
Energi Terbarukan Global Akan Meningkat Sepertiga pada 2023

Panel surya di area pembangkitan listrik fotovoltaik berkapasitas 500.000 kilowatt di Ordos, Daerah Otonomi Mongolia Dalam, Tiongkok, Selasa (30/5).
LONDON - Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) pada Kamis (1/6) mengatakan penambahan kapasitas energi baru dan terbarukan (EBT) global diperkirakan akan meningkat sepertiga pada 2023. Ini terjadi karena kebijakan negara-negara yang lebih kuat dan masalah keamanan energi mendorong penyebaran energi yang lebih bersih.
Dalam laporan pembaruan Pasar Energi Terbarukan, IEA mengatakan penambahan kapasitas terbarukan di seluruh dunia akan melonjak sebesar 107 gigawatt (GW), peningkatan absolut terbesar yang pernah ada, menjadi lebih dari 440 GW pada tahun 2023.
Dikutip dari The Straits Times, pada 2024, total kapasitas listrik terbarukan global diperkirakan akan meningkat menjadi 4.500 GW, setara dengan total keluaran daya Tiongkok dan Amerika Serikat jika digabungkan.
"Matahari dan angin memimpin ekspansi pesat ekonomi energi global baru. Tahun ini, dunia akan menambahkan jumlah energi terbarukan yang memecahkan rekor ke sistem kelistrikan, lebih dari total kapasitas daya gabungan Jerman dan Spanyol," kata Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol.
Respons Krisis Energi
Di Eropa, pertumbuhan energi terbarukan merupakan inti dari respons blok tersebut terhadap krisis energi setelah perang Ukraina.
Langkah-langkah kebijakan baru juga membantu mendorong peningkatan kapasitas yang signifikan di AS dan India selama dua tahun ke depan.
"Tiongkok juga diperkirakan menyumbang hampir 55 persen dari penambahan global kapasitas energi terbarukan pada tahun 2023 dan 2024," kata IEA.
Penambahan kapasitas solar photovoltaic (PV) akan menyumbang dua pertiga dari peningkatan tahun ini, dan diperkirakan akan terus tumbuh pada 2024.
"Harga listrik yang tinggi telah mendorong pertumbuhan PV surya atap yang lebih cepat," kata laporan itu.
Penambahan kapasitas tenaga angin diperkirakan akan tumbuh hampir 70 persen pada tahun 2023 tahun ke tahun karena penyelesaian proyek yang telah tertunda oleh pembatasan Covid-19 di Tiongkok dan masalah rantai pasokan di AS dan Eropa.
"Namun, pertumbuhan lebih lanjut pada tahun 2024 akan bergantung pada apakah pemerintah dapat memberikan dukungan kebijakan yang lebih besar untuk mengatasi tantangan dalam hal perizinan dan desain lelang kapasitas," tambah laporan tersebut.
Meskipun daya saing pembangkit listrik tenaga angin dan matahari telah meningkat sejak tahun lalu, lelang energi terbarukan mengalami penurunan permintaan dengan rekor 16 persen pada tahun 2022.
Lebih banyak investasi dalam meningkatkan jaringan untuk mengintegrasikan volume energi terbarukan yang lebih tinggi dalam sistem tenaga juga diperlukan.
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya