Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Papua Nugini

Dikuasai Kekaisaran Jerman sejak 1886

Foto : Wikimedia
A   A   A   Pengaturan Font

Konflik yang memakan banyak korban di Bougainville merupakan buntut dari kolonialisme bangsa Barat. Setelah pulau ini pertama kali terlihat 1768 oleh penjelajah Prancis bernama Louis de Bougainville, kepulauan ini berpindah-pindah dari penjajah yang satu ke penjajah yang lain.

Konflik yang memakan banyak korban di Bougainville merupakan buntut dari kolonialisme bangsa Barat. Setelah pulau ini pertama kali terlihat 1768 oleh penjelajah Prancis bernama Louis de Bougainville, kepulauan ini berpindah-pindah dari penjajah yang satu ke penjajah yang lain.

Saat Kekaisaran Jerman terbentuk pada tahun 1871 di bawah Otto von Bismarck, negara ini mulai menancapkan kolonialisme di mana-aman termasuk di Pasifik, dengan mengambil alih New Guinea, lalu menganeksasi Bougainville pada 1886.

Kekuatan Jerman yang cukup kuat telah membuat Prancis dan Inggris setuju untuk membagi Kepulauan Solomon di antara mereka. Sebuah protektorat Jerman atas pulau-pulau utara didirikan pada akhir tahun itu, tetapi protektorat Kepulauan Solomon Inggris tidak didirikan sampai 1893.

Batas awal antara kedua wilayah itu jauh lebih selatan, dengan Pulau Choiseul, Pulau Santa Isabel, Ontong Java, Kepulauan Shortland, dan bagian dari Kepulauan Florida termasuk dalam bagian Jerman. Batas saat ini antara Papua New Guinea (PNG) dan Kepulauan Solomon berasal dari Konvensi Tripartit tahun 1899.

Kepulauan Solomon Jerman dikelola melalui New Guinea Jerman dan butuh waktu hampir dua dekade untuk kehadiran administratif. Pusat administrasi Jerman di Kieta, didirikan pada 1905. Jerman kemudian membuat perkebunan komersial penuh pertama didirikan pada tahun 1908. Namun demikian pencaplokan Jerman di wilayah Bougainville tidak memiliki dampak ekonomi yang kecil bagi warga dan Jerman sendiri.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top