Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Gedung Putih Gerah, Rusia Dikabarkan Minta Bantuan Peralatan Militer Tiongkok

Foto : ANTARA/Sputnik/Aleksey Druzhinin/Kremlin via REUTE

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing, Tiongkok, Jumat (4/2).

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan memperingatkan Beijing bahwa Tiongkok akan menghadapi konsekuensi jika membantu Rusia menghindari sanksi berat karena memerangi Ukraina.

Sullivan dijadwalkan akan bertemu diplomat tinggi Tiongkok Yang Jiechi di Roma pada Senin (14/3).

Rusia meminta bantuan peralatan militer dari Tiongkok setelah menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Gedung Putih khawatir Beijing dapat merusak upaya Barat untuk membantu pasukan Ukraina membela tanah airnya, kata sejumlah pejabat AS.

Sullivan akan bertemu Yang untuk menjelaskan keprihatinan Washington dan menegaskan konsekuensi dan isolasi yang bakal dihadapi Tiongkok secara global jika mereka meningkatkan dukungan kepada Rusia, kata seorang pejabat AS tanpa merinci.

Saat ditanya tentang permintaan bantuan militer dari Rusia, LiuPengyu, juru bicara kedutaan Tiongkok di Washington, mengatakan: "Saya belum pernah mendengar hal itu."

Dia mengatakan Tiongkok mengetahui situasi saat ini di Ukraina "membingungkan" dan menambahkan: "Kami mendukung dan mendorong semua upaya yang kondusif bagi penyelesaian damai krisis tersebut."

Liu mengatakan upaya maksimal harus dilakukan untuk mendukung Rusia dan Ukraina melanjutkan negosiasi meskipun situasinya sulit untuk mencapai kesepakatan damai.

Sullivan mengatakan kepada CNN pada Minggu (13/3) bahwa Washington percaya Tiongkok mengetahui rencana aksi Rusia di Ukraina sebelum invasi dilakukan, meskipun Beijing mungkin tidak memahami sepenuhnya apa yang direncanakan.

Setelah invasi dimulai, Rusia meminta dukungan dan peralatan militer dari Tiongkok, kata sejumlah pejabat AS.

Sullivan kepada CNN mengatakan bahwa Washington tengah mencermati sejauh mana Beijing memberikan dukungan ekonomi dan materi kepada Rusia, dan akan menjatuhkan konsekuensi jika itu terjadi.

"Kami berkomunikasi langsung, secara pribadi dengan Beijing, bahwa pasti akan ada konsekuensi bagi upaya menghindari sanksi berskala besar atau mendukung Rusia untuk mengatasinya," kata Sullivan.

"Kami tak akan membiarkan hal itu berlanjut dan menjadi penyelamat bagi Rusia dari sanksi ekonomi negara mana pun di dunia," kata dia.

Pertemuan itu menjadi bagian dari upaya yang lebih luas oleh Washington dan Beijing untuk menjaga saluran komunikasi tetap terbuka dan mengelola persaingan di antara kedua ekonomi terbesar dunia itu, kata seorang pejabat senior pemerintah AS.

Tak ada hal spesifik yang diharapkan tercapai dalam pertemuan tersebut, kata sang pejabat yang meminta agar namanya tidak disebut.

Wang Huiyao, kepala sebuah wadah pemikir di Beijing dan penasihat pemerintah Tiongkok, memperingatkan adanya "ketegangan berkepanjangan" lewat kolom di New York Times pada Minggu (13/3).

Dia mengatakan Tiongkok "secara unik diposisikan untuk bertindak sebagai penengah yang netral antara Ukraina yang didukung Barat dan Rusia" untuk mengakhiri perang.

"Tidak seenak yang diperkirakan sejumlah kalangan di Barat, inilah saatnya untuk menawari pemimpin Rusia jalan keluar dengan bantuan Tiongkok," tulis Wang.

Para pejabat AS skeptis dengan usulan tersebut mengingat hubungan Tiongkok-Rusia dan penyebaran informasi yang tidak benar terkait perang itu.

AS dan sekutunya telah menjatuhkan sanksi keras kepada Rusia dan melarang impor energi dari negara tersebut. Mereka juga memberikan bantuan militer dan kemanusiaan senilai miliaran dolar kepada Ukraina.

Secara individu dan bersama-sama mereka telah meminta Tiongkok, negara-negara Arab dan negara-negara lain yang tidak mengutuk invasi Rusia untuk bergabung mengisolasi Moskow dari ekonomi global.

Beijing, mitra perdagangan penting Rusia, telah menolak menyebut aksi militer Rusia sebagai invasi, meskipun Presiden Tiongkok Xi Jinping pekan lalu menyerukan "penahanan diri maksimal" di Ukraina setelah bertemu virtual dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Xi juga mengungkapkan keprihatinannya tentang dampak sanksi terhadap keuangan global, pasokan energi, transportasi dan rantai pasokan, di tengah gejala yang meningkat bahwa sanksi Barat sedang membatasi kemampuan Tiongkok untuk membeli minyak Rusia.

Namun, Hu Xijin, mantan pemimpin redaksi harian Global Times yang didukung pemerintah Tiongkok, menulis di Twitter: "Jika Sullivan berpikir dia bisa membujuk Tiongkok untuk ikut memberi sanksi kepada Rusia, dia akan kecewa."

Washington dan kelompok negara ekonomi maju G7 pada Jumat menambah tekanan pada Rusia dengan menyerukan pencabutan status "negara paling disukai" dalam perdagangan.

Dengan pencabutan itu, mereka dapat menaikkan tarif pada barang-barang asal Rusia, yang ekonominya disumbang 46 persen oleh perdagangan pada 2020, sebagian besar dengan Tiongkok yang menjadi tujuan ekspor terbesarnya.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top