Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Fakta yang Harus Diketahui terkait Self Healing

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Istilah self-healing, atau penyembuhan diri,kini kian ramai di media sosial, sebagai salah satu upaya untuk memulihkan diri serta memanjakan diri dari rutinitas yang sibuk, dan bahkan membuat kewalahan (burnt-out).


Psikolog klinis lulusan Universitas Gadjah Mada Zahrah Nabila Putri mengatakan mengapresiasi diri sendiri denganself-healingsesuai dengan hal yang disukai adalah hal yang wajar namun harus diimbangi dengan refleksi diri, apakahself-healingtersebut bermanfaat bagi diri sendiri.



"Mungkin kita sudah terjebak dengan istilah ini, namun, kita perlu tahubasic needskita dengan coba tanya ke diri sendiri, apakahself-healingitu bentuk kita untuk melarikan diri dan mengalihkan perhatian kita dari masalah, atau benar-benar bisa menjadisupport systemuntuk atasiburnt-outkita," kata Zahrah kepada ANTARA, Senin.


"Ketika kita paham kalauself-healingbisa untuk dijadikan dukungan dari diri untuk menghadapiburnt-out,harapannya tentu kegiatan itu bisa menjadisupport. Bicara soal batasan, itu adalah pertanyaan untuk diri sendiri, apakah kita menerima atau menolak (gagasan itu) untuk menghadapi stres kita," ujarnya menambahkan.


Lebih lanjut,self-healingbiasanya beriringan dengan adanyaburnt-out-- rasa lelah dan kewalahan dengan banyaknya tuntutan pekerjaan atau lainnya. Menurut Zahrah,burnt-outyang hadir seiring dengan trenhustle culturedi kalangan anak muda ini terjadi karena paparan informasi yang begitu banyak dan cepat, ditambah dengan sifat alami manusia yang kompetitif.


Namun, lanjut dia, setiap orang memiliki fondasi yang berbeda: ada yang sudah cukup kuat, dan ada pula yang masih berusaha membangun pijakannya. Dengan paparan informasi yang cepat, tentu akan banyak "serangan" yang menggoda di dalam proses tersebut.



"Di sini, diperlukan jeda informasi. Bagi mereka yang merasa fondasinya belum cukup kuat dan dipaksa kerja keras, itu bisa berpengaruh ke kondisi mentalnya. Dukungan tiap orang pun berbeda-beda, dan itu menjadi perjalanan mereka masing-masing," ujar Zahrah.


Sehingga, penting bagi setiap individu untuk mau mengakui ketika mereka sudah tidak kuat dan mampu menangani berbagai hal tersebut. Adapun beberapa tanda yang bisa disadari, beberapa di antaranya adalah kehilangan rasa sukacita saat bekerja, merasa pekerjaan adalah beban yang luar biasa, hingga merasa bekerja seperti layaknya sebuah "robot".


"Kita perlu mengakui kalau kita merasaburnt-out.Yang perlu dilakukan adalah melihat tiga sisi kita yaitu dari sisi emosional, fisik, dan pikiran. Manakahburnt-outyang paling menyerang dari ketiga hal itu. Dari situ, kita bisa cobareleasedengan berbagai hal yang sesuai seperti olahraga, meditasi,journalling, dan lainnya," kata Zahrah.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Mafani Fidesya

Komentar

Komentar
()

Top