Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Gempar! Semakin Bersitegang, Peneliti Israel Ungkap Rusia Takut dan Tidak Akan Berani Berurusan dengan Israel, Kok Bisa?

Foto : AP

Peneliti Israel Ungkap Rusia Tidak Memiliki Kapastias untuk Bersiteru dengan Israel.

A   A   A   Pengaturan Font

Seorang peneliti di Institut Studi Keamanan Nasional di Universitas Tel Aviv mengungkapkan Rusia tidak memiliki kapastias untuk bersiteru dengan Israel.

"Rusia tidak dalam posisi saat ini untuk bertarung langsung dengan Israel; itu tidak memiliki kapasitas militer atau politik untuk melakukannya," kata Zvi Magen.

Pandangan itu disampaikannya menyusul wacana Rusia yang akan mengajukan proposal untuk resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang mengutuk Israel atas dugaan serangan ke Bandara Internasional Damaskus, Suriah, yang melumpuhkan bandara selama berhari-hari. Sebuah langkah yang dinilai Magen hanya bertujuan untuk mengalihkan perhatian dunia dari invasi Moskow ke Ukraina.

"Saya pikir alasan utamanya adalah untuk memicu krisis di Timur Tengah dengan mendorong Israel untuk merespons atau dengan mengobarkan keributan di panggung internasional. Tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian dunia dari Ukraina," tambahnya.

Sebelumnya, seorang pejabat mengatakan kepada KAN News bahwa rancangan proposal Rusia menyalahkan Israel dan menyebutnya telah merusak stabilitas regional yang jelas bertentangan dengan hukum internasional.

Sebelum beralih ke DK PBB, Rusia pada pekan lalu juga pernah secara terbuka mengkritik Israel atas serangan bandara Damaskus dan memanggil duta besar Israel untuk Rusia, Alexander Ben Zvi, untuk meminta klarifikasi lanjutan.

"Sejak dimulainya perang (di Ukraina) semakin banyak insiden di mana Rusia mengeluh tentang Israel dan mengambil langkah 'tidak ramah'," kata Magen, seperti dikutip The Jerusalem Post.

Dikutip dari The Jerusalem Post, beberapa analis menilai langkah Rusia akan menandai penurunan signifikan hubungan Moskow dan Tel Aviv.

"Oleh karena itu, mereka mencoba membuat keributan dan kemudian mereka akan mundur seperti yang mereka lakukan sebelumnya," tambahnya.

Pekan lalu, Rusia juga mengungkapkan keprihatinan atas putusan pengadilan Israel yang memihak Ateret Cohanim - sebuah kelompok yang mempromosikan tempat tinggal Yahudi di Yerusalem timur - atas pembelian properti Yerusalem dari Gereja Ortodoks Yunani. The Jerusalem Post menyebut organisasi tersebut membeli tiga bangunan dari gereja dalam pembelian kontroversial rahasia pada tahun 2004, tetapi gereja mengklaim properti tersebut diperoleh secara ilegal dan tanpa izin.

"Paling tidak, Moskow ingin menunjukkan kepada Suriah dan Iran bahwa mereka menjaga mereka dan berada di pihak mereka," tegas Magen.

Sementara, presiden Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem (JISS), Profesor Efraim Inbar, percaya bahwa Kremlin menggunakan forum internasional seperti PBB untuk mengungkapkan ketidaksenangannya dengan serangan udara di bandara Damaskus.

"Tampaknya ini tidak dikoordinasikan dengan Rusia atau setidaknya mereka memikirkannya kembali," kata Inbar kepada The Media Line seperti dikutip The Jerusalem Post.

Menurut Inbar langkah itu hanya akan mungkin menandakan kemungkinan perubahan terkait kebebasan Israel untuk melakukan serangan udara di Suriah. Israel sendiri telah meluncurkan serangan udara di Suriah terhadap apa yang dikatakannya sebagai target Iran, yang memindahkan persenjataan canggih ke Hizbullah di Lebanon dan di dalam Suriah sendiri.

"Rusia mungkin juga ingin mengalihkan perhatian dari apa yang terjadi di Ukraina. Saya tidak berpikir mereka menginginkan krisis diplomatik dengan Israel pada tahap ini," kata Inbar.

Hal senada turut diutarakan Magen, dirinya tidak percaya bahwa Moskow dan Yerusalem berada di ambang krisis diplomatik.

"Rusia tidak dalam posisi saat ini untuk bertarung langsung dengan Israel; itu tidak memiliki kapasitas militer atau politik untuk melakukannya," kata Magen.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top