Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Optimalisasi EBT l Penggunaan Listrik dari Tenaga Surya Lebih Hemat ketimbang Energi Fosil

DEN Pacu Pemanfaatan Energi Surya

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Ke depan, penggunaan EBT perlu lebih akseleratif, terutama dengan menggenjot penggunaan panel surya di semua gedung instansi, baik pemerintah, swasta, serta di daerah-daerah.

JAKARTA - Dewan Energi Nasional (DEN) meminta pemerintah lebih gencar lagi memanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT), termasuk mendorong penggunaan panel surya di gedung-gedung pemerintah serta bangunan pabrik. Sebab, pemanfaatan EBT di Tanah Air sampai saat ini masih sangat minim.

Anggota DEN, Abadi Poernomo, mengakui capaian bauran energi sektor EBT tahun lalu tidak sesuai dengan target. Dari target sebesar 10,4 persen, realisasi yang baru tercapai pada 2016 hanya 7,7 persen. Padahal, dengan kekayaan potensi EBT, RI semestinya bisa memanfaatkannya dalam jumlah besar.

"Ke depan, penggunaan EBT perlu lebih akseleratif. Salah satu caranya dengan menggenjot penggunaan panel surya. Ini perlu dilakukan di semua instansi, baik pemerintah, swasta, serta di daerah-daerah serta mengoptimalkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang telah beroperasi," ungkapnya dalam konferensi persnya, di Jakarta, Jumat (4/8).

Menurut Abadi, cara ini untuk mengejar ketertinggalan, mengingat potensi EBT besar, meliputi energi surya, panas bumi, angin, maupun air.

Menurut DEN, untuk mengejar bauran energi sektor EBT sebesar 23 persen pada 2025, pemerintah perlu melakukan banyak terobosan, termasuk utilisasi panel surya dengan mempercepat penggunaan B20. Itu untuk mengurangi penggunaan solar serta meningkatkan penggunaan EBT.

Anggota lain DEN, Rinaldy Dalimi, menambahkan penggunaan listrik dari surya lebih hemat dari energi lainnya. Dia menambahkan, pada tahap awal, pengguna harus mengeluarkan angggaran hingga 45 juta rupiah sebagai biaya instalasi. Namun, penggunaannya lebih efisien.

"Satu perusahaan penyedia teknologi panel surya bisa menghemat tagihan listrik 500 ribu rupiah per bulan. Lebih hemat ketimbang menggunakan listrik dari energi fosil," paparnya.

Mobil Listrik

Rinaldy juga melanjutkan, program pengembangan mobil listrik yang tengah didorong pemerintah bakal menggenjot penggunaan EBT. Sebab, kebutuhan listrik akan lebih besar dengan harga yang lebih murah.

Mobil listrik diperkirakan menjadi tren alat transportasi di masa depan karena ramah lingkungan dan efisien. Bahkan, di Inggris dan India menargetkan penghapusan semua kendaraan berbahan bakar energi fosil pada 2040.

"Kuncinya pada penggunaan teknologi pada EBT. Penggunaan teknologi pada baterai dan solar cell perlu cepat dikuasai. Lagi pula teknologinya terjangkau. Kita harus memanfaatkan momentum pengembangan mobil listrik," ungkapnya.

DEN, terang Rinaldy, tengah menyusun Peraturan Presiden (Perpres) terkait pengembangan mobil listrik. Dengan beragam program yang mendukung pemanfaatan EBT tersebut, DEN optimistis pada 2050, bauran energi sektor EBT bukan hanya 31 persen seperti target semula, tetapi mencapai 50 persen.

Seperti diketahui, dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) ditetapkan penyediaan listrik dan tenaga EBT diprediksi mencapai 45.253 megawatt (MW) pada 2025 dan meningkat menjadi 167.646 MW pada 2050. Target ini bersumber dari komitmen kapasitas pembangkit dan kapasitas pembangkit potensial. ers/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top