Evaluasi Peran Bulog di Rantai Pasok
Bersaing dengan sektor swasta akan membuat Bulog menjadi pihak merugi sehingga peran lembaga stabilisator pangan tersebut dalam rantai pasok beras perlu dipertimbangkan kembali.
JAKARTA - Peran Perum Bulog dalam rantai pasok pangan, terutama beras perlu dievaluasi. Langkah tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas Bulog dalam menjaga stabilitas harga pangan Indonesia.
"Masalah muncul karena di tingkat hulu, Bulog harus melakukan pengadaan beras dari petani. Tetapi, kemudian Bulog mengalami kesulitan untuk mendistribusikan beras di pasar tingkat hilir," kata Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Felippa Ann Amanta, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (21/10).
Menurut Felippa, tak seperti pihak swasta, Bulog harus membeli beras dengan semua tingkat kualitas dan menyimpan stok penyangga sebagai cadangan nasional di gudangnya. Selain itu, ujar dia, fungsi penugasan untuk menjaga stok penyangga nasional tanpa kebijakan yang jelas bagaimana distribusinya di tingkat hilir memiliki dampak jangka panjang untuk pengelolaan Bulog.
Untuk menunjang penugasan ini, lanjutnya, Bulog harus mengandalkan pinjaman komersial atau juga menggunakan anggaran pemerintah saat bersaing dengan pihak swasta dalam pengadaan beras. Dia mengemukakan penugasan untuk menjaga stok nasional memunculkan biaya tambahan, sementara kualitas beras menurun, dan pembayaran bunga pinjaman bank semakin bertambah.
Felippa menilai pengaturan saat ini secara finansial tak berkelanjutan untuk Bulog. Pada akhirnya, beban ada di pembayar pajak yang perlu menutup biaya distribusi beras. "Mempertimbangkan kondisi tersebut, peran Bulog dalam rantai pasok beras perlu dipertimbangkan kembali. Bersaing dengan sektor swasta akan selalu membuat Bulog menjadi pihak yang merugi. Pihak swasta bisa menawarkan harga beras yang lebih tinggi kepada petani dan meminta kualitas beras yang lebih baik," ujar Felippa.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya