Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dunia Meragukan Vaksin Sputnik V

A   A   A   Pengaturan Font

Pemangkasan waktu jauh yang dilakukan Rusia dalam memproduksi vaksin Covid-19 diragukan oleh berbagai pihak. Cara yang dilakukan oleh Gamaleya National Research Center of Epidemiology and Microbiology dikhawatirkan menimbulkan risiko kesehatan bagi orang yang divaksin.

Menanggapi akan segera diproduksinya vaksin Sputnik V oleh Rusia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, sedang mengadakan pembicaraan dengan Rusia. Melalui juru bicaranya, Tarik Jasarevic, WHO berhubungan erat dengan otoritas kesehatan Rusia dan berkomunikasi. Kemungkinan WHO melakukan pra kualifikasi vaksin itu.

"Namun sekali lagi pra kualifikasi vaksin apa pun selalu melibatkan peninjauan dan penilaian yang ketat terhadap seluruh data keamanan dan kemanjuran yang disyaratkan," ujar Tarik.

Pakar penyakit Amerika Serikat, dr Anthony Fauci, mengharapkan Rusia termasuk juga Tiongkok benar-benar melakukan uji klinis calon vaksin secara benar. "Saya berharap Tiongkok dan Rusia benar-benar menguji vaksin sebelum memberikan kepada siapa pun," ujar dia.

"Klaim memiliki vaksin yang siap didistribusikan sebelum Anda melakukan pengujian, menurut saya, amat bermasalah. Saya benar-benar ragu, mereka telah melakukan itu." katanya seperti dilansir ABCNews.

Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, menyatakan keprihatinannya terhadap Sputnik V karena belum diuji dengan benar. "Bisa berbahaya untuk mulai memvaksinasi jutaan orang. Terlalu dini karena itu bisa mematikan penerima vaksinasi jika terjadi kesalahan," uja dia.

"Berdasarkan yang kami tahu, ini belum cukup diuji. Ini bukan tentang menjadi yang pertama, tapi tentang memiliki vaksin yang aman," lanjutnya.

Seorang peneliti di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis di Marseille, Isabelle Imbert, menuturkan, menjanjikan penyembuhan terlalu dini bisa sangat berbahaya. "Kami tidak tahu metodologi atau hasil uji klinis mereka," katanya kepada Le Parisien.

Di Rusia sendiri calon vaksin ini mendapat kritik. Asosiasi Organisasi Uji Klinis (Acto) yang berbasis di Moskow, mewakili perusahaan obat top dunia di Rusia, mendesak kementerian kesehatan untuk menunda persetujuan hingga setelah uji coba tahap III.

Direktur Eksekutif Acto, Svetlana Zavidova, menuturkan, vaksinasi massal sudah dilakukan setelah gabungan tes tahap I dan II pada 76 orang. Langkah ini tidak mungkin untuk memastikan keefektifan obat.

Sementara itu, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mendukung vaksin dari Rusia dan menawarkan diri untuk diuji vaksin tersebut. "Saya yakin, vaksin yang Anda hasilkan benar-benar baik untuk kemanusiaan. Saya akan menjadi orang pertama yang diujicobakan," ujarnya kepada Putin.

Kepala Dana Investasi Langsung Rusia, Kirill Dmitriev, menginformasikan, studi III akan dilakukan di beberapa negara, termasuk Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Filipina, dan mungkin Brazil, serta melibatkan ribuan sukarelawan. hay/G-1*

Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top