Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Geopark Karangsambung, Lantai Samudra yang Tersingkap

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Karangsambung mengandung berbagai fenomena geologi unik yang jarang ditemukan di tempat lainnya, bahkan di dunia. Tempat ini yang dulunya merupakan lantai samudra, memberi sumbangan berarti bagi pembuktian teori lempeng tektonik.

Cagar Alam Geologi Karangsambung berada di Pegunungan Serayu Selatan, sekitar 20 kilometer utara Kota Kebumen. Di tempat yang dikelola oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), para akademika mempelajari ilmu kebumian, termasuk masyarakat umum yang ingin berwisata edukasi.
Dengan keragaman jenis dan keunikan sejarah geologinya, Karangsambung merupakan kawasan cagar alam geologi terlengkap di Asia tenggara. Selain sebagai episentrum pendidikan kebumian, kawasan ini sedang dirintis menjadi National Geopark sebelum menjadi UNESCO Global Geopark.
Hal unik dari Karangsambung yang memiliki ketinggian rata-rata 52 mdpl, dulunya tempat ini merupakan lantai samudra. Hal ini ditandai dengan kompleks melange yang ditandai dengan lanskap perbukitan yang tidak teratur. Di sini terjadi pencampuradukan batuan, baik batuan beku dan endapan sedimen metamorf.
"Kalau kita flashback ke belakang, tempat ini adalah tempat pertemuan antar lempeng Samudera Hindia Australia dengan Eurasia. Batuan dasar samudra bertemu dengan batuan tepi benua di tempat ini," kata peneliti bidang geologi Chusni Ansori di kanal YouTube Sahabat LIPI.
Menurut dia, Karangsambung ibaratnya textbook-nya alam. Kalau buku textbook ini tebal dengan banyak teorinya, maka tempat tersebut merupakan fakta yang terjadi di alam. "Geologi bukan hanya batu, tapi bagaimana prosesnya di masa lalu memberi pemahaman tentang bumi," ujar dia.
Ada banyak tempat yang menandakan kawasan Karangsambung dulunya merupakan lantai samudra yang tersingkap. Berjarak 11 kilometer dari kantor LIPI Karangsambung di sebelah utara, terdapat batu rijang dan batu merah yang secara berselang seling membentuk tebing hingga ketinggian 20 meter. Uniknya posisi batuan sedimen atau endapan berubah vertikal karena peristiwa tektonik.
Dari hasil pengujian dengan HCL, batuan ini merupakan silika karena tidak bereaksi dengan zat kimia tersebut. Silika ini sangat halus biasa disebut chord atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan rijang. Rijang yang ada merupakan batuan endapan laut pada kedalaman 4.000 meter.
Hasil penelitian dengan radioisotop, tempat ini pada 80 juta tahun yang lalu tempat tersebut adalah dasar samudera. Karena ada desakan batuan ini kemudian terangkat karena adanya tumbukan lempeng, kemudian tersingkap alias terbuka.
"Batuan rijang awalnya diendapkan rata secara horizontal seperti halnya kue lapis, kemudian posisinya berubah menjadi vertikal. Artinya batuan ini sudah terkena tektonik yang sedemikian kuat. Sehingga yang tadinya berada di kedalaman samudra menjadi terangkat dan tersingkap dalam kurun waktu jutaan tahun," ujar peneliti dari Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, Karangsambung, Sueno Winduhutomo.

Batuan Tertua
Keunikan lain dari Karangsambung ada di Sungai Loning, 13 kilometer dari Gunung Wirasari. Di sungai ini terdapat batuan tertua di Pulau Jawa berupa batuan metamorf atau ubahan atau malihan. Batuan ini dihasilkan dari proses ubahan dari batuan endapan. Hal itu ditandai dengan munculnya warna mineral terang pada batuan yang disebut dengan sekis mika.
Pada batuan ini terdapat struktur yang disebut dengan poliasi karena adanya tekanan yang terus menerus. Proses ini terjadi dengan dua syarat yaitu adanya suhu dan tekanan. Dalam pengujian umur batuan (dating) pembentukannya sekitar 117-121 juta tahun yang lalu.
"Batuan tersebut adalah batuan paling tua di Pulau Jawa. Ibaratnya sebagai basementnya atau dasarnya Pulau Jawa. Kalau di tempat lain untuk menemukan batuan ini perlu mengebor sedalam 4 kilometer. Di tempat ini bisa diangkat dan bisa dilihat dan dipelajari," jelas Sueno.
Sementara itu saat berkunjung ke Bukit Wagir Sambeng, wisatawan perlu berhati-hati karena medannya agak terjal. Di tempat tersebut dapat dipelajari bentang alam atau geomorfologi. Dari puncak bukit bisa terlihat bentang alam khas dari Karangsambung yang disebut dengan morfologi amphitheatre yang terbentuk karena tenaga endogen atau tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan perubahan pada permukaan kulit bumi.
Ada dua tenaga di bumi ini yaitu endogen yang bersifat membangun. Kalau eksogen dia berasal dari luar bumi dengan sifat merusak. Dari du tenaga itu membentuk alam yang tidak rata yan ini bisa disaksikan di Karangsambung. Karena dua tenaga itu dua bukit yang tadinya tersambung menjadi terpisah.
Karena proses pelapukan dari tenaga eksogen diawali dari yang lebih tinggi sampai tengah membentuk lembah Karangsambung. Sisi pinggirnya bagian selatan berupa bukit dengan nama Bukit Waturanda dan sisi utara Bukit Paras, keduanya membentuk formasi tapal kuda menghadap timur laut yang menciptakan lanskap unik.
Puncak Bukit Wagir Sambeng berada pada ketinggian 167 mdp terdapat batuan rijang dan gamping merah yang berada dari lantai samudra yang terangkat hingga setinggi itu. Ini dibuktikan dengan adanya fosil radiolaria yaitu fosil binatang plankton. Hewan yang disebut juga radiozoa, adalah protozoa dari diameter 0,1-0,2 mm yang menghasilkan rangka mineral yang rumit.
Dari hasil pengujian radiolaria umur batuan rijang dan gamping merah di Bukit Wagir Sambeng antara 60 hingga 80 juta tahun yang lalu. Proses terbentuknya karena tumbukan lempeng secara horizontal yang bergerak setahun 9-11 sentimeter. karena ada desakan terus-menerus akhirnya patah kemudian terangkat.
"Dari batuan rijang ini kita bisa membuktikan dari lantai samudera meskipun tidak bereaksi karena karbonat. Apa yang bisa kita lihat pada saat mengambil sampel batuan itu kita bawa ke analisis laboratorium, ternyata ada fosil reniknya," kata Sueno. hay/I-1

Fenomena Gunung Api Gagal

Di Kebumen memiliki sungai yang penting bernama Lukulo. Menurut cerita lisan sungai itu dulunya merupakan batas antara Kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Sungai tersebut melintasi 3 kabupaten yaitu Banjarnegara, Wonosobo dan Kebumen, mengalir dari utara ke selatan sepanjang 70 kilometer, bermuara di Samudra Hindia.
Di Sungai Lukulo di kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung, dijumpai sebuah batuan metamorf yang sangat lemah dari umumnya batuan malihan yang ada di bumi, karena terbentuknya melalui prose tekanan yang lemah dan panas yang kurang. Dikelilingi oleh bukit tempat batuan malihan berada dulunya merupakan palung laut, yang terangkat karena berada di zona tabrakan lempeng.
Masyarakat sekitar mengenalnya sebagai batu tulis. Memang batuan ini digunakan untuk membuat isi pensil. Semua tahu isi pensil mudah patah dan tergerus ketika digoreskan pada kertas, seperti sifat dari batuan metamorf yang lemah itu.
"Berjarak 8 kilometer dari batuan sedimen yang berasal dari singkapan batuan metamorf di Sungai Lukulo tadi, terdapat material lempung. Singkapan batuan ini berasal dari proses sedimentasi di laut dalam. Umumnya batuan lempung berwarna abu-abu atau kecoklatan, tapi disini warnanya beragam," papar peneliti dari Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Karangsambung, Sueno Winduhutomo.
Warna yang berbeda disebabkan oleh mineral yang berbeda atau senyawa kimia. Jika biasanya material ini berasal dari laut dalam, material lempung tersebut berasal dari laut dangkal. Bukti bahwa batuan itu dari laut dangkal adalah ditemukannya fosil foraminifera besar.
Foraminifera adalah makhluk hidup dari golongan bentos, dengan ukuran cangkang yang relatif besar. Menariknya lagi mahkluk ini terlihat kasar mata dengan bentuk bulat. Fosil makhluk itu disebut dengan numulites berbentuk seperti koin. "Oleh karenanya orang sini mengenalnya batu duit," ujar Sueno.
Lebih menarik lagi adalah yang disebut Bukit Selaranda atau Waturanda artinya baru janda. Bukit ini berupa batu yang menjulang tinggi hingga ukuran 25 meter. Batuan ini ini terbentuk dari pelongsoran aktivitas vulkanik, yang terjadi sekitar 25 juta tahun yang lalu, kemudian mengendap menjadi batuan sedimen breksi.
Di Sungai Kalijaya terdapat tiga batuan berbeda tersusun membentuk kemiringan yang sama ke arah selatan. Bentukan ini telah terjadi pertemuan dua gaya dari arah selatan dan utara yang mempengaruhi batuan di sekitarnya.
"Ini yang pertama adalah batu pasir. Yang bagian bawah adalah batu napa. Dan paling bawah adalah batuan kalkarenit batuan ini bertekstur klastik," kata staf Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, Karangsambung, Kristiawan Widiyanto.
Di Bukit Jatibungkus tidak jauh dari tempat itu terdapat batuan sedimen tidak berlapis dan bertekstur non klastik atau bukan sedimen yang berbeda dengan di Sungai Kalijaya. Hal ini karena batuan ini terbentuk dari bahan organik di lautan seperti tumbuhan alga.
Tempat ini juga memiliki Gua Langse, yang terbentuk karena pengikisan air dalam waktu lama. Batuan endapan ini berasal dari lempeng samudera yang dibuktikan dengan adanya endapan fosil. Pada batuan sedimen suhu dan tekanan tidak merusak fosil. Fosil inilah yang membantu menentukan umur batuan pada gua tersebut selain tempat terbentuk batuan.
Di Karangsambung terdapat batuan beku dari hasil pembekuan magma. Bukit Parang misalnya, terbentuk karena aktivitas magma yang menerobos ke permukaan karena adanya rekahan. Namun magma terlanjur membeku oleh pendinginan dan tekanan air sebelum menghasilkan gunung api.
Bukit Parang bisa dikatakan merupakan gunung berapi yang gagal. Berdasarkan pengujian radioaktif umumnya sekitar 26-6 juta tahun. Pengukuran radioaktif dilakukan karena batuan beku tidak memiliki fosil yang berguna untuk bahan pengukuran batuan sedimen.
Sementara itu di Desa Pucangan terdapat batuan serpentine atau jenis batuan beku ultrabasa. Batuan beku serpentinit dan dunit ini kemudian berubah menjadi batuan metamorf ketika masuk dalam zona subduksi.
Pada Bukit Watukelir dua batuan berbeda jenis berada di area yang sama. Batuan lava bantal merupakan batuan beku yang terbentuk dari pembekuan magma di bawah permukaan air laut. Berdampingan dengan batuan lava bantal terdapat batuan rijang dan gamping merah yang merupakan jenis batuan endapan.
Kedekatan kedua jenis batuan tidak lazim dan hanya ditemukan di Karangsambung. "Prosesnya magma naik pada rekahan kerak samudra. Karena ada tekanan air yang kuat magma membeku membentuk seperti bantal. Lava bantal dan batuan rijang proses terbentuknya sendiri-sendiri. Mereka bisa bertemu karena terjadi peristiwa tektonik lempeng," terang Isyqi, staf Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, Karangsambung.
Dengan status menuju National Geopark, Cagar Alam Geologi Karangsambung, bukan hanya memiliki fungsi konservasi dan pendidikan, namun juga fungsi pemberdayaan masyarakat. Salah satunya para penambang pasir diberdayakan untuk menjadi pemandu wisata di kawasan tersebut.
Wisatawan dapat memanfaatkan jasa penambang pasir sebagai pemandu menuju lokasi dan menjelaskan jenis batuan, proses terjadinya dan umurnya. Apalagi cagar alam itu memiliki luas 22.000 hektare meliputi Kecamatan Sadang, Karangsambung, Karanggayam, Alian, dan Pejagoan. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top