Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Foto Sejarah Palsu Buatan "AI" yang Mengaburkan Masa Lalu

Foto : istimewa

Buatan “AI” l Inilah salah satu foto sejarah palsu Wright Bersaudara yang dibuat oleh kecerdasan buatan (AI). Walau saat ini foto sejarah palsu buatan AI masih dapat membedakan dari yang asli, pakar sejarawan menilai hanya masalah waktu sebelum kualitas gambar AI membuat gambar palsu sulit dideteksi dengan mata telanjang dan hal itu bakal menjadi sebuah prospek yang berbahaya yang akan memperkuat disinformasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Gelombang foto-foto menyentuh yang memperlihatkan momen-momen hebat pada suatu masa telah menarik perhatian para sejarawan daring amatir. Masalahnya adalah foto-foto itu tidak nyata dan mungkin dibuat untuk mengaburkan pandangan kita tentang masa lalu.

Dibagikan secara luas di media sosial, foto-foto hitam-putih yang bersifat atmosferik seperti seorang ibu dan anaknya yang kelaparan di masa Depresi Besar atau seorang prajurit yang kelelahan dalam perang Vietnam, pada awalnya mungkin tampak seperti dokumen sejarah yang benar-benar ada. Namun ternyata mereka diciptakan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan para peneliti khawatir foto-foto itu bakal mengaburkan sejarah nyata.

"AI telah menyebabkan tsunami sejarah palsu, terutama gambar," kata Jo Hedwig Teeuwisse, seorang sejarawan Belanda yang membantah klaim palsu secara daring. "Dalam beberapa kasus, mereka bahkan membuat versi AI dari foto lama yang asli. Aneh sekali, terutama jika foto aslinya ternyata sangat terkenal," imbuh dia.

Salah satu foto yang dibagikan di Facebook menunjukkan dua pemuda berwajah segar berpose di depan sebuah pesawat biplan (bersayap kembar) antik yang konon milik Orville dan Wilbur Wright saat melakukan penerbangan bertenaga pertama mereka. Namun dua pemuda itu bukan Wright Bersaudara.

Foto arsip asli dari masa itu menunjukkan Orville yang berkumis dan saudara laki-lakinya yang lebih tinggi, Wilbur, mengenakan topi datar, sama sekali tidak mirip dengan pasangan berambut pirang dalam gambar AI berwarna sepia itu.

Di antara gambar yang dibuat menggunakan Midjourney, generator gambar daring AI yang populer, terdapat serangkaian reproduksi palsu yang menggambarkan momen ketika tersangka pembunuh Presiden Amerika Serikat (AS), John F Kennedy, yaitu Lee Harvey Oswald, ditembak mati oleh Jack Ruby pada tahun 1963.

Midjourney adalah sebuah layanan dan program kecerdasan buatan generatif yang diciptakan dan diselenggarakan oleh sebuah laboratorium penelitian independen Midjourney, Inc yang berbasis di San Francisco, California. Midjourney, Inc didirikan oleh David Holz, yang sebelumnya adalah salah satu pendiri Leap Motion.

Holz memandang seniman sebagai pelanggan, bukan kompetitor Midjourney. Holz pada sebuah sesi wawancara mengatakan bahwa sejumlah seniman menggunakan Midjourney untuk membuat purwarupa cepat konsep artistik untuk diperlihatkan kepada klien sebelum memulai pekerjaan. Namun sejumlah seniman menganggap Midjourney telah merendahkan karya seni orisinil mereka dengan menggunakannya pada kumpulan data latih.

Ketentuan layanan Midjourney memiliki kebijakan penarikan berdasarkan DMCA, mempersilakan seniman untuk meminta karya mereka dicopot dari kumpulan data apabila mereka mempunyai bukti pelanggaran hak cipta yang jelas.

Gambar-gambar lain yang dihasilkan Midjourney sendiri dimaksudkan untuk memperlihatkan misalnya ledakan bom atom di Hiroshima pada tahun 1945, invasi ke Praha oleh pasukan sekutu Soviet pada tahun 1968, dan bahkan gambaran Colosseum Romawi pada zaman kuno.

"Mereka sering kali berfokus pada peristiwa yang sudah terlalu lama berlalu untuk difoto atau pada momen yang kurang terdokumentasi," kata Marina Amaral, seniman yang mengkhususkan diri dalam menambahkan warna pada foto hitam putih.

"Hal ini menimbulkan risiko visual palsu diterima sebagai fakta, yang seiring waktu dapat mendistorsi pemahaman kita tentang sejarah dan melemahkan kepercayaan publik terhadap bukti visual sebagai sumber yang dapat diandalkan untuk mempelajari masa lalu," tutur dia.

Identifikasi Gambar Palsu

Untuk saat ini, Amaral dan Teeuwissen yakin mereka masih dapat membedakan gambar sejarah palsu dari yang asli hanya dengan melihatnya.

Hal itu bisa terjadi karena foto yang dihasilkan AI seringkali memiliki kekurangan seperti terlalu banyak jari di tangan, detail yang hilang seperti tidak adanya baling-baling pada pesawat Wright bersaudara, atau sebaliknya, komposisi yang terlalu sempurna.

"Gambar yang dihasilkan AI dapat menciptakan kembali tampilannya, tetapi tidak menyertakan unsur manusia, maksud, dan alasan di balik pilihan sang fotografer," papar Amaral.

"Mereka mungkin terlihat meyakinkan secara visual, tetapi pada akhirnya mereka tak memiliki makna," ucap dia.

Sementara bagi Teeuwissen, foto asli dibuat oleh orang asli dan biasanya ada sesuatu yang tidak fokus, atau seseorang terlihat konyol secara tidak sengaja, riasannya terlihat buruk, dan sebagainya.

Namun Teeuwissen menilai bahwa hanya masalah waktu sebelum kualitas gambar AI membuat gambar palsu sulit dideteksi dengan mata telanjang dan hal itu bakal menjadi sebuah prospek yang berbahaya yang akan memperkuat disinformasi. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top