Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hari Pangan Dunia I FAO Tekankan Pentingnya Melindungi Sumber Daya Air Tawar

FAO: Semua Orang Harus Memiliki Akses yang Sama untuk Memperoleh Air

Foto : ANTARA

SEPERLIMA AIR TAWAR DUNIA HILANG I Warga membersihkan enceng gondok di tepian Danau Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara yang terus mengalami penyusutan dan pendangkalan. Menurut Organisasi Pangan Dunia (FAO), selama dua dekade terakhir, sekitar satu perlima dari cadangan sumber daya air tawar dunia yang tersedia telah hilang.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Organisasi Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization/ FAO) mendorong para petani dan nelayan untuk menjadi agen pengelolaan air dan menyoroti air sebagai landasan kehidupan dan pangan.

Dalam memperingati Hari Pangan Sedunia 2023, lembaga di bawah naungan PBB itu, menyorot peran krusial air dalam kehidupan. Hal itu yang menjadi pertimbangan FAO mengangkat tema "Air Adalah Kehidupan, Air Adalah Pangan, Tidak Meninggalkan Siapa Pun" pada peringatan Hari Pangan Sedunia.

"Tema tersebut mencerminkan salah satu sumber daya paling berharga di planet ini: air, yang merupakan salah satu hal yang paling penting untuk kehidupan di bumi," sebut FAO dalam keterangan tertulisnya yang diterima Antara di Jakarta, Senin (16/10).

"Air meliputi sebagian besar permukaan planet bumi, membentuk lebih dari 50 persen dari tubuh kita, membantu menyediakan makanan bagi kita, mendukung mata pencaharian, dan sangat penting untuk mencapai Agenda Pembangunan Berkelanjutan tahun 2030 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)," kata FAO.

Di tengah tantangan kompleks yang dihadapi karena perubahan iklim dan polusi, FAO menegaskan pentingnya melindungi sumber daya air tawar dan sistem pangan akuatik, serta memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang sama untuk memperoleh air.

Selama dua dekade terakhir, menurut FAO, sekitar satu perlima dari cadangan sumber daya air tawar yang tersedia hilang. "Tanpa aksi nyata, kita akan terus menaikkan pemakaian air untuk pertanian hingga lebih dari sepertiga pada 2050.

"Artinya, kita akan terpojok bersama-sama, dan perubahan iklim pun diyakini akan memperparah tantangan air kita ini," kata FAO.

Tantangan air memengaruhi berbagai kelompok orang dengan cara yang berbeda, terutama di daerah yang kekurangan air, di mana perubahan sekecil apa pun memiliki dampak besar pada kehidupan masyarakat.

Pertumbuhan populasi yang cepat, urbanisasi, perkembangan ekonomi, dan perubahan iklim, semuanya memberikan dampak pada sumber daya air, ditambah dengan polusi air dan penyedotan air tanah yang berlebihan dapat menciptakan kombinasi tantangan yang kompleks.

Untuk itu, praktik pengelolaan air yang inovatif dan efisien serta tindakan di lapangan sudah dimulai. "Inisiatif seperti penggabungan konservasi biodiversitas dan penggunaan berkelanjutan dalam praktik perikanan darat di ekosistem air tawar (proyek IFish), pengembangan strategi nasional untuk pengelolaan berkelanjutan sumber daya genetik akuatik, dan upaya untuk mengatasi kelangkaan air menunjukkan komitmen kami terhadap Indonesia," kata Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal.

Menurut Aryal, para petani dan nelayan perlu menjadi agen pengelolaan air dan dilengkapi dengan perangkat yang tepat untuk melakukannya secara berkelanjutan.

Para petani, warga yang hidup dari hasil hutan, para peternak, dan mereka yang bekerja dalam sektor ekonomi biru sudah terbiasa mengelola pemakaian air setiap hari. "Mendukung dan mendorong mereka untuk mengambil peran kepemimpinan dalam menemukan dan menjalankan solusi pelestarian air adalah sesuatu yang jelas dan cerdas," katanya.

Selain itu, dia juga menekankan perlunya melindungi sumber daya air tawar yang sudah ada dan sistem pangan akuatik dari polusi dan dampak perubahan iklim. "Kita harus memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang sama untuk memperoleh air," tambah Aryal.

Kardinal Ignatius Suharyo dalam pesannya pada peringatan Hari Pangan Sedunia juga menekankan pentingnya akses air yang berkeadilan bagi semua orang. Dia pun mengkritik privatisasi dan komersialisasi sumber daya air yang menyebabkan akses sebagian orang terhadap air jadi berkurang.

Tingkatkan Produktivitas

Pengamat ekonomi Universitas Diponegoro (Undip), Esther Sri Astuti, mengatakan kalau melihat jumlah luas lahan dan luas area permukiman manusia maka masih banyak daerah yang tidak mendapat akses air bersih.

"Pengadaan air sangat urgent, jika pemerintah tidak mampu memperluas akses masyarakat ke air maka harus gandeng pihak lain," kata Esther.

Sebab, salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas pangan adalah irigasi dan ketersediaan air dari bendungan yang cukup.

Dalam kesempatan terpisah, pengamat ekonomi Universitas Katolik Jakarta, Yohanes B Suhartoko, mengatakan pemeliharaan lingkungan mutlak harus di lingkungan karena merupakan ekosistem kehidupan manusia.

"Faktor lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam kelangsungan dan kesejahteraan manusia," katanya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top