Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Setelah menunggu hampir tiga dekade, teleskop angkasa luar James Webb akan segera diluncurkan. Para astronom di seluruh dunia sudah tidak sabar dengan hasil pengamatan penerus dari teleskop Hubble yang memiliki kemampuan 100 kali lebih kuat.

Era Baru Pengamatan Angkasa Luar Segera Dimulai

Foto : Jim WATSON / AFP
A   A   A   Pengaturan Font

Jika tidak ada aral melintang, rencananya pada 22 Desember 2021, teleskop angkasa luar terbaru dan tercanggih bernama James Webb akan diluncurkan. Nama tersebut berasal dari James E Webb, tokoh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA) yang berperan penting dalam program Apollo.
Teleskop ini beberapa waktu lalu telah dibawa ke tempat perakitan terakhir di sebuah bangunan di fasilitas Northrop Grumman di California, Amerika Serikat (AS).
Selanjutnya kotak selubung teleskop dibuka dan isinya diangkat ke platform tinggi di panggung roket yang akan membawanya ke luar angkasa. Alat tersebut akan ditempatkan di orbit dengan roket Ariane 5 yang akan diluncurkan dari Kourou, Guyana, Prancis.
Teleskop angkasa luar James Webb (James Webb Space Telescope/JWST), yang sebelumnya dikenal dengan Next Generation Space Telescope (NGST), selanjutnya diorbitkan pada posisi 1,5 juta kilometer dari Bumi.
Posisi tersebut berada pada wilayah yang dikenal sebagai Lagrange point 2 jarak antara Bumi-Matahari atau L2. Pada posisi ini, pengamatan JWST tidak akan terhambat Bumi dan Bulan. Kekurangannya jika terjadi malfungsi teleskop luar angkasa tidak lagi dapat diperbaiki seperti teleskop luar angkasa Hubble.
JWST sangat penting bagi pengamatan angkasa luar. Namun proyek kolaborasi NASA dengan bantuan European Space Agency (ESA) dan Canadian Space Agency (CSA) yang dimulai pada 1996 ini, sempat hampir dibatalkan oleh kongres Amerika Serikat.
Pada prosesnya nanti teleskop akan membutuhkan waktu sekitar 30 hari untuk mencapai titik L2. Pada titik itu, panel surya akan terus mendapatkan sinar matahari secara terus menerus tanpa pernah tertutup bayangan Bumi dan Bulan. Selain itu pada titik itu gravitasi cukup stabil untuk mendukung aktivitasnya.
Jadwal JWST setelah diluncurkan akan padat. Setelah mencapai orbit L2, dalam waktu satu bulan teleskop akan merakit dirinya sendiri. Selama dua bulan, instrumennya akan bekerja secara daring online dengan perlahan-lahan. "Setelah itu, diperlukan waktu dua bulan lagi untuk menguji instrumen tersebut sebelum siap untuk mulai mengumpulkan data baru," tulis laman Universe.
Teleskop JWST akan berbeda sekali dengan teleskop luar angkasa Hubble. Bukan hanya pada kinerja penginderaannya, namun juga lokasi dan cara pemasangannya. Teleskop Hubble yang diluncurkan pada 1990 oleh pesawat ulang alik Atlantis itu berada di orbit rendah Bumi dan teleskop ini dirakit oleh para awak pesawat ulang-alik.
Sementara JWST yang menelan biaya 11 miliar dollar AS atau sekitar 157 triliun rupiah yang berada di orbit tinggi. Ketika terjadi masalah bahkan tidak bisa dilakukan perbaikan oleh para astronot. Ini berbeda dengan Hubble yang sempat mengalami perbaikan.
Seorang astrofisikawan dan mahasiswa pascasarjana di McGill University di Montreal, Kanada, Lisa Dang mengatakan teleskop ini dalam jangka pendek fokus untuk menatap sebuah planet di luar tata surya. Planet itu disebut K2-141b, sebuah planet yang sangat panas sehingga permukaannya sebagian berupa batuan cair.

Ubah Pemahaman
JWST akan menghadirkan citra baru dalam pengamatan fenomena kosmik, seperti galaksi terjauh yang pernah dilihat, atmosfer planet yang jauh, dan jantung daerah pembentuk bintang yang terbungkus debu.
Dengan kemampuannya kira-kira 100 kali lebih kuat dari pendahulunya Hubble, teleskop ini akan mengubah pemahaman manusia tentang kosmos selama 31 tahun terakhir.
"Webb memiliki kemampuan transformatif yang bagi saya akan menjadi masa 'sebelum' dan 'sesudah,'" kata Jane Rigby, astrofisikawan di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland, yang bekerja pada proyek JWST, seperti dikutip Nature.
Setelah berfungsi, ribuan astronom di seluruh dunia menunggu data yang diperoleh JWST. "Tidak banyak waktu dalam hidup Anda ketika Anda berada di puncak hal besar seperti ini. Ada banyak emosi," kata, seorang astronom dan Wakil Presiden Sains pada Association of Universities for Research in Astronomy di Washington DC yang bekerja pada proyek teleskop tersebut, Heidi Hammel.
JWST diharapkan beroperasi setidaknya selama lima tahun dan mungkin hingga sepuluh tahun. Namun hal ini tergantung dari jumlah bahan bakar untuk roket pendorong yang berperan dalam mengarahkan tetap berada di L2.
Setelah bertahun-tahun menunggu, para astronom lebih dari siap untuk Webb mengambil tongkat estafet penemuan dari Hubble. "Saya mungkin paling bersemangat untuk hal-hal yang belum kita ketahui," kata Astronom di Leiden Observatory di Belanda, Mariska Kriek, yang berencana menggunakan Webb untuk mempelajari galaksi jauh yang tidak lagi membentuk bintang.
Para astronom di Eropa di bawah ESA akan mendapatkan setidaknya 15 persen dari waktu pengamatan, sedangkan astronom CSA dari Kanada memiliki setidaknya 5 persen waktu, sedangkan waktu terbanyak diperoleh para astronom NASA dari Amerika Serikat. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top