Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Yoga for Health

Fleksibilitas Gerakan Yoga bagi Pemulihan Skoliosis

Foto : KORAN JAKARTA/ADHIKA ETERNALITA
A   A   A   Pengaturan Font

Berdasarkan penelitian, ditemukan kalau perempuan lebih berisiko terkena skoliosis dibandingkan laki-laki. Perbandingannya bahkan mencapai 7:1. Hal itu disebabkan perempuan memiliki otot yang lebih sedikit dan lemah dibandingkan laki-laki. Sementara otot adalah penggerak aktif yang menggerakkan tulang.

Di dunia, angka prevalensi skoliosis selalu meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri kenaikan orang menderita skoliosis mencapi empat sampai lima persen per tahun.

Skoliosis merupakan kelainan pada rangka tubuh yang mengakibatkan kelengkungan pada tulang belakang. Lengkungan ini menggambarkan deviasi vertebra ke arah lateral dan rotasional.

Skoliosis dapat terjadi pada semua usia dan hingga saat ini belum ditemukan penyebab yang pasti mengapa dapat terjadi. Tetapi paling banyak terjadi akibat keturunan, pernah mengalami kecelakaan ataupun kebiasaan seperti keseringan membawa barang berat pada satu sisi.

Bahaya skoliosis bisa berujung kelainan karena tulang belakang melindungi organ penting yang ada pada tubuh. Apabila mengalami kebengkokan, akan terjadi rotasi atau perputaran yang akan menekan segala sesuatu yang ada di dalamnya.

Belum lagi, tulang belakang merupakan tempat keluarnya saraf-saraf yang ada dalam tubuh, yang mana ketika bengkok akan menekan tempat keluar salah satu saraf lainnya sehingga bermasalah ke bagian tubuh.

Salah satu metode yang bisa dilakukan untuk menangani skoliosis adalah dengan yoga. Yoga adalah aktivitas olah tubuh dan pikiran yang fokus pada kekuatan, fleksibilitas dan pernapasan untuk meningkatkan kualitas mental dan fisik seseorang.

Postur atau rangkaian gerakan dan pernapasan merupakan dua komponen utama dari gerakan yoga. Sejak pertama kali dilakukan pada 5.000 tahun yang lalu di India, yoga menjadi salah satu praktik olah tubuh yang populer, bahkan telah diadaptasi ke berbagai variasi, tergantung kepentingannya. Salah satunya untuk skoliosis.

"Orang Jakarta banyak yang terkena skoliosis, mau muda atau tua karena gaya hidup yang buruk. Itu bisa disembuhkan melalui yoga dan memang membutuhkan waktu untuk latihannya. Tidak hanya satu hari, satu bulan atau bahkan satu tahun," ungkap Rahul Maity, instruktur dan pengajar dari Real Yoga. Real Yoga adalah studio yoga yang berada di The Bellezza Shopping Arcade, Ground Floor, kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan.

Bahkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr Loren Fishman dari Columbia University College of Physicians and Surgeons di New York , Amerika Serikat, menemukan bahwa melakukan satu gerakan yoga dalam waktu 90 detik selama paling tidak tiga hari dalam seminggu dapat mengurangi kelengkungan tulang belakang pada pasien skoliosis.

"Namun tentunya hal itu tidaklah mudah, mengingat membutuhkan komitmen jangka panjang agar bisa menyembuhkan skoliosis dengan gerakan yoga. Karena berbeda dengan penanganan yang menggunakan braces saat operasi untuk membuat tulang belakang kembali ke posisinya, yoga mencoba membuat tubuh sendiri yang membenarkan posisi tulang belakang dari dalam tubuh," tambah Rahul.

Untuk penderita skoliosis, lanjut Rahul, ada enam area tubuh yang harus menjadi fokus ketika melakukan postur yoga. Area-area ini sangat penting karena bisa mengurangi rasa sakit dan meminimalisir kelengkungan tulang belakang.

Pertama, kaki, karena pada saat berdiri dan berjalan, perlu rasanya untuk menempatkan berat yang sama pada kedua kaki dan untuk menyadari adanya ketidakseimbangan. Dengan memperkuat kaki, maka tercipta fondasi yang kuat di mana tulang belakang dapat meregang dan menjadi lebih bebas.

"Kedua, tulang belakang yang pada posisi ini adalah letak terjadinya skoliosis. Fokus pada pemanjangan tulang belakang dapat mengurangi kecenderungan terjadinya kurva S. Psoas utama dan kecil yang notabene merupakan fleksor utama di paha," terangnya.

Ketiga, mereka bersama otot iliacus membentuk unit struktural dan fungsional yang disebut iliopsoas. Iliopsias berguna selagi seseorang duduk untuk menyeimbangkan batang tubuh dan pada saat berdiri menahan batang tubuh untuk jatuh di belakang garis gravitasi.

Keempat, skapula yang berfungsi untuk mencegah punggung bagian atas membulat yang mana adalah masalah umum pada penderita skoliosis. Untuk itu, harus mengembangkan fleksibilitas otot-otot di sekitar tulang belikat. Begitu juga dengan otot perut, yang apabila lemah akan menyebabkan otot-otot di punggung bekerja terlalu keras.

Dan, yang kelima adalah napas. Kesadaran akan bernapas adalah hal yang paling penting saat melakukan pose yoga. "Ketika orang berada di atas matras yoga, semua kecemasannya cenderung hilang karena mereka fokus pada postur dan gerakan yoga," kata Rahul. gma/R-1

Permasalahan pada Sendi

Sementara itu, data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi sendi di Indonesia tercatat sekitar 7,3 persen dan osteoarthritis (OA) atau radang sendi menjadi penyakit sendi yang umum terjadi.

Meski sering kali dikaitkan dengan pertambahan usia, penyakit sendi telah mengalami perubahan dan tidak heran ditemukan di masyarakat dengan rentang usia 15 sampai 24 tahun dengan angka prevalensi 1,3 persen dan terus meningkat. Apalagi penyakit sendi termasuk OA ini dilaporkan sebagai salah satu penyebab tidak langsung berkurangnya produktivitas bekerja seseorang.

"Meski sering dianggap sepele, penyakit sendi khususnya osteoarthritis dapat dikategorikan sebagai salah satu rintangan dalam beraktivitas. Penyakit nyeri sendi yang tidak ditangani secara serius tentu dapat mengganggu kualitas hidup, sejalan dengan data yang menyatakan bahwa osteoarthritis diperkirakan akan menjadi penyebab ketidakberdayaan keempat di dunia pada 2020," ujar Evi K. Santoso, Vice President Marketing Consumer Intensive Care Combiphar beberapa saat lalu.

Permasalahan OA semakin dekat dengan penduduk di usia produktif di Indonesia karena Indonesia menjadi negara ketiga yang paling buruk keseimbangan antara kerja dan kehidupan. Data dari Forbes bahkan menunjukkan angka 14,3 persen penduduk usia produktif bekerja lebih dari 60 jam per minggu.

"Selain faktor genetik dan kelebihan berat badan, gaya hidup tidak sehat, kurang aktif bergerak dan cedera merupakan beberapa faktor pendorong osteoarthritis pada usia produktif. Cedera terkesan dekat dengan orang yang sering melakukan aktivitas fisik dengan intensitas tinggi, padahal cedera dapat terjadi saat kita melakukan kegiatan sehari-hari," tutur dr. Deasy Erika, Sp. KFR, dokter spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.

Untuk itu, seseorang harus terus bergerak agar dapat menghindari penyakit radang sendi. Semisalnya jangan terlalu sering menekuk lutut atau hindari duduk yang membungkuk. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top