Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemanasan Global

Dunia Dapat Lewati Kenaikan Suhu 1,5 Derajat Celsius dalam 7 Tahun

Foto : ISTIMEWA

Peneliti senior di Cicero Center for International Climate Research, Glen Peters

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Para ilmuwan, pada Selasa (5/12), memperingatkan dunia dapat melewati ambang batas pemanasan global sebesar 1,5 derajat Celsius dalam tujuh tahun ke depan karena emisi CO2 dari bahan bakar fosil terus meningkat. Untuk itu, para ilmuwan mendesak negara-negara pada perundingan iklim PBB, Conference of the Parties 28 (COP-28) untuk bertindak sekarang terhadap polusi batu bara, minyak, dan gas.

Dikutip dari The Straits Times, pertarungan mengenai masa depan bahan bakar fosil mulai terjadi pada pertemuan puncak di Dubai itu dengan para pencemar besar berusaha mengabaikan seruan untuk membuat perjanjian untuk menghapuskan penggunaan energi intensif karbon yang bertanggung jawab atas sebagian besar gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.

Menurut konsorsium ilmuwan iklim internasional dalam penilaian Proyek Karbon Global tahunan mereka, polusi CO2 bahan bakar fosil meningkat 1,1 persen pada tahun 2022, seiring dengan melonjaknya emisi di Tiongkok dan India, yang kini merupakan penghasil emisi terbesar pertama dan ketiga di dunia.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Earth System Science Data, mereka memperkirakan ada kemungkinan 50 persen pemanasan akan melampaui target kesepakatan Paris yaitu 1,5 derajat Celsius selama beberapa tahun pada sekitar tahun 2030, meskipun mereka mencatat adanya ketidakpastian seputar pemanasan yang disebabkan oleh gas rumah kaca non-CO2. "Hal ini menjadi semakin mendesak," kata penulis utama studi dari Institut Sistem Global Universitas Exeter, Pierre Friedlingstein, kepada wartawan.

"Waktu antara saat ini dan 1,5 derajat Celsius semakin menyusut, jadi untuk menjaga peluang tetap di bawah 1,5 derajat Celsius, atau mendekati 1,5 derajat Celsius, kita perlu bertindak sekarang".

Perjanjian Paris 2015 yang penting menunjukkan komitmen negara-negara untuk membatasi kenaikan suhu hingga jauh di bawah 2 derajat Celsius dibandingkan era pra-industri, dan sebaiknya 1,5 derajat Celsius.

Semakin Mendesak

Target 1,5 derajat Celsius yang lebih ambisius kini menjadi semakin mendesak seiring dengan munculnya bukti pemanasan melebihi angka tersebut dapat memicu titik kritis yang berbahaya dan tidak dapat diubah.

Untuk menjaga batas tersebut, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB mengatakan emisi CO2 perlu dikurangi setengahnya pada dekade ini. Hal ini menjadi tugas yang lebih menantang karena emisi terus meningkat.

Peneliti senior di Cicero Center for International Climate Research, Glen Peters, mengatakan emisi karbon dioksida sekarang 6 persen lebih tinggi dibandingkan ketika negara-negara menandatangani Perjanjian Paris. "Segala sesuatunya berjalan ke arah yang salah," katanya.

Hal ini terjadi meskipun ada lonjakan energi terbarukan yang menjanjikan, yang merupakan isu utama dalam Perundingan Iklim Dubai di mana lebih dari 100 negara telah menandatangani seruan untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada dekade ini. "Angin, surya, kendaraan listrik, baterai, semuanya berkembang pesat, dan ini merupakan hal yang luar biasa. Tapi itu hanya separuh cerita. Setengahnya adalah pengurangan emisi bahan bakar fosil, dan kami tidak melakukan cukup banyak hal," katanya.

Penelitian tersebut menemukan bahan bakar fosil menyumbang 36,8 miliar ton dari total 40,9 miliar ton CO2 yang diperkirakan dihasilkan pada tahun 2023.

Beberapa negara penghasil polusi utama telah mencatat penurunan emisi CO2 pada 2023, termasuk penurunan sebesar 3 persen di Amerika Serikat dan penurunan sebesar 7,4 persen di seluruh Uni Eropa.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top