Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Cadangan Devisa I Pemerintah Mengantisipasi Kemungkinan Kenaikan Suku Bunga the Fed

Disiapkan Insentif untuk Menahan DHE Lebih Lama

Foto : Sumber: Bank Indonesia - LitbangKJ/and - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

» Tren nilai tukar rupiah masih fluktuatif dengan kecenderungan melemah.

» DHE bisa dimanfaatkan bank untuk salurkan kredit valas ke sektor riil.

JAKARTA - Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyiapkan insentif menggiurkan agar para eksportir tertarik menempatkan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di bank-bank dalam negeri. Dengan penempatan DHE tersebut diharapkan akan memperkuat cadangan devisa dan suplai valuta asing (valas) sehingga bisa meredam tekanan terhadap rupiah jika sewaktu-waktu terjadi arus modal keluar atau capital outflow.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam sebuah webinar di Jakarta, Selasa (14/2), mengatakan DHE yang ditahan selama tiga bulan bisa menghasilkan cadangan devisa hingga 50 miliar dollar AS dalam setahun.

"Jadi, devisa hasil ekspor diwajibkan ditahan tiga bulan di Indonesia, yang ditahan sekitar 30 persen. Dari situ, angka hitungan kami menunjukkan kita bisa menyimpan dalam satu tahun sekitar 40 sampai 50 miliar dollar AS," kata Airlangga.

Kebijakan serupa, jelasnya, sudah diterapkan Malaysia, Thailand, dan Turki yang menahan DHE di dalam negerinya bahkan hingga satu tahun, atau ditukar ke mata uang lokal.

"Pemerintah melalui Kementerian Keuangan, BI, dan OJK sedang memproses insentif sehingga fasilitas penyimpanan valuta asing yang diberikan oleh Indonesia sama dengan Singapura," katanya.

Dengan kebijakan itu, ia berharap perbankan dapat memiliki devisa yang cukup untuk menopang pembayaran utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo pada tahun ini.

"Pemerintah juga perlu mengantisipasi cadangan devisa karena inflasi Amerika Serikat pada tahun ini belum terkendali sehingga ada potensi mereka kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan," katanya.

Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Wasiaturrahma, memperkirakan kenaikan suku bunga AS akan berakhir di 5,1 persen tahun ini karena ruang untuk the Fed menaikkan suku bunga tidak selapang seperti sebelumnya.

"Walaupun AS masih tetap hawkish, tapi tidak ada lagi ruang yang cukup bagi the Fed untuk menaikkan suku bunganya lagi, yang mungkin berakhir di 5,1 persen tahun ini dan tertahan hingga inflasi turun menjadi 2 persen," kata Wasiaturrahma.

Diminta terpisah, pengamat ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, mengatakan kenaikan suku bunga acuan the Fed akan meningkatkan daya tarik surat berharga AS sehingga memicu terjadinya capital outflow.

"Dampaknya akan menurunkan penawaran dollar AS di Indonesia. Usaha untuk mengembalikan DHE yang selama ini cukup banyak disimpan di bank-bank luar negeri akan mengurangi penawaran dollar AS juga," ungkap Suhartoko.

Sebab itu, diperlukan peraturan yang sifatnya insentif terhadap para eksportir agar mau menyimpan DHE di dalam negeri. "Dengan begitu, cadangan devisa meningkat dan tentu saja penawaran dollar AS juga akan meningkat dan berpotensi untuk menjaga nilai tukar rupiah stabil," kata Suhartoko.

Solusi Jangka Pendek

Rekannya dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Aloysius Gunadi Brata, mengatakan kebijakan menahan DHE sebagai solusi jangka pendek karena target saat ini tampaknya ke komoditas sumber daya alam.

"Kebijakan ini haruslah pula ditempatkan sebagai bagian dari upaya mengoptimalkan pengawasan kegiatan ekspor," kata Aloysius.

Peneliti ekonomi Core, Yusuf Rendi Manilet, mengatakan pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan itu untuk menahan devisa terutama dari kegiatan ekspor agar bisa bertahan lebih lama di dalam negeri.

Sebagaimana diketahui, kebijakan serupa sebenarnya sudah pernah diberlakukan pemerintah di masa lalu, sehingga sudah ada contoh kasus yang bisa dirujuk dalam menjalankan kebijakan itu.

Apalagi, saat ini tren nilai tukar masih fluktuatif dan punya kecenderungan melemah terutama dalam beberapa minggu terakhir.

"Kecukupan devisa sangat diperlukan oleh otoritas terkait melakukan intervensi ketika rupiah melemah di kemudian hari," katanya.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan perlu insentif yang menarik sehingga eksportir tanpa dipaksa pun tetap mengembalikan DHE ke dalam negeri. Semakin lama devisa itu ditempatkan di bank dalam negeri, semakin baik karena bisa dimanfaatkan perbankan menyalurkan kredit valas ke sektor riil.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top