Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
PERSPEKTIF

"Generasi Stunting"

Foto : ANTARA/HO-Humas Kemensetneg

Arsip Foto. Presiden Joko Widodo meminta upaya penurunan kasus stunting difokuskan di 10 provinsi dengan kasus stunting tertinggi.

A   A   A   Pengaturan Font

Angka stunting Indonesia tahun 2019 masih sebesar 27,6 persen. Pemerintah me­nargetkan angka stunting di Indonesia turun menjadi 14 persen pada tahun 2024. Idealnya, jumlah stunting maksimal 20 persen atau seperlima dari total keseluruhan balita.

Stunting mendapat perhatian khusus Presiden Joko Widodo pada rapat terbatas (ratas), Rabu (5/9). Apalagi sepuluh provinsi di Tanah Air masih memiliki angka stunting yang tinggi. Sepuluh provinsi tersebut adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Gorontalo, Aceh, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.

Angka stunting Indonesia tahun 2019 masih sebesar 27,6 persen. Pemerintah menargetkan angka stunting di Indonesia turun menjadi 14 persen pada tahun 2024. Idealnya, jumlah stunting maksimal 20 persen atau seperlima dari total keseluruhan balita.

Stunting bukan hanya mengakibatkan tubuh pendek, tapi justru lebih serius dari itu, yaitu pertumbuhan otak dan fisik terhambat, rentan sakit, IQ, dan daya saing rendah saat anak dewasa, sehingga produktivitas dan kualitas kerja menjadi rendah. Generasi stunting harus dipangkas agar tidak berdampak pada ketahanan negara.

Stunting itu berangkat dari kondisi kehamilan kaum perempuan. Dalam periode sembilan bulan, ibu hamil harus mendapat asupan gizi cukup untuk menghindari kurang darah (anemia) maupun kurang energi kronis (KEK). Tragisnya, ibu hamil penderita anemia di Indonesia masih cukup tinggi dan ini berpotensi pada rendahnya kualitas output kelahiran. Berat bayi lahir rendah (< 2,5 kg). Bayi yang lahir kurang berat akan memunculkan gangguan pertumbuhan dalam periode anak-anak. Jadi, stunting sesungguhnya diawali kurangnya gizi saat ibu hamil.

Kemudian, periode anak balita yang sering disebut golden age ternyata juga menjadi titik rawan bagi seorang anak. Generasi stunting akan mengalami keterbatasan wawasan. Secara intelektual, mereka akan kalah jika dibandingkan dengan anak-anak yang pertumbuhannya normal. Kemampuan kognitif yang rendah akan mengancam daya saing generasi yang akan datang. Kemiskinan yang mendera 27 juta penduduk menjadi penyebab utamanya. Kemiskinan akan melahirkan generasi stunting. Oleh sebab itu, memerangi stunting harus mendapat perhatian serius pemerintah.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top