Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perubahan Iklim I Sebuah Upaya Mempertahankan Langit Biru

DKI Harus Tingkatkan Kualitas Udara demi Kesehatan

Foto : ISTIMEWA

Direktur US Agency for International Development (USAID) Indonesia, Jeff Cohen

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta diminta terus meningkatkan kualitas udara demi menjaga kesehatan warganya. Desakan ini datang dari Direktur US Agency for International Development (USAID) Indonesia, Jeff Cohen, Minggu (4/6).

"Polusi udara merupakan tantangan lingkungan dan kesehatan masyarakat yang utama di kota-kota seluruh dunia," tandas Jeff Cohen. Karena itu, kata Jeff, alat pemantau udara sangat diperlukan karena akan memberi data penting untuk membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas udara dan kesehatan warganya.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta meluncurkan tiga alat pemantau kualitas udara untuk mengukur dan menjawab permasalahan polusi udara Jakarta yang terus memburuk. "Peralatan pemantau kualitas udara merupakan alat penting untuk mengukur dan menjawab permasalahan polusi udara Jakarta," kata Kepala DLH Jakarta, Asep Kuswanto,saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 dan HUT Ke-496 Kota Jakarta di Terowongan Kendal, Jakarta Pusat, Minggu.

Peralatan baru akan memberi data lebih akurat terkait sumber polusi udara lokal. Dengan begitu, dapat berkontribusi meningkatkan kualitas udara, mengatasi perubahan iklim, dan melindungi kesehatan penduduk kota. "Alat ini akan memberi data yang lebih akurat terkait polutan atau bahan pencemar yang mempengaruhi kualitas udara yang dihirup manusia," katanya.

Alat tersebut membantu berbagai upaya DKI dalam mempertahankan langit biru Jakarta dan upaya meningkatkan kualitas udara serta kesehatan warganya. Peralatan tersebut, kata Asep, merupakan hasil kemitraan strategis Pemprov dan World Resources Institute (WRI) Indonesia. WRI berada di bawah program Clean Air Catalyst (CAC). Lembaga CAC adalah sebuah kemitraan global yang didukung USAID serta konsorsium WRI Indonesia dan Vital Strategies.

Bertahap

Asep menjelaskan tiga peralatan pemantau kualitas udara baru akan dipasang secara bertahap di area-area yang belum memiliki cakupan pemantauan kualitas udara. Contohnya,daerah yang dekat dengan kompleks industri dan area perairan untuk mengambil data dasar dari laut.

Lokasinya di Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Kantor Wali Kota Jakarta Timur, dan area pelabuhan yang mencakup gedung IPC Pelindo di Jakarta Utara. Sedangkan empat Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) Jakarta yang sudah trpasang ada di permukiman Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan. Kualitasnya akan ditingkatkan.

Asep menyebutkan peralatan baru akan mengukur tingkat particulate matter(PM), partikel kecil yang dapat terhirup. Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti serangan jantung, stroke, dan asma. Peralatan juga akan mengukur tingkat black carbon (karbon hitam) atau polutan iklim berumur pendek. Ini dapat menghangatkan planet dan membahayakan kesehatan manusia.

Selain itu, juga karbon monoksida dan jenis polutan berbahaya lainnya. "Instrumen meteorologi terbaru juga akan digunakan untuk mengukur kondisi cuaca dan angin yang berdampak signifikan terhadap kualitas udara kota," tandas Asep.

Data dari peralatan akan tersedia untuk publik setelah divalidasi melalui situs web DLH, kanal Jakarta Kini (Jaki) dan platform publik lainnya. Berdasarkan situs IQAir, Jumat (2/6), indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 159 dengan polutan utamanya, PM 2,5, sedangkan indeks kualitas udara yang baik berkisar 0-50 PM.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top