Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Penguatan Riset

DNA yang Terlewatkan Jadi Jawaban Mengapa Kita Menjadi Manusia

Foto : ORLANDO ESTRADA / AFP

EVOLUSI MANUSIA I Seekor Simpanse Max membuka hadiah yang dibawa oleh pengunjung sebagai bagian dari tradisi Natal di Kebun Binatang La Aurora, di Guatemala City, beberapa waktu lalu. Sekitar lima hingga enam juta tahun yang lalu, jalur evolusi manusia terpisah, mengarah ke simpanse hari ini dan homo sapiens, umat manusia di abad ke-21.

A   A   A   Pengaturan Font

LUND - Simpanse adalah kerabat terdekat manusia yang masih hidup dalam istilah evolusi dan penelitian menunjukkan bahwa kekerabatan manusia berasal dari nenek moyang yang sama. Sekitar lima hingga enam juta tahun yang lalu, jalur evolusi manusia terpisah, mengarah ke simpanse hari ini dan homo sapiens, umat manusia di abad ke-21.

Dalam sebuah studi terbaru, para peneliti sel punca di Universitas Lund meneliti apa yang ada dalam DNA manusia, yang membuat otak manusia dan simpanse berbeda, dan mereka telah menemukan jawabannya.

"Alih-alih mempelajari manusia hidup dan simpanse, kami menggunakan sel punca yang ditanam di laboratorium. Sel punca diprogram ulang dari sel kulit oleh mitra kami di Jerman, AS, dan Jepang. Kemudian, kami memeriksa sel induk yang telah kami kembangkan menjadi sel otak," kata profesor ilmu saraf di Universitas Lund, yang memimpin penelitian Johan Jakobsson, baru-baru ini.

Dengan menggunakan sel induk, para peneliti secara khusus menumbuhkan sel-sel otak dari manusia dan simpanse serta membandingkan kedua jenis sel tersebut. Para peneliti kemudian menemukan bahwa manusia dan simpanse menggunakan bagian dari DNA mereka dengan cara yang berbeda, yang tampaknya memainkan peran penting dalam perkembangan otak manusia.

"Bagian dari DNA kami yang diidentifikasi berbeda tidak terduga. Itu adalah apa yang disebut varian struktural DNA yang sebelumnya disebut "DNA sampah", string DNA panjang berulang yang telah lama dianggap tidak memiliki fungsi. Sebelumnya, para peneliti telah mencari jawaban di bagian DNA di mana gen penghasil protein berada yang hanya membentuk sekitar dua persen dari seluruh DNA kita, dan memeriksa protein itu sendiri untuk menemukan contoh perbedaannya," tutur Jakobsson.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top