Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dokter Spesialis Ini Ingatkan Kematian Mendadak Atlet Muda Bisa Dicegah dengan Rutin Skrining

Foto : ANTARA/Pixabay

Ilustrasi pemeriksaan jantung.

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia dr. Utojo Lubiantoro, SpJP (K) mengatakan kematian mendadak pada atlet muda bisa dicegah dengan rutin melakukanskriningterutama pada masalah kelainan jantung.

"Karena kematian mendadak sebagian besar, sekitar 70 persen karena kelainan dari jantung meskipun tidak selalu, makascreeningkesehatan jantung pada setiap atlet menjadi penting rutin dilakukan untuk menghindari kematian mendadak," kata Utojokepada ANTARA dalam wawancara yang dilakukan secara daring di Jakarta, Rabu.

Deteksi kelainan jantung dapat diketahui secara dini melalui pemeriksaan ekokardiografi atau USG jantung dan EKG rekam jantung. Pada atlet muda, kejadian mati mendadak di lapangan sebagian besar disebabkan karena kelainan jantung bawaan atau genetik berupa Kardiomiopati Hipertrofi atau kondisi otot jantung yang menebal.

Pada seseorang yang memiliki kelainan ini disarankan tidak melakukan olahraga berat karena dapat menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia) yang fatal, biasanya berupa Fibrilasi atau Takikardia Ventrikel. Pertolongan yang bisa dilakukan jika terjadi insiden ini adalah dengan alat kejut jantung atau defibrilator.

"Kalau terjadi fibrilasi atau takikardia ventrikel pengobatan cuma satu yaitu kejut listrik atau defibrilator, itu berlaku dalam lima sampai 10 menit awal," katanya.

Utojo mengatakan pada seseorang yang mengalami kelainan jantung genetik pada level yang ringan tidak perlu diobati, namun jika pada level yang sedang hingga berat memiliki potensi komplikasi tidak hanya mati mendadak tapi juga jantung membesar atau gagal jantung.

Deteksi dini dengan testreadmillakan menentukan pasien tersebut memiliki risiko mati mendadak karena ada gangguan fungsi jantung sehingga tidak diperkenankan menjadi atlet, olahraga terlalu berat dan harus ada perubahan gaya hidup.

"Olahraga boleh tapi nggak boleh yang berat, ada perubahan gaya hidup. Kalau kategorinya sudah berat kita sarankan jangan jadi atlet," kata Utojo.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top