Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Boyolali yang berada di kaki dua gunung menghadirkan bentang alam menarik. Perbukitan hijau, mata air pegunungan yang segar, kebun raya, dan hingga situs candi adalah daya tarik yang ditawarkan.

Destinasi Instagenik di "New Zealand van Java"

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kabupaten Boyolali, di Jawa Tengah, merupakan kabupaten yang berada di tengah Semarang dan Yogyakarta. Wilayahnya berupa dataran rendah di sebelah timur dan utara, sedangkan di bagian barat dan barat daya berupa pegunungan.
Kira-kiri setengah dari Gunung Merbabu dan Gunung Merapi sebagian berada di kabupaten dengan julukan "New Zealand van Java". Di kaki kedua gunung menyimpan banyak pemandangan indah, didukung udara sejuk, yang menarik perhatian wisatawan untuk berfoto-foto.
Bagi pendaki, Gunung Merapi dengan ketinggian 2.910 mdpl dan Gunung Merbabu dengan tinggi 3145 mdpl merupakan tujuan wajib. Gunung Merapi sebagai gunung berapi paling aktif terkenal dengan letusannya yang terkenal hingga mancanegara. Sementara itu, Gunung Merbabu tercatat letusan terakhirnya pada 1797.
Namun demikian, menurut Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini tergolong aktif. Bagi pendaki pemula, Merbabu cukup favorit karena medannya tidak terlalu berat.
Untuk wisatawan biasa, salah satu cara mudah menikmati puncak Gunung Merbabu adalah datang ke Bukit Gancik Selo. Tempat ini selain menawarkan pemandangan dua puncak gunung dari ketinggian juga dilengkapi dengan spot instagenik.
Bukit Gancik Selo biasa dilalui pendaki untuk menuju Gunung Merbabu melalui Jalur Selo. Bukit Gancik Selo atau disebut juga Gancik Hill Top, biasa menjadi tempat istirahat yang nyaman setelah melakukan pendakian.
Bukit Selo Gancik di Desa Selo, Kecamatan Selo, sering diibaratkan sebagai negeri di atas awan. Pemandangan matahari terbit dan terbenam melengkapi keindahan di tempat ini. Tiket masuk ke tempat ini dijual 5.000 rupiah.
Sementara itu, Bukit Kinasih di Desa Senden, Kecamatan Selo, merupakan keindahan lain di kaki Gunung Merbabu. Berada pada ketinggian 1.400 mdpl, tempat ini menjadi lokasi terbaik untuk menikmati pemandangan empat gunung, seperti Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, dan Gunung Lawu. Untuk mendapatkan pemandangan ini, syaratnya cuaca harus cerah.
Untuk menuju Bukit Kinasih, pengunjung harus melewati jalan berliku, seperti tikungan, tanjakan, dan turunan. Salah satu tempat ikonik di sini yang biasa digunakan untuk berfoto adalah jalan berukuran satu meter yang diapit dua bukit hijau, tempat sayur mayur ditanam oleh para petani.
Berada di kaki gunung membuat Boyolali dipenuhi umbul atau mata air yang berasal dari ketinggian. Area pemandiannya dibagi menjadi tiga kolam pemandian alami dan satu kolam pemandian buatan. Pemandian alami terdiri dari Umbul Temanten, Umbul Duda, Umbul Ngabean, serta pemandian buatan dengan nama Umbul Anak.
Pada kondisi normal, biasanya Umbul Pengging menjelang bulan suci Ramadan oleh masyarakat untuk tempat padusan atau membersihkan. Berada di Desa Dukuh, waktu tempuh sekitar 20 menit dari Kota Boyolali, dengan harga tiket masuk wisata ini sebesar 3.500 rupiah pada di hari biasa dan 4.500 rupiah di hari libur.
Bukan hanya Bogor yang memiliki kebun raya. Mulai 2019, secara resmi hadir Kebun Raya Indrokilo (KRI) yang dibuka untuk umum dan dikelola oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kebun Raya dengan luas 8,9 hektare dibangun atas prakarsa Bupati Boyolali, Seno Samodro, pada 2015, dengan bermacam spesies tumbuhan.
Di kebun raya tersebut terdapat 7 ikon yang menarik bagi pengunjung. Pertama, berupa Gerbang Pasingsingan Gerbang setinggi 12 meter dan lebar 25 meter ini terinspirasi dari gerbang monumen Chiang Kai Shek Memorial Hall yang ada di Taipei. Kedua, Patung Sosro Birowo. Patung dengan tinggi mencapai 17 meter ini merupakan ikon yang paling dekat dengan pintu masuk Kebun Raya Indrokilo.
Ketiga adalah Paku Taman, merupakan salah satu taman tematik yang ada di Kebun Raya Indrokilo. Sesuai namanya, taman ini menyimpan berbagai koleksi tanaman paku (pteridophyta) dan terbagi menjadi dua, yakni outdoor dan indoor.
Keempat adalah Taman Labirin, dan sesuai namanya, taman ini memang berbentuk labirin. Lorong-lorong yang berliku dibentuk melalui topiary atau karya seni pangkas tanaman. Tumbuhan di taman ini adalah yang mampu tumbuh dengan cepat sehingga dapat dibentuk tajuknya dan menjadi labirin.
Ada juga miniatur Air Terjun Niagara di sisi barat kebun raya. Sumber air terjun buatan berasal dari Sungai Gandul dan Sombo yang dibendung alirannya lalu dialirkan ke tebing dengan dengan pompa. Ikon keenam adalah Ecological House, merupakan kantor pengelola Kebun Raya Indrokilo. Terdapat bangunan bernama Elektronik Banyu Udan (EBU) yang memiliki teknologi pengolahan air hujan menjadi air siap minum.
Ikon ketujuh adalah Fitur Lukisan Kolam berbentuk replika bahtera Nabi Nuh. Sesuai kisah Nabi Nuh, rencananya bahtera ini akan dilengkapi patung beberapa hewan yang berpasang-pasangan.
Boyolali menyimpang peninggalan candi yaitu Candi Sari dan Candi Lawang. Yang pertama berada di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, berjarak 15 km berkendara dari Kota Boyolali. Dengan latar belakang Gunung Merapi dan Merbabu membuat pemandangan di lokasi ini semakin indah.
Ditemukan pada 1967 di Candi Sari terdapat Agastya, Arca Durga, Ganesha, dan arca hewan Nandi. Bangunan bercorak Hindu ini terdapat batu berbentuk lingga dan yoni sebagai simbol kesuburan bagi penganut agama tersebut.
Sementara Candi Lawang berada di di Dusun Dangean, di desa yang sama yaitu Desa Gedangan. Di situs ini ditemukan lima struktur bangunan, yakni candi induk dan empat candi perwara. Pada candi induk masih dapat dijumpai batur, kaki, tubuh bawah, dan pintu.
Sementara, empat struktur bangunan lainnya hanya tersisa pondasi dan bagian atas bangunan. Temuan yoni di sekitar situs menandakan candi ini adalah candi Hindu. Berdasarkan langgam yang ada periodesasi situs Candi Lawang diperkirakan antara 750-800 Masehi. hay


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top