Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Gempar! Tiongkok Blak-blakan Sebut AS Penghasut Terjadinya Perang Rusia-Ukraina

Foto : Sputnik

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing, Tiongkok, pada 4 Februari 2022.

A   A   A   Pengaturan Font

Tiongkok menyebut Amerika Serikat (AS) sebagai "penghasut utama" atas konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita negara Rusia TASS yang diterbitkan pada hari Rabu (10/8), duta besar Tiongkok untuk Rusia, Zhang Hanhui, menuduh AS telah memaksa Rusia menjalankan apa yang mereka sebut sebagai "operasi militer" dengan ekspansi berulang dari aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"Sebagai pemrakarsa dan penghasut utama krisis Ukraina, Washington, sementara memberlakukan sanksi komprehensif yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, terus memasok senjata dan peralatan militer ke Ukraina," kata Zhang seperti dikutip dari Reuters.

"Tujuan utama mereka adalah untuk menguras dan menghancurkan Rusia dengan perang yang berlarut-larut dan sanksi," tambahnya.

Dukungan Tiongkok itu menjadi semacam pembenaran Rusia atas invasinya ke Ukraina, yang telah mengakibatkan ribuan kematian dan kehancuran seluruh kota, serta mendorong lebih dari seperempat penduduk untuk meninggalkan rumah mereka.

Awal tahun ini, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Xi Jinping menyetujui apa yang disebut kedua negara sebagai kemitraan "tanpa batas" dalam perjalanan ke Beijing pada bulan Februari ketika tank-tank Rusia berkumpul di perbatasan Ukraina.

Dalam wawancara tersebut, Zhang mengatakan hubungan Tiongkok-Rusia telah memasuki "periode terbaik dalam sejarah, ditandai dengan tingkat saling percaya tertinggi, tingkat interaksi tertinggi, dan kepentingan strategis terbesar".

Zhang turut mengecam kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi minggu lalu ke Taiwan, yang diklaim Tiongkok sebagai wilayah kekuasaannya. Ia juga mengatakan AS sedang mencoba menerapkan taktik yang sama di Ukraina dan Taiwan untuk "menghidupkan kembali mentalitas Perang Dingin, menahan Beijing dan Moskow, serta memprovokasi persaingan dan konfrontasi kekuatan besar".

"Non-intervensi dalam urusan internal adalah prinsip paling mendasar untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di dunia kita," kata Zhang, menerapkan prinsip itu untuk mengkritik kebijakan Taiwan-Washington tetapi bukan invasi Rusia ke Ukraina.

Rusia menyebut invasi itu sebagai "operasi militer khusus" dan mengatakan itu perlu tidak hanya untuk menjaga keamanannya sendiri tetapi juga untuk melindungi penutur bahasa Rusia dari penganiayaan oleh otoritas Ukraina. Sementara Ukraina dan Barat mengatakan ini adalah dalih tak berdasar untuk melangsungkan perang agresi terhadap tetangga yang memperoleh kemerdekaan ketika Uni Soviet yang bubar pada 1991.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top