Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

FAO Laporkan Semakin Banyak Orang di Asia Kekurangan Makan

Foto : AP/Ajit Solanki

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada Selasa (24/1) melaporkan semakin banyak orang di Asia yang kekurangan makanan karena kerawanan pangan meningkat dengan harga yang lebih tinggi dan kemiskinan yang memburuk.

Prevalensi kerawanan pangan meningkat menjadi lebih dari 29 persen pada tahun 2021 dari yang sebelumnya berada di angka 21 persen pada tahun 2014.

Artinya, hampir setengah miliar orang dilaporkan kekurangan gizi pada 2021 dan lebih dari 1 miliar menghadapi kerawanan pangan sedang hingga parah. Di Asia, hampir 2 miliar orang atau hampir 45 persen orang tidak mampu membeli makanan sehat, berkontribusi terhadap masalah anemia dan obesitas serta kelaparan.

Di Asia Selatan, sekitar delapan dari 10 orang mengalami kekurangan gizi. Di Afghanistan, 70 persen orang menghadapi kerawanan pangan sedang atau parah karena ekonomi telah runtuh setelah Taliban merebut kekuasaan pada Agustus 2021. Sejak saat itu, jutaan orang jatuh miskin dan kelaparan karena berhentinya bantuan asing dalam semalam.

Pandemi COVID-19 disebut FAO telah menyebabkan hilangnya pekerjaan dan gangguan secara massal. Terlebih, perang Rusia dan Ukraina juga telah mendorong naiknya harga makanan, energi, dan pupuk. Memberikan pukulan berat bagi banyak negara yang bergantung pada impor gandum, minyak nabati dan pupuk dari kedua negara tersebut.

Melansir The Associated Press, pengentasan kelaparan dan malnutrisi telah semakin mengalami kemunduran karena semakin banyak orang kehilangan sumber daya untuk mendapatkan cukup makanan.

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa "perlambatan dalam perang melawan kelaparan terus berlanjut".

Laporan FAO juga menyoroti meningkatnya kerawanan pangan yang dihadapi oleh orang-orang yang pindah ke kota, di mana mereka memiliki akses yang kurang mudah ke makanan yang terjangkau.

"Mereformasi sistem pangan pertanian kita untuk menghasilkan makanan bergizi dan memastikan akses yang adil ke makanan sehat sangatlah penting," katanya.

Indeks Harga Pangan FAO telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, hingga mencapai rekor pada Maret 2022. Indeks ini turun kembali karena harga komoditas agak menurun di akhir tahun tetapi masih 28 persen di atas level tahun 2020. Naiknya harga kebutuhan pokok seperti beras, gandum, dan minyak paling keras memukul orang miskin.

Krisis ini telah mengarah pada apa yang disebut PBB sebagai krisis "5F" karena tidak cukup makanan, pakan, pupuk, bahan bakar, dan pembiayaan.

Pola makan yang tidak sehat dan makanan yang tidak memadai juga membahayakan kesehatan dan produktivitas masyarakat di masa depan, karena menyebabkan anak-anak menderita stunting dan membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top