Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dwikorita: Indonesia Optimistis WWF ke-10 Lahirkan Konsensus Politik Atasi Krisis

Foto : bmkg.go.id

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

A   A   A   Pengaturan Font

Pemerintah Indonesia melalui Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) optimistis event Forum Air Dunia (World Water Forum/WWF) ke-10, yang berlangsung di Bali pada 18-25 Mei 2024 mampu melahirkan konsensus politik di antara kepala negara peserta untuk mengatasi tantangan krisis iklim bersama secara konkret.

Pernyataan itu diungkapkan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam seminar daring bertajukMenuju World Water Forum Ke-10, Kolaborasi Tangguh Atasi Tantangan Perubahan Iklim, Forum Merdeka Barat (FMB) 9, Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dipantau di Jakarta, Senin (1/4).

Menurut Dwikorita, berdasarkan hasil dari banyak analisa lembaga iklim dunia, kondisi iklim dan cuaca saat ini terus mengalami ketidakpastian salah satunya diakibatkan belum terkendalinya pembuangan gas rumah kaca CO2 di atmosfer.

Kondisi ketidakpastian tersebut mengakibatkan timbulnya cuaca ekstrem; baik kekeringan maupun hujan di atas kenormalan rata-rata yang dampaknya tidak hanya membuka peluang timbulnya degradasi sosial-kesehatan masyarakat tetapi juga mempengaruhi kondisi finansial atau ekonomi suatu negara.

"Itu salah satu substansi penting WWF di Bali nanti karena sebagian besar negara di dunia sudah merasakan dampak dari tantangan perubahan iklim ini yang artinya ketersediaan air harus dijaga demi kepentingan bersama," kata dia.

Ia menyatakan, forum tersebut juga akan melahirkan konsensus politik dari para kepala negara atau lembaga otoritas yang mewakili 30-an negara peserta yang bersifat mengikat atau harus dilaksanakan demi mengatasi potensi krisis iklim tadi.

Dwikorita menilai konsensus yang mengikat itu adalah poin terpenting yang akan dihasilkan WWF Ke-10, karena artinya kepala negara-negara peserta sepakat untuk mengeksekusi segenap rencana aksi yang sudah disusun secara saintifik berbasis ekosistem dan peristiwa alam oleh negara masing-masing.

Adapun rencana aksi nyata tersebut menyangkut mitigasi perubahan iklim dan menghapus kesenjangan antara tantangan dan kapasitas masing-masing negara dalam hal pengelolaan sumber daya air, iklim, pangan, energi, dan kesehatan.

"Kemampuan setiap negara tentu berbeda. Pengetahuan sains dan teknologi yang tertinggal yang menjadikan kesenjangan itu semakin kompleks dan rumit. Saat ini kita bisa mengakhirinya bersiap mengatasi krisis iklim secara bersama-sama," ujar dia. Ant/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top