Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Mata Uang - Defisit Transaksi Berjalan Sumber Utama Depresiasi Rupiah

Fondasi Ekonomi Masih Lemah, Rupiah Bakal Terus Tertekan

Foto : Sumber: Bank Indonesia – Litbang KJ/and
A   A   A   Pengaturan Font

>>Fundamental ekonomi lemah karena Indonesia defisit atau tekor dari segala jurusan.

>>Utang valas pemerintah dan swasta yang naik tajam mulai khawatirkan kreditur.

JAKARTA - Pemerintah diharapkan tidak selalu menuding faktor eksternal sebagai pemicu pelemahan rupiah.

Karena pada dasarnya tekanan depresiasi rupiah disebabkan pemasukan dollar AS ke ekonomi Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan dollar AS.

Artinya, hal ini terjadi karena defisit transaksi berjalan Indonesia tahun ini diperkirakan mencapai 25 miliar dollar AS. Jadi, defisit atau ketekoran inilah sumber utama melemahnya rupiah terhadap dollar AS.

Analis senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengungkapkan guna mencegah berlanjutnya tekanan terhadap rupiah, pemerintah mesti memperkuat fundamental ekonomi, terutama kinerja ekspor,

dan secara bersamaan mengurangi kebergantungan yang tinggi pada impor khususnya pangan, energi, dan barang konsumsi.

"Lemahnya fundamental ekonomi Indonesia antara lain karena defisit neraca perdagangan, yang berimbas kepada defisit transaksi berjalan," papar dia, di Jakarta, Minggu (1/7).

Saat ini, lanjut Reza, ekonomi Indonesia masih didominasi impor. Pekerjaan rumah pemerintah adalah mengurangi kebergantungan impor dan memperbesar ekspor. "Itu yang seharusnya dilakukan dibandingkan dengan memainkan suku bunga acuan," tukas dia.

Ekonom senior, Fuad Bawazier, meminta pemerintah tidak lagi menyalahkan kondisi global ketika kurs rupiah melemah terhadap dollar AS.

Dia pun menjelaskan defisit transaksi berjalan terjadi karena neraca perdagangan masih mengalami defisit, begitu juga dengan neraca transaksi jasa.

"Defisit atau ketekoran inilah sumber utama melemahnya rupiah terhadap dollar. Jadi, jangan bingung atau terus-menerus menyalahkan ekonomi global dan sebagainya," kata Fuad.

Menurut dia, pemerintah saat ini mencoba menutupi defisit valas ini dengan banyak cara, antara lain dengan menarik utang valas atau hot money lainnya. Langkah tersebut bukan cara yang sehat dan bahkan bisa semakin terjerumus.

"Fundamental ekonomi yang lemah ini juga diikuti dengan defisit APBN. Jadi, praktis ekonomi Indonesia ini defisit atau tekor dari semua jurusan," kata dia.

"Utang valas pemerintah dan swasta termasuk BUMN yang konsisten naik tajam juga mulai mengkhawatirkan kreditur pada umumnya bahwa jangan- jangan ke depannya Indonesia akan kesulitan atau gagal bayar utang," tukas Fuad.

Fuad menegaskan perekonomian Indonesia yang rapuh juga disebabkan oleh kebergantungan pada impor yang besar.

"Pasar melihat kebergantungan ekonomi Indonesia pada barang impor terutama pangan dan energi sangat besar, sehingga Indonesia mau tidak mau akan membutuhkan valas," jelas dia.

Menguatnya dollar AS menyebabkan harga bahan bakar minyak (BBM), seperti pertamax naik. Ini disebabkan Indonesia kini menjadi negara net importir minyak lantaran kebutuhan BBM yang terus bertambah akibat jor-joran impor barang konsumsi seperti otomotif.

Hanya Sementara

Sementara itu, nilai tukar rupiah, Jumat (29/6), ditutup menguat setelah BI menaikkan suku bunga acuan. Mata uang RI itu diakhiri 64 poin lebih tinggi (0,44 persen) menjadi 14.330 rupiah per dollar AS.

Menurut Fuad, penguatan rupiah usai kenaikan bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen, hanya berlaku sementara saja.

"Jadi, kalau ditarik garis lurus atau berjangka relatif panjang, pergerakan rupiah akan terus melemah.

Penguatan nilai rupiah kemarin pun hanya efek sementara dari suku bunga BI yang dinaikkan atau selagi ada intervensi di pasar oleh BI," tambah dia. Fuad mengingatkan semua "obat kuat" bagi rupiah itu bukannya tidak berisiko.

Menaikkan bunga akan memberatkan perekonomian dan semakin sulit bersaing dengan negara lain. Intervensi valas akan menggerus devisa yang terus menurun.

Reza juga mengemukakan ketika ekonomi global bergerak fluktuatif, maka selama itu pula rupiah bakalan terpengaruh. Apalagi, gejolak global seperti perang dagang belum mereda tensinya.

"Belum lagi, kita tidak tahu apa lagi yang akan dibuat Presiden Trump. Itu yang akan membuat nilai tukar dollar AS bergejolak, sehingga mau tidak mau nilai tukar rupiah akan terpengaruh," jelas dia. ahm/WP

Komentar

Komentar
()

Top