Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Diet Vegetarian

Diet Vegetarian, Benarkah Menyehatkan bagi Ibu Hamil?

Foto : ISTIMEWA

» Ilustrasi seorang perempuan yang tengah mengonsumsi makanan berserat. Makanan berserat seperti sayuran berwarna hijau merupakan salah satu komponen diet vegetarian yang sangat baik, terutama untuk ibu hamil dan menyusui.

A   A   A   Pengaturan Font

Ketika hamil tubuh Anda mengandalkan ketersediaan vitamin dan mineral tertentu untuk menjaga kesehatan Anda dan bayi Anda. Lalu, apakah diet vegetarian bisa menjadi titik awal kehamilan yang baik selama memenuhi persyaratan nutrisi tertentu?

Menurut Harvard School of Public Health, makanan yang mencakup banyak buah dan sayuran dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, kanker tertentu, masalah mata, dan masalah pencernaan.

Ketua Departemen Kebidanan/Ginekologi dan Ilmu Reproduksi di Hackensack University Medical Center di New Jersey, Manny Alvarez mengatakan dengan mengonsumsi banyak sayur dan buah selama kehamilan, akan memberikan banyak manfaat kesehatan.

"Walaupun nutrisi seperti protein, kalsium dan vitamin B12 lebih banyak ditemukan dalam sumber makanan hewani, tetap bisa terpenuhi karena ketiga asupan nutrisi ini juga ditemukan dalam sumber vegetarian," ucap Manny seperti dilansir laman Foxnews.com.

Daftar makanan yang mengandung nutrisi tersebut pertama adalah protein, meskipun lebih banyak ditemukan dari sumber hewani bukan berarti sulit mendapatkan kandungan protein yang berasal dari sumber nabati.

"Beberapa contoh makanan tinggi protein nabati adalah hampir semua jenis kacang-kacangan dan tahu, untuk ibu hamil yang semi vegetarian bisa mendapatkan protein dari susu, telur dan asupan yang berasal dari susu seperti keju dan yogurt," ujar Manny.

Selanjutnya adalah kalsium. Kalsium bisa diperoleh dari susu dan menjadi sumber kalsium yang baik bagi ibu hamil vegetarian. Di dalam segelas susu (240 ml) mengandung sekitar 305 mg kalsium, yakni memenuhi 1/3 dari kebutuhan kalsium ibu hamil yaitu sebesar 1.000 mg.

Ini disesuaikan dengan kebutuhan kalsium ibu hamil yang ditetapkan American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). "Untuk vegetarian yang tidak minum susu, kalsium bisa diperoleh dari sayuran berdaun gelap, kacang-kacangan dan biji-bijian tertentu, tapi mungkin kadar kalsiumnya tidak begitu tinggi," jelas Manny.

Ia menuturkan bahwa kalsium bisa didapat dari sayuran kale yang dicincang meski hanya mengandung kalsium 101 mg, dan kacang almond mengandung 243 mg kalsium.

"Tidak cukup banyak sumber dari sayuran dan kacang tersebut karena setiap hari ibu hamil harus mendapatkan kira-kira 1.000 mg kalsium. Ibu hamil mungkin bisa mempertimbangkan sarapan pagi yang diperkaya jus jeruk," papar Manny.

Selanjutnya adalah Vitamin B12 yang merupakan jenis vitamin yang agak sulit ditemukan dalam sumber makanan vegetarian. Jika kekurangan vitamin ini maka bisa membahayakan janin karena mengalami cacat. Solusinya adalah konsumsi ikan dan susu. Tapi untuk yang tidak mengonsumsinya bisa mempertimbangkan untuk meminum suplemen tambahan.

"Vegetarian yang tidak makan daging, akan mengonsumsi ikan dan bisa mendapatkan cukup Vitamin B12 dengan mengonsumsi ikan rendah merkuri seperti salmon atau makarel atlantik, tapi berhati-hatilah terhadap jenis makarel lain yang mungkin tinggi merkuri," ungkap Manny.

Ia menegaskan beberapa vegetarian menggunakan suplemen untuk mendapatkan cukup B12, tapi menurut Manny biasanya itu tidak perlu dilakukan. "Seperti biasa, seorang ibu hamil harus memeriksakan diri ke dokter sebelum mengambil suplemen apapun, dan pastikan untuk memeriksa label vitaminnya sebelum mempertimbangkan mengonsumsi suplemen tambahan," pungkas Manny. san/R-1

Kurangi Risiko Kanker Usus

Seperti dilansir laman Health Day, dengan menerapkan pola makan ala vegetarian dapat mengurangi risiko kanker kolorektal (usus) sebesar 20 persen. Menurut penelitian dikatakan bahwa para vegetarian yang juga mengonsumsi ikan, justru dapat mengurangi risiko kanker lebih besar.

Kanker kolorektal atau kanker usus besar menduduki posisi kedua sebagai penyebab utama kematian akibat kanker di AS. Seorang asisten profesor kedokteran preventif di Loma Linda University di California, Dr Michael Orlich menyebutkan berbagai upaya pendeteksian dan penanganan, termasuk kolonoskopi (sebuah tindakan untuk memeriksa saluran usus besar), telah membantu menyelamatkan banyak nyawa dengan mendeteksi polip prakanker.

"Namun, ada baiknya untuk mencegah kanker dari pembentukan pada tahap paling awal. Kami menyebutnya ini sebagai pencegahan primer, dan diet adalah pendekatan potensial penting untuk mengurangi risiko kanker kolorektal," kata Orlich.

Menurutnya berdasarkan penelitian terbaru, yang melibatkan lebih dari 77.000 orang dewasa, ditemukan bahwa seorang vegetarian yang sehat memiliki risiko lebih rendah terhadap kanker usus besar daripada seorang non-vegetarian.

"Bagi seorang vegetarian, mereka tidak hanya makan sedikit daging dibanding non-vegetarian, tetapi juga mengurangi konsumsi makanan ringan, permen, biji-bijian olahan dan minuman berkalori. Mereka lebih memilih makan lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan," tambah Orlich.

Ia juga menuturkan bahwa bukti sebelumnya telah mengaitkan makan daging merah dan olahan ternyata memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker kolorektal (kanker usus besar), dan dengan mengonsumsi makanan yang kaya serat memiliki risiko yang lebih rendah.

Namun Epidemiolog di Columbia University Medical Center di New York CitY, Profesor Alfred Neugut, mengungkapkan tidak ada yang dapat memastikan apakah pola makan ala vegetarian dapat mengurangi risiko kanker usus besar.

"Belum diketahui apakah ada sesuatu dalam sayuran yang dapat melindunginya atau apakah ada sesuatu di dalam daging yang berbahaya. Studi diet ini hanya dapat menunjukkan hubungan antara kanker dan diet, bukan hubungan sebab-akibat. Itulah masalah dalam studi diet kanker. Kami tidak tahu persis apa keterkaitannya," imbuh Neugut.

Ia menambahkan bahwa pola diet vegetarian mungkin menjadi tanda pola hidup sehat lainnya, seperti berolah raga dan tidak merokok, yang juga bisa mengurangi risiko kanker. Penelitian Orlich telah mencatat data hampir 77.700 pria dan perempuan yang terdaftar dalam Studi Kesehatan Advent 2. Setelah tujuh tahun masa tindak lanjut, 380 kasus kanker usus besar dan 110 kasus kanker usus besar dapat diidentifikasi.

"Para peserta lain dibagi menjadi empat kelompok, semi-vegetarian makan daging kurang dari sekali seminggu, pesco-vegetarian makan ikan dan seafood namun menghindari daging lainnya, vegetarian lacto-ovo dihindari daging tapi makan telur dan atau produk susu, dan vegan menghindari semua daging, telur dan susu," jelas Orlich.

Pesco-vegetarian mengalami penurunan 43 persen risiko kanker kolorektal dibandingkan dengan non-vegetarian. Untuk vegan dan vegetarian lacto-ovo risiko sebelumnya hanya 16 persen dapat mengurangi risiko kanker menjadi 18 persen, sedangkan semi-vegetarian memiliki risiko 8 persen lebih rendah.

Seorang gastroenterologist di North Shore University Hospital di Manhasset, New York, David Bernstein, mengatakan penelitian tambahan diperlukan. "Untuk saat ini nampaknya makan lebih banyak sayuran akan mendapatkan dampak baik bagi kesehatan, dan tentunya juga membatasi konsumsi daging merah," terang Bernstein. san/R-1

Komentar

Komentar
()

Top