Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
PERSPEKTIF

Energi Surya

Foto : ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak

Panel surya yang disediakan penyedia jasa pembangunan PLTS atap.

A   A   A   Pengaturan Font

Sungguh ironi jika itu terjadi. Indonesia impor listrik tenaga surya, padahal matahari bersinar tidak kurang dari 8 jam per hari sepanjang tahun

Pemanfaatan matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak 1970-an, mendapat perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Di samping jumlahnya yang tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak lingkungan.

Letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, mempunyai potensi yang sangat besar mengembangkan energi surya. Matahari terus bersinar sepanjang tahun dengan rata-rata bersinar 6-8 jam per hari. Lamanya penyinaran ideal (puncak matahari) yang bisa memproduksi listrik pada panel surya di Indonesia adalah 4 hingga 5 jam per hari.

Wilayah paling barat dan paling timur mempunyai potensi penyinaran ideal paling lama yaitu 5 jam. Di barat, area tersebut meliputi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan sebagian Bengkulu. Sedangkan di timur penyinaran ideal berada di wilayah Papua, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan sebagian Sulawesi dengan lama penyinaran ideal 4,5-4,8 jam per hari.

Untuk Jawa, Jakarta memiliki penyinaran ideal paling kecil, hanya 3-3,5 jam per hari disusul Bandung dan Bogor. Potensi energi terbesar di Jawa ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan rata-rata penyinaran ideal 4 jam. Pulau Kalimantan potensinya cukup baik, antara 4-4,5 jam per hari. Perbedaan lamanya penyinaran ideal di pulau ini pun tidak terlalu besar.

Berdasarkan data dari Dewan Energi Nasional, potensi energi matahari Indonesia rata-rata 4,8 kilowatt hour per kilometer persegi per hari (kWh/m2/per hari). Jika dibandingkan dengan luasan lahan di Indonesia, potensi tersebut 10 kali lipat dari potensi Jerman dan Eropa.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top