Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Wisata Purbalingga

Desa Serang, Saujana di Lereng Gunung Slamet

Foto : Disporapar Provinsi Jawa Tengah
A   A   A   Pengaturan Font

Warga Desa Serang di lereng Gunung Slamet menyadari akan potensi alamnya yang memukau. Mereka menyulap sebuah lahan di desanya menjadi taman rekreasi dengan wahana lengkap yang diminati masyarakat.

Wilayah lereng Gunung Slamet sebelah timur memiliki destinasi populer yang banyak didatangi masyarakat. Bernama Desa Lembah Asri Serang atau disingkat dengan D'LAS, destinasi ini berada di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga.

Tidak ada yang tertarik datang ke desa ini pada awalnya. Mayoritas penduduknya yang bekerja sebagai petani dan buruh tani yang belum sadar akan potensi desanya berupa pemandangan alam yang indah dan udara yang sangat sejuk.

Ketinggian D'LAS mencapai 1200 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan suhu udara yang cukup sejuk apalagi pada malam hari dan musim kemarau. Ditunjang dengan tanahnya yang gembur membuat tanaman hortikultura berupa sayuran dan buah tumbuh dengan baik di tempat ini.

Beberapa tanaman seperti kubis atau kol, daun bawang, seledri, tomat dan stroberi tumbuh dengan baik dengan di tempat ini. Untuk memberi nilai tambah, agrowisata berupa perkebunan petik stroberi dan kubis awalnya yang menjadi andalan dalam menarik wisatawan.

Pengunjung dapat memetik buah ini secara langsung untuk dibawa pulang dengan membayar sejumlah uang sesuai yang ditetapkan. Keberadaan agrowisata yang kemudian diberi nama Agrowisata Lembah Asri tidaklah lepas dari adanya peran masyarakat sekitar termasuk petani di Desa Serang.

Agrowisata Lembah Asri menambah pendapat bagi petani sayur dan buah stroberi yang terlibat. Namun mengingat jumlah petani yang banyak, menjadikan manfaat dari adanya Agrowisata Lembah Asri belum didapatkan petani secara merata dan optimal.

Belum cukup dengan menghadirkan wisata agro tanaman sayur dan buah, warga Desa Serang juga mengoptimalkan potensi alam dengan menanam berbagai tanaman obat, tanaman keras, serta membangun warung hidup dan lumbung hidup di pekarangan rumah.

Demi menjaga kelestarian alam, pemerintah desa serta warga sepakat menaati peraturan yang melarang masyarakat untuk menebang pohon sembarangan. Jika larangan itu dilanggar, terdapat denda sebesar 5 juta rupiah. Dengan begitu, seluruh pihak terlibat dalam upaya pemeliharaan alam secara berkelanjutan.

Menyadari ada banyak hal yang harus dipertahankan dari alam, Desa Serang juga pernah ikut serta dalam Festival Gunung Slamet, dengan salah satu programnya penanaman 35 ribu pohon suren di 5 desa. Atas inovasi yang dilakukan tersebut, Desa Serang terpilih menjadi salah satu dari 15 pemenang utama Program Desa BRILian 2021 Batch 2. Desa Serang berhak menerima uang pembinaan sebesar 20 juta rupiah dan pendampingan dari BRI selama 3 bulan.

Terletak di kaki Gunung Slamet, Desa Serang kini telah menjadi salah satu wisata andalan di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Udara dingin khas pegunungan, serta pemandangan asri perbukitan hijau membuat desa ini menjadi magnet bagi banyak wisatawan, baik lokal maupun luar daerah.

Namun siapa sangka, di balik keindahan dan popularitas wisatanya, Desa Serang dulunya merupakan salah satu desa miskin di Kabupaten Purbalingga. Mayoritas penduduknya pun bekerja sebagai petani dan buruh tani. Sepi dari keramaian saat ini banyak dijumpai rumah tidak layak huni di desa ini.

Menurut Kepala Desa Serang, Sugito, seiring berjalannya waktu, pemerintah desa setempat menggarap lahan tidak produktif menjadi desa wisata dengan nama D'LAS itu. Dengan didampingi Balai Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) pemerintah desa mambangun Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada tahun 2009.

Dari alokasi Dana Desa yang diperoleh pada tahun 2010, digunakan membuka usaha permainanflying fox. Pembangunan wisata ini pun berlanjut hingga sampai saat ini, terdapat total 23 wahana yang ada di D'LAS.

Alatflying foxini dipasang di hutan pinus milik Perhutani yang dekat dengan desa ini. Pada tahun 2011 desa ini mendapatkan sumbangan ATV bike. Namun karena lokasinya berada di pihak perusahaan perkebunan, akhirnya lokasinya dipindah di tanah desa dengan luas 1,3 hektare.

Masyarakat secara bergotong royong melakukan pembangunan. Dengan modal 9 juta rupiah digunakan untuk membeli material pembuatan fasilitas untuk mendukung permainanflying foxdan ATV berupa berupa gazebo yang dilakukan secara kerja bakti.

Beruntung dengan modal yang minim, mereka dapat menarik banyak pengunjung. Bahkan jumlah wisatawan yang datang dalam satu hari pernah mencapai 15.000 orang dalam sehari pada musim Lebaran tahun 2019. Tidak heran kemudian desa yang dulu sunyi dan miskin itu telah menjadi Desa Maju berdasarkan Indeks Desa Membangun dari Kementerian Desa PDTT pada tahun 2022.

Kembangkan Fasilitas

Meski pengunjungnya ramai, D'LAStidak pernah berhenti dalam mengambangkan layanan. Pendapatan yang diperoleh salah satunya digunakan untuk membuat wahana baru agar wisatawan mau kembali datang ke tempat ini.

Salah satu wahana baru yang dibanguan di D'LAS adalah Mini Zoo. Fasilitas yang menyediakan binatang seperti burung, kuda poni, kura-kura, ayam pegar, meerkat, alpaka, burung unta, rakun, burung merak, pelikan, rubah, dan masih banyak lagi ini menjadikan tempat wisata ini memiliki total 22 wahana.

D'LAS Zoo juga merupakan salah satu wahana yang didanai oleh BRI melalui programcorporate social responsibility(CSR) senilai 500 juta rupiah. Dana ini digunakan untuk pembuatan kandang, bagi bermacam hewan yang berbeda-beda itu.

Dengan terus bertambahnya wahana kini luas lahan D'LAS mencapai 20 hektare dari awalnya hanya 1,3 hektare yang dimiliki Bumdes. Namun mayoritasnya lahan baru yang ada dimiliki oleh masyarakat dan pihak perusahaan perkebunan yang digunakan dengan cara menyewa.

Pendapatan D'LAS dari telah mencapai angka rata-rata 8 miliar per tahunnya dari sektor pariwisata. Aset juga berkembang dari awalya hanya 9 juta rupiah menjadi 30 miliar rupiah. Dari pendapatannya digunakan untuk disetor ke Desa Serang sebagai pendapatan asli.

Selain agrowisata dan berbagai permainan yang ditawarkan salah satu hal yang sangat menarik dari desa ini adalah bentang alamnya. Sejauh mata memandang atau saujana-nya berupa pemandangan dataran rendah di arah tenggara dan timur laut.

Di arah timur pemandangannya berupa pegunungan yang berbaris dari arah selatan ke utara dengan puncak yang timbul tenggelam seperti mata gergaji. Sedangkan pemandangan ke arah baratnya adalah gunung Slamet yang memiliki ketinggian puncak 3432 mdpl.

D'LAS berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Gunung Slamet, sedangkan radius bahaya erupsi Gunung Slamet berjarak 3 kilometer dari kawah puncak gunung. Oleh karena tempat ini menyediakan pemandangan yang cukup dekat ke puncak dan cukup aman dari letusan apalagi gunung ini ini dikenal tidak pernah erupsi hebat.

Jarak D'LAS dengan pusat Kota Purbalingga sejauh 22,8 kilometer melewati Bobotsari. Jalan yang berkelok-kelok dengan waktu tempuh 40 menit, wisatawan akan dihibur dengan pemandangan persawahan dan juga tanaman sayur.

Jika cuaca cerah D'LAS menawarkan puncak Gunung Slamet yang gagah. Pada pagi hari biasanya puncaknya lebih mudah terlihat daripada sore hari, saat gumpalan awan telah terbentuk sehingga menyelubungi puncaknya.

Saat ini D'LAS di Desa Serang telah menjadi salah satu magnet pariwisata andalan Kabupaten Purbalingga, selain Owabong Waterpark, Taman Wisata Purbasari Pancuran Mas, Sanggaluri Park, dan Goa Lawa.

Yang menarik pada pada 12-14 Juli 2024 lalu, Festival Gunung Slamet (FGS) VII Tahun 2024 digelar di D'LAS pada 12-14 Juli. Seperti tahun sebelumnya acara tersebut berupa prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah, dan dimeriahkan perang tomat, pawai budaya, dan Serang Carnival.

Pada acara serupa sebelumnya D'LAS dikunjungi sekitar 30.000 pengunjung seperti halnya tahun-tahun sebelumnya. Banyaknya pengunjung diharapkan dapat semakin menggerakkan perekonomian masyarakat setempat dibandingkan hari biasa.

Seperti tahun sebelumnya FGS VII 2024 menarik banyak pengunjung yang luar daerah. Untuk mereka yang menginap D'LAS menyediakanhomestaydari rumah warga yang disulap atau yang dibangun oleh investor dari luas. Ada 60homestaysudah bisa dipesan sebagai tempat menginap.hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top