Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Maritim

“Flor de la Mar", Kapal Pembawa Hasil Jarahan yang Tenggelam

Foto : Wikimedia

Replika kapal Flor de la Mar di Museum Maritim Melaka, Malaysia.

A   A   A   Pengaturan Font

Portugis saat menaklukkan Malaka mendapatkan harta jarahan amat melimpah. Ketika harta jarahan itu hendak dikirim ke Goa dengan Flor de la Mar, kapal itu diserang badai dan tenggelam suatu tempat di lepas pantai Sumatra.

Setelah usaha pertama gagal, pada kali kedua Portugis berhasil menaklukkan Malaka. Penjajah ini lalu merampas harta berharga dari pusat perdagangan rempah-rempah itu kemudian diangkut dengan empat kapal.

Kapal pertama dan terbesar yang mengakut hasil jarahan adalah Flor de la Mar. Tiga kapal lainnya adalah Enxobregas, Trinidade, dan Jong Jawa. keempatnya berlayar menuju Goa, India pada 20 Januari 1512 dengan Albuquerque sebagai pimpinannya.

Namun kapal Flor de la Mar tidak pernah sampai ke Goa, padahal kapal dengan muatan 400 ton ini sebelumnya telah teruji mampu mengarungi lautan pada abad ke-16, seperti India, Malaka dan Mozambik melewati Tanjung Harapan, karena tenggelam di sebuah pantai di Selat Malaka.

Kapal ini membawa harta karun dalam jumlah besar ketika tenggelam di suatu tempat di lepas pantai Sumatra, kemungkinan di ujung utara Selat Malaka, atau kemungkinan di pantai timur Aceh. Ketika kapal tenggelam, geladaknya penuh muatan berharga hasil jarahan di Kerajaan Malaka yang baru ditaklukkan.

Upaya untuk menemukan kapal ini telah dilakukan selama bertahun-tahun, meski belum berhasil. Ada yang menyatakan bahwa kapal tersebut telah ditemukan, namun hal ini tidak didukung dengan bukti. Dengan demikian, bangkai kapal Flor de la Mar beserta harta karun yang diangkutnya masih dianggap hilang.

Flor de la Mar dianggap sebagai salah satu kapal terbesar dan terindah di abad pertengahan. Kapal ini dibuat pada 1502 di Lisbon. Pada tahun yang sama, Flor de la Mar melakukan pelayaran perdananya dengan berlayar dari Lisbon ke Índia di bawah komando Estêvão da Gama. Pada tahun berikutnya, kapal tersebut berlayar kembali ke Portugal, membawa rempah-rempah India.

Baca Juga :
Bertahan di Mozambik

Tahun 1505, kapal tersebut menjadi bagian dari pelayaran lain ke India, kali ini di bawah komando João da Nova. Dalam perjalanan pulang pada tahun berikutnya, Flor de la Mar terpaksa singgah di Mozambik selama hampir satu tahun untuk perbaikan.

Yang menarik Flor de la Mar tidak hanya digunakan untuk perdagangan maupun untuk pertempuran. Hal itu terjadi pada pada tahun-tahun berikutnya ketika Portugis mulai berkonflik dengan negeri-negeri jajahan.

Pada 1507, misalnya, kapal ini terlibat dalam misi Portugis menaklukkan Ormuz, sebuah wilayah di Iran saat ini. Pada tahun berikutnya, kapal tersebut ikut serta dalam pertempuran Diu di negara bagian barat India. Selain itu juga terlihat dalam penaklukan Goa pada 1510.

Pada 1511, Portugis mengarahkan perhatiannya pada Kesultanan Malaka. Saat itu kota ini merupakan kota dagang paling sibuk di dunia dengan memperdagangkan rempah-rempah dari wilayah Indonesia timur yang diburu oleh pedagang Eropa.

Dari koloni barunya yaitu Goa, kapal-kapal Portugis, salah satunya Flor de la Mar, memulai pelayaran penaklukannya wilayah lain. Ekspedisi ini dipimpin oleh Alfonso d'Albuquerque, Gubernur India Portugis ketika itu.

Ekspedisi Portugis di Malaka berhasil. Kota itu menjadi bagian dari kerajaan seberang laut mereka. Di wilayah ini, Portugis mendapatkan banyak rampasan. Dengan kapal berkapasitas besar ini, Portugis mengangkut barang bermuatan penuh untuk dibawa kembali ke istana Raja Manuel I di Lisbon.

Namun celakanya ketika terisi penuh, Flor de la Mar sulit untuk bermanuver. Selain itu, kapal ini telah mengalami kerusakan lalu diperbaiki beberapa kali selama bertahun-tahun, sehingga menjadikannya bukan kapal teraman untuk mengangkut rampasan perang.

Harta Karun Terbesar

Selain membawa harta karun jarahan dari Malaka, Flor de la Mar konon juga mengangkut upeti yang mengesankan dari Raja Siam kepada raja Portugis, serta seluruh kekayaan pribadi de Albuquerque. Ini merupakan harta karun terbesar yang pernah dikumpulkan oleh Angkatan Laut Portugis.

Sayangnya bagi mereka, kapal harta karun mereka tidak pernah kembali ke Lisbon. Flor de la Mar meninggalkan Malaka pada bulan November 1511 dan tenggelam tak lama kemudian. Menurut laporan kontemporer, saat berlayar di sepanjang pantai Sumatra, kapal tersebut terjebak dalam badai.

Upaya dilakukan untuk mencari perlindungan di dekat pantai. Namun kapal akhirnya tidak dapat diselamatkan setelah terdampar di pantai. Akibatnya, kapal pecah menjadi dua, dan punggungnya yang tertancap di pasir, terhempas ombak. Tentu saja harta karun hasil jarahan turut tenggelam bersamanya.

Terlepas dari apakah harta karun itu masih ada di dalam bangkai kapal atau tidak, upaya telah dilakukan untuk menemukan sisa-sisa Flor de la Mar selama bertahun-tahun. Beberapa klaim telah dibuat mengenai penemuan bangkainya, meskipun tidak satupun yang benar-benar terbukti.

Pada 1992, misalnya, seorang pemburu harta karun bernama Bob Marx dikatakan mengumumkan penemuan kapal tersebut setelah tiga hari survei. Menurut cerita, proyek tersebut harus dihentikan, karena kabar tentang penemuan kapal tersebut bocor sebelum pengumuman.

Kapal tersebut kemungkinan besar tidak akan selamat sama sekali, mengingat kondisi laut yang buruk di wilayah tersebut. Selain itu, tidak menutup kemungkinan muatan kapal tersebut berhasil diselamatkan oleh para penyintas/penduduk setempat pasca badai. Hal ini mengingat kapal tersebut tercatat karam bukan di tengah laut melainkan di tepi pantai.

Meskipun sebagian dari harta karun tersebut hampir pasti tenggelam ke dasar laut, kawasan ini dikatakan sebagai kawasan penyelaman tanpa visibilitas. Dengan dasar berlumpur dan arus tinggi, sehingga sangat sulit untuk menemukan benda berharga di perairan ini. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top