Di Hadapan Ulama Lampung, Gus Yasin Ungkap Kebiasaan Ganjar Selama Jadi Gubernur
Bakal Capres Ganjar Pranowo, berkunjung ke Ponpes Roudlotussholihin, Purwosari, Kecamatan Padangratu, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Rabu (25/10).
LAMPUNG - Bakal Capres Ganjar Pranowo berkunjung ke Ponpes Roudlotussholihin Purwosari, Kecamatan Padangratu, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Rabu (25/10).
Ganjar diundang untuk menghadiri haul kubro Syech Abdul Qadir Al Jailani yang dihadiri puluhan ribu warga dari berbagai wilayah di Sumatra.
Selain masyarakat, acara itu juga dihadiri para kiai, ulama, dan masyayikh dari berbagai daerah di Indonesia. Kesempatan itu dioptimalkan para ulama, kiai, dan masyayikh untuk ngobrol dan berdiskusi dengan Ganjar.
Sejumlah ulama hadir dalam acara itu, di antaranya Pengasuh Ponpes Roudlotussholihin, Kyai Ahmad Tajalli; Wakil Rois 'Aam Jamiyyah Thariqat Muktabaroh, Kiai Raden Muhammad Sholeh Bajuri; Pengasuh Ponpes Nurul Qodiri Lamteng, Kiai Imam Suhadi; Kiai Muhammad Toha, Kiai Ahmad Rofiqi dan puluhan kiai lainnya.
Tak hanya kiai dari Lampung, Sumsel, dan Sumbar, ulama dari luar Pulau Sumatra juga hadir. Di antaranya putra KH Maimoen Zubair, Taj Yasin Maimoen yang juga mantan Wagub Jateng, kiai asal Purworejo, dan Pengasuh Ponpes An Nawawi Purworejo, Kiai Khalwani.
Di hadapan para ulama se-Lampung, Sumsel, Sumbar dan wilayah lainnya, Gus Yasin membongkar kebiasaan Ganjar selama memimpin Jawa Tengah. Selama lima tahun mendampingi Ganjar, Gus Yasin mengatakan Ganjar sosok pemimpin yang dekat dengan ulama dan banyak mendengarkan masukan para ulama.
"Selama saya mendampingi mas Ganjar, saya benar-benar melihat bahwa beliau pemimpin yang dekat dengan ulama. Beliau sering mendengarkan masukan para ulama. Dan dengan saya, hubungannya sangat baik karena saling berbagi tugas," kata Gus Yasin.
Banyak kebijakan di Jateng yang diambil bukan hanya keputusan Ganjar. Seperti insentif guru ngaji, usulan itu merupakan usulan darinya.
"Jadi itu saya yang mengusulkan dan beliau menerima usulan itu. Akhirnya berjalan dan sampai 2024 program itu kami pastikan masih berlanjut. Selain itu ada juga optimalisasi Baznas, bantuan lembaga keagamaan dan lainnya," ucapnya.
Ganjar, lanjut Gus Yasin, adalah pemimpin yang tidak egois dan mau mendengarkan. Ia juga selalu memberikan kesempatan pada wakilnya untuk memutuskan.
"Jadi tidak egois, selalu bermusyawarah. Kalau sekarang pasangan sama Pak Mahfud MD, sudah sangat cocok," timpalnya.
Hal senada disampaikan Kiai Khalwani. Sebagai salah satu ulama di Jawa Tengah, ia tahu betul bahwa Ganjar sangat dekat dengan ulama. Ia juga selalu mengajak ulama untuk mengedukasi masyarakat terkait bahaya intoleransi dan radikalisme.
"Di antara para capres, hanya Pak Ganjar dan Pak Mahfud ini yang jauh dari persoalan radikalisme. Pasangan ini nggak kemasukan radikalisme karena selama memimpin Jateng beliau getol kampanye antiradikalisme dengan menggandeng ulama," ucapnya.
Kiai Khalwani juga menyebut, pasangan Ganjar dan Mahfud adalah representasi Nahdlatul Ulama (NU). Ganjar adalah mantu kiai dan cucu manu kyai besar asal Purbalingga, Mbah Hisyam Kalijaran.
"Beliau ini dari keluarga NU, apalagi Pak Mahfud juga NU yang punya banyak prestasi. Maka dalam moment ini tepat, selain kita mendoakan Mas Ganjar, kita juga harus mendukung mas Ganjar," ucapnya.
Ganjar membenarkan selama memimpin Jateng selalu menggandeng ulama dalam memutuskan sejumlah kebijakan. Seperti insentif guru keagamaan, optimalisasi Baznas, bantuan lembaga keagamaan dan lain sebagainya.
"Apalagi wakil saya ini ulama, putranya Mbah Moen. Jadi pengkap sudah. Saya belajar banyak dengan para ulama di Jateng selama memimpin dua periode," ucapnya.
Untuk itu, ia mengatakan sangat bersyukur hari ini bisa bertemu dengan para ulama, kiai, masyayikh se-Lampung, Sumsel, dan Sumbar dalam acara Haul Syech Abdul Qadir Al Jailani di Lampung. Banyak masukan yang diberikan dan semuanya membuat suasana damai.
"Kalau ketemu romo kiai dan ulama seperti ini, suasananya jadi adem. Ada banyak masukan dan itu semua demi kemaslahatan masyarakat," pungkasnya.
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya