Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Filipina Berduka atas Meninggalnya "Ratu Sprint Asia" Lydia De Vega

Foto : Facebook/Stephanie Mercado de Koenigswarter
A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Lydia De Vega, seorang pelari yang disebut-sebut sebagai perempuan tercepat di Asia pada era '80-an dan merupakan salah satu atlet paling terkenal di Filipina, telah kalah dalam pertempuran selama 4 tahun melawan kanker payudara pada usianya yang 57 tahun. Demikian diumumkan pihak keluarga De Vega.

Stephanie Mercado de Koenigswarter, putri De Vega, mengumumkan kematiannya melalui sebuah posting di Facebook pada Rabu (10/8) malam.

"Atas nama keluarga kami, dengan sangat sedih saya mengumumkan kematian ibu saya, Lydia De Vega, malam ini, 10 Agustus 2022, di Makati Medical Center," kata Stephanie. "Dia telah bertarung dengan sangat baik dan sekarang dalam damai," imbuh dia.

Stephanie Mercado de Koenigswarter, seorang atlet bintang cabang olahraga bola voli di Filipina, adalah putri dari De Vega dengan suaminya, Paul Mercado.

De Vega adalah seorang atlet yang pernah menempatkan Filipina dalam peta atletik internasional setelah dua kali berlomba di ajang Olimpiade. Ia didiagnosis menderita kanker payudara pada 2018. Keluarganya baru-baru ini meminta bantuan publik untuk mempertahankan perawatannya.

Lahir pada 26 Desember 1964 di Kota Meycauayan, Provinsi Bulacan, De Vega adalah putri seorang polisi yang mengawasi pelatihannya dan mendorongnya untuk berprestasi.

Sepanjang kariernya pada era '80-an dan awal '90-an, De Vega memenangkan 15 medali emas, termasuk lomba lari 100 meter di Asian Games 1982 dan 1986 dan lari cepat ganda 100 dan 200 meter di Kejuaraan Atletik Asia pada 1983 dan 1987.

De Vega memenangkan total sembilan emas dan satu perak di nomor 100 dan 200 meter, serta 400 meter dan lompat jauh di lima Pesta Olahraga Asia Tenggara.

De Vega menjadi sprinter profesional pada usia 18 tahun dan menjadi atlet Filipina paling populer pada masanya, jauh sebelum mencuatnya kepopuleran legenda tinju Manny Pacquiao.

Dengan perawakannya yang amat atletis, superstar lintasan lari ini merebut hati banyak penggemar di negara miskin yang berjuang dengan darurat militer di bawah pemerintahan diktator Ferdinand E Marcos Sr.

Pada Kamis (11/8), putra Marcos, Presiden Ferdinand Marcos Jr, memberikan penghormatan kepada De Vega, dengan mengatakan bahwa Filipina berduka atas hilangnya sang ratu pelari itu.

"Belasungkawa saya yang tulus untuk keluarga dan orang yang dicintainya," kata Presiden Marcos Jr. "Dia telah menyelesaikan kontesnya. Dia telah berjuang dengan baik. Mari kita berdoa untuk kedamaiannya," imbuh Presiden Filipina itu.

De Vega pensiun pada 1994 dan menukar kehidupan publik untuk kehidupan yang lebih tenang di Singapura, di mana dia membantu anak-anak dan penyandang disabilitas. Pada 2019, De Vega membawa bendera Filipina selama SEA Games dan momentum itulah yang menjadi penampilan publik terakhirnya. BenarNews/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top