Gamelan Sunda yang Terancam Punah
Sementara gamelan degung dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat. Gamelan lainnya adalah gamelan Ajeng berlaras salendro yang masih terdapat di Kabupaten Bogor, dan gamelan Renteng yang ada di beberapa tempat, salah satunya di Batu Karut, Cikalong Kabuki Bandung.
Degung merupakan salah satu gamelan khas dan asli hasil kreativitas masyarakat Sunda. Masyarakat Sunda dengan latar belakang kerajaan yang terletak di hulu sungai, Kerajaan Galuh misalnya, memiliki pengaruh tersendiri terhadap kesenian degung, terutama lagu-lagunya yang banyak diwarnai kondisi sungai, di antaranya lagu Manintin, Galatik Manggut, Kintel Buluk, dan Sang Bango.
Kata degung berasal dari kata ngadeg (berdiri) dan agung (megah) atau pangagung (menak atau bangsawan), yang mengandung pengertian bahwa kesenian ini digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat bangsawan. Zaman dahulu hanya dimainkan pembesar sekelas bupati.
Bupati Cianjur RT Wiranatakusumah V (1912-1920) melarang degung memakai nyanyian karena membuat suasana kurang serius. Ketika Bupati ini pada 1920 pindah menjadi Bupati Bandung, perangkat gamelan degung di pendopo Cianjur juga turut dibawa bersama nayaganya, dipimpin Idi. Sejak itu gamelan degung yang bernama Pamagersari ini menghiasi pendopo Bandung dengan lagu-lagunya. tgh/R-1
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya