Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek Usaha - AMRT Akan Terbitkan Obligasi Rp1 Triliun untuk “Refinancing”

Emiten Ritel Targetkan "Fee Based" Tumbuh 20 Persen

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

TANGERANG - Di tengah era digital, emiten ritel PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) menargetkan pendapatan dari jasa layanan (fee based) tumbuh 10-20 persen pada tahun ini. Sementara pendapatan dari warung tradisional yang menjadi binaan diharapkan tumbuh 10 persen.

Presiden Direktur Sumber Alfaria Trijaya, Hans Prawira, mengatakan pada tahun ini Perseroan lebih menargetkan pendapatan dari fee based yang berasal dari semua pembayaran seperti pembayaran listrik, BPJS, cicilan motor, dan sebagainya. Pendapatan fee based di tahun lalu mencapai 250 miliar rupiah dan tahun ini diharapkan meningkat 10-20 persen.

"Pertumbuhannya relatif konservatif, namun banyak produk-produk baru yang bisa dikerjasamakan," ungkap dia, di Tangerang, Kamis (24/5). Adapun pendapatan dari warung binaan di tahun lalu mencapai satu triliun rupiah. Tahun ini pihaknya menargetkan pertumbuhan di angka 10 persen.

Perseroan pun sangat terbuka untuk menjalin kerja sama baru dengan perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di sektor digital sehingga memberikan value added services bagi konsumen. "Harapan kita orang ke toko bukan hanya untuk belanja, tapi juga bisa membayar kebutuhan lain, seperti beli tiket kereta dan lainnya," imbuh dia.

Menurut Hans, saat ini memang sedang berkembang model-model pembayaran baru melalui kerja sama digital seperti Go-Pay. Pihaknya pun dalam proses penjajakan untuk mengimplementasikannya. Sebab, penerapan QR masih baru di Indonesia sehingga masih terus melakukan sinkronisasi sistem. "Prinsipnya kami terbuka kerja sama dengan mitra sehingga memudahkan konsumen untuk berbelanja," terang dia.

Gerai Baru

Sementara itu, Direktur Keuangan Sumber Alfaria Trijaya, Tomin Widian, menuturkan pada tahun ini Perseroan akan membuka 800 gerai baru meliputi 650 gerai reguler dan 150 gerai franchise. Untuk mendukung pembukaan gerai baru tersebut, Perseroan akan menggelontorkan belanja modal (capital expendicture/capex) berkisar 2,3 triliun rupiah.

Dana capex selain untuk pembukaan gerai baru, akan digunakan untuk memperpanjang kontrak gerai-gerai yang jatuh tempo di tahun ini. Dari total capex tersebut hingga saat ini telah terserap sebesar 300 miliar rupiah. "Untuk pembukaan satu gerai di membutuhkan dana sebesar satu miliar rupiah termasuk sewa ruko selama lima tahun dibayar di muka, di luar inventory," ujar dia.

Menurut Hans, Perseroan ingin lebih memfokuskan pada kualitas sehingga performa gerai yang kurang bagus akan ditutup. "Banyak toko juga yang kurang perform. Jadi, kami konsolidasi sehingga yang kurang bagus kita buang dan diseleksi yang lebih bagus," tegas Hans. Hingga April 2018, Perseroan telah membuka 32 toko baru.

Pembukaan toko tersebut terbilang agak lambat di awal-awal bulan ini. Hal ini lantaran Perseroan mengevaluasi kinerja toko-toko yang performanya kurang bagus akan ditutup dan diganti dengan toko baru. Perseroan pun tetap akan fokus pada existing markets dengan komposisi 50 persen di Jawa dan 50 persen di luar Jawa.

Sementara itu, ekspansi ke luar negeri, yakni Filipina saat ini telah memiliki 400 gerai. Adapun total gerai Alfamart hingga Maret 2018 sebanyak 13.503 unit.

Perseroan juga berencana menerbitkan obligasi senilai satu triliun rupiah, yang akan digunakan untuk refinancing obligasi jatuh tempo pada Mei 2018 sebesar 600 miliar rupiah. Sisanya, 400 miliar rupiah akan digunakan untuk membayar utang perbankan. "Selain menerbitkan obligasi, Perseroan juga mempunyai utang bank baik lokal maupun asing," pungkasnya.

yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top