meratus di bundaran Simpang Empat.
Saat ini geosite penambangan intan di Desa Pumpung adalah satu-satunya yang tersisa di dunia selain di Afrika. Tempat ini ditetapkan menjadi pintu gerbang bagi Geopark Meratus karena posisi strategis.
Objek wisata prioritas di Kawasan Geopark Meratus selanjutnya adalah Pantai Tanjung Dewa di Kabupaten Tanah Laut. Pantai yang menghadap arah barat ini berada di Desa Tanjung, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut.
Pantai cantik ini bertambah menarik karena dekat dengan Pulau Datu. Jarak Pulau Datu dengan bibir pantai Tanjung Dewa yang berjarak sekitar 1 kilometer. Pulau yang terjadi karena aktivitas geologis ini merupakan tujuan wisata religi di Kalimantan selatan.
Di pulau religi ini juga menjadi tempat peristirahatan dari tokoh pembesar Banjar yaitu Sultan Hamidinsyah.
Potensi Pantai Tanjung Dewa sebagai sebuah tempat destinasi wisata adalah karena suasananya yang tenang, teduh, nyaman, dan juga aman serta menyimpan banyak kekayaan bahari. Sepanjang mata memandang pengunjung akan menemukan deretan pohon kelapa dan pohon ketapang dikombinasikan dengan hamparan sawah dan ladang.
Salah satu daya tarik utamanya adalah kekayaan alamnya di kawasan Pantai Tanjung Dewa adalah berupa ikan laut yang melimpah. Wisatawan yang menyeberang ke Pulau Datu, bila beruntung dapat melihat lumba-lumba mencari makan di perairan yang kaya biota laut ini.
Di Desa Batu Besar, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, terdapat batu raksasa yang dari jenis plagiogranit. Tim penilai Internasional Geopark yang berkunjung di Kalsel pada 2019 menyatakan batuan itu sebelumnya hanya ditemukan dua negara yaitu Yunani dan Prancis.
Sebagai batuan yang langka umur pembentukan plagiogranit bisa mencapai 150 juta tahun yang lalu. di tempat itu batuan ini ada di sepanjang Pegunungan Meratus. Bersama jenis batuan lain tempat ini menjadi bukti kekayaan warisan geologis. Dengan batuan ini menjadikan Geopark Meratus di Tanah Bumbu berpotensi menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Geopark Meratus termasuk Pulau Laut di Kabupaten Kotabaru. Di sini terdapat Pantai Sekoyang di desa Semisir, Kecamatan Pulau Laut Tengah yang juga menjadi prioritas pengembangan. Yang menarik dari pulau ini adalah adanya batu rijang, atau jenis batuan endapan silikat kriptokristalin dengan permukaan licin (glassy) yang biasa disebut "batu api". Umumnya ketika diadu dengan baja atau batu lain akan memercikkan bunga api.
Hamparan berbatu karena posisi bebatuan tersebut berada di tepi pantai hingga menjorok ke arah laut dengan dikelilingi pasir putih. Saat air laut pasang sebagian batu tersebut tenggelam ke dalam air laut. Saat ini kondisi batuan rijang di Pantai Sekoyang masih terjaga dengan baik. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top