Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Duh, Ini 4 Dampak Buruk Akuisisi Hybe Bagi SM Entertainment

Foto : Istimewa

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Hybe, yang merupakan agensi K-pop di belakang boy grup BTS, pada Rabu (22/2) mengatakan bahwa pihaknya menjadi pemegang saham SM Entertainment terbesar usai mengakuisisi 14,8 persen saham perusahaan dari Lee Soo Man.

Melansir Korea Herald, agensi boy group global BTS itu mengatakan dalam pengajuan peraturan bahwa mereka telah membayar pembelian saham lebih awal dari yang tadinya dijadwalkan.

Sebelumnya pada 10 Februari, perusahaan setuju untuk membeli saham dari pendiri SM Lee Soo Man seharga 422,8 miliar won dan mengatakan kesepakatan itu akan disegel pada 6 Maret mendatang.

Sebelum dijual ke Hybe, Lee Soo Man diketahui memiliki 18,46 persen saham di SM. Adapun sisa saham Lee Soo Man di SM juga akan masuk ke Hybe pada tahun ini, mengingat kesepakatan tersebut mencakup opsi yang memberi Lee Soo Man hak untuk menjual sisa saham dengan harga tertentu dalam waktu satu bulan.

Pakar industri sendiri mengatakan penyelesaian awal kesepakatan itu bertujuan untuk mengakhiri proses akuisisi secara stabil dan menjadikan Hybe secepat mungkin sebagai pemegang saham terbesar di SM Entertainment menjelang rapat pemegang saham perusahaan pada bulan depan.

Total saham Hybe di SM Entertainment dilaporkan dapat meningkat menjadi hampir 40 persen ketika membeli 25 persen saham SM lebih lanjut dari investor lain sesuai rencana.

Akuisisi itu dilakukan terlepas dari kritik manajerial SM yang menilai merger dan akuisisi Hybe akan membuatnya mengendalikan perusahaan dan industri K-pop.

Melalui akun YouTube resmi perusahaan, Chief Financial Officer SM Entertainment Jang Cheol-hyuk pada Senin (20/2) buka suara untuk menjelaskan alasan mengapa perusahaan K-pop ternama itu menentang merger dan akuisisi Hybe.

Berikut dampak akuisisi SM Entertainment oleh Hybe terhadap agensi juga industri K-pop:

1. Monopoli Industri K-pop

Dalam video bertajuk "Alasan mengapa SM menentang pengambilalihan HYBE", Jang mengatakan bahwa akuisisi SM oleh Hybe akan menimbulkan monopoli dalam industri K-pop mengingat kedua agensi merupakan pemimpin industri saat ini.

"SM dan Hybe adalah perusahaan hiburan terbesar yang memimpin industri lokal. Ketika digabungkan, mereka akan bertanggung jawab atas lebih dari 60 persen dari total pasar, sehingga memonopoli pasar," kata Jang dalam klip tersebut.

"M&A [Merger dan Akuisisi] akan merusak keragaman dalam industri K-pop karena bersama-sama mereka akan bertanggung jawab atas 70 persen pendapatan musik pasar dan 89 persen pendapatan pertunjukan. Mereka yang paling menderita dari monopoli ini adalah para penggemar."

2. Menghilangkan Independensi SM Entertainment

Melansir Korea Herald, Jang mengklaim bahwa M&A mengabaikan semua upaya yang telah dilakukan sekitar 600 karyawan SM untuk menjadikan SM sebagai perusahaan hiburan nomor satu di Korea Selatan.

M&A juga mengabaikan nilai dan kebanggaan SM yang dibangun bersama dengan penggemar dan artisnya. Menurut Jang, Hybe tidak akan mampu memenuhi janjinya untuk menjaga independensi SM.

"Hybe sedang mencoba menggunakan hak manajemen dengan mengambil alih dewan eksekutif SM. Tata kelola seperti itu akan menyulitkan untuk memprioritaskan nilai semua pemegang saham. Ini akan membuat janji Hybe untuk mengamankan operasi bisnis independen SM sulit untuk dipenuhi," kata Jang.

3. Membatasi Produksi Musik SM Entertainment

Kekhawatiran lain yang diangkat Jang dalam video tersebut adalah bahwa Hybe akan menunda rilis album artis SM untuk memprioritaskan artisnya sendiri. Hal ini mengacu pada ketentuan industri rekaman Korea membatasi rilis rekaman baru di semua genre hingga 100 per tahun.

Selain itu, Jang mengungkapkan SM akan kehilangan sumber data yang signifikan untuk memahami penggemar artisnya, jika pada akhirnya akan beralih menggunakan menggunakan platform penggemar Hybe, Weverse, dan bukan milik SM sendiri.

4. Hilangnya Peluang Bisnis Baru SM Entertainment

Selain itu, masalah potensial utama adalah kehilangan peluang bisnis baru untuk mengembangkan strategi SM 3.0, yang melibatkan pendirian lima pusat produksi berbeda dan label musik independen untuk mendiversifikasi produksi. Peluang ini kemungkinan besar akan diberikan kepada anak perusahaan yang dimiliki oleh Hybe.

"Kami berharap untuk mengembangkan kapabilitas bisnis global kami dan monetisasi (kekayaan intelektual) kami dengan memperoleh kekuatan pertumbuhan baru melalui SM 3.0 sambil mempertahankan warisan dan identitas kami," Jang menekankan.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top