Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pelestarian Lingkungan

Dunia Kehilangan Lahan untuk Memberi Makan Dirinya Sendiri

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Laporan PBB baru-baru ini menyebutkan ancaman terbesar terhadap keberadaan manusia saat ini disebabkan oleh aktivitas mereka sendiri, bukan karena alam.

Dikutip dari The Straits Times, banyak orang yang mengetahui kontribusi manusia terhadap perubahan iklim dan mungkin juga hilangnya keanekaragaman hayati. Namun, ada dampak lingkungan ketiga yang jarang mendapat perhatian yaitu penggurunan, yang dikenal sebagai degradasi lahan.

Dunia dengan cepat kehilangan lahan yang dapat dimanfaatkan karena alasan-alasan yang merugikan diri sendiri, mulai dari pertanian intensif dan penggembalaan ternak yang berlebihan hingga pengembangan real estat dan perubahan iklim. Krisis ini semakin memperburuk kerawanan pangan dan air, serta menambah emisi gas rumah kaca.

Para ilmuwan lingkungan tidak mengabaikan masalah ini. Faktanya, KTT Bumi yang diselenggarakan di Rio de Janeiro pada tahun 1992 menghasilkan tiga konvensi PBB, yaitu perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan penggurunan.

Konvensi iklim ini mengadakan pertemuan puncak Konferensi Para Pihak atau Conference of the Parties (COP) setiap tahun, seperti COP-28 di Dubai, yang kini sering menjadi berita utama di halaman depan.

"Meskipun konvensi keanekaragaman hayati dan penggurunan juga menyelenggarakan pertemuan puncak COP, pertemuan tersebut hanya diadakan setiap dua tahun sekali dan jarang mendapat perhatian sebanyak itu. Ini adalah peluang yang hilang," kata sekretaris eksekutif Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasi, Ibrahim Thiaw, mengisyaratkan hal ini bisa menjadi masalah pencitraan karena orang mengira ini hanya tentang gurun.

"Ada kesalahpahaman mengenai istilah penggurunan. Itu sebabnya kami juga menggunakan degradasi lahan," kata Thiaw.

Tantangan Terbesar

Ironisnya, salah satu tantangan terbesar dalam upaya melawan degradasi lahan bersifat universal yaitu manusia perlu makan. Sekitar 40 persen lahan di bumi, lima miliar hektare, digunakan untuk pertanian. Sepertiganya untuk bercocok tanam dan sisanya untuk menggembalakan ternak.

Sayangnya, dunia tidak memiliki rekam jejak yang baik dalam praktik pertanian berkelanjutan. Selama 500 tahun terakhir, aktivitas manusia (terutama pertanian) telah menyebabkan hampir dua miliar hektare lahan terdegradasi.

Hal ini berkontribusi pada sekitar 500 miliar ton setara karbon dioksida yang dilepaskan dari gangguan tanah atau sekitar seperempat dari seluruh gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan tambahan saat ini. Degradasi lahan lebih lanjut hingga tahun 2050 dapat menambah 120 miliar ton karbon dioksida yang setara dengan atmosfer sehingga memperburuk perubahan iklim.

Thiaw mengatakan memusatkan perhatian pada proyek restorasi lahan dapat membalikkan kondisi ini. "Tidak ada solusi terhadap degradasi lahan yang juga tidak memberikan manfaat bagi permasalahan lain yang kita hadapi," katanya.

Selain membatasi emisi, laporan Forum Ekonomi Dunia menemukan investasi sekitar 2,7 triliun dollar AS setiap tahun dalam restorasi ekosistem, pertanian regeneratif, dan model bisnis sirkular dapat membantu menambah hampir 400 juta lapangan kerja baru dan menghasilkan nilai ekonomi lebih dari 10 triliun dollar AS setiap tahunnya.

Pemerintah di seluruh dunia mengeluarkan lebih dari 600 miliar dollar AS untuk subsidi pertanian langsung yang dapat dialihkan ke praktik-praktik yang membantu restorasi lahan dan meningkatkan hasil panen. Tidak ada yang lebih tidak rasional daripada mengambil uang negara untuk menghancurkan modal alam Anda sendiri.

Menurut Osama Ibrahim Faqeeha, Presiden COP-16, mengenai penggurunan, yang akan diadakan di Arab Saudi pada tahun 2024, salah satu alasan mengapa masalah degradasi lahan diabaikan mungkin karena manusia telah kehilangan hubungan dengan lahan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top