Daya Pikat Prosesi Agung
Foto: koran jakarta/aloysius widiyatmakaPerjalanan suci dari Candi Mendut ke Candi Borobudur barangkali boleh disebut sebagai salah satu prosesi keagamaan terbesar dunia. Bukan hanya itu, pergerakan suci itu juga bisa dikatakan mewah, indah, penuh warna, dan mengagumkan. Itulah yang menjadi daya pikat para wisatawan baik lokal maupun global.
"Ini menakjubkan," ujar turis asal Australia, Linda (28), secara singkat ketika ditanya komentar tentang prosesi yang merupakan puncak perayaan Tri Suci Waisak 2019 (2563 BE) yang berlangsung Sabtu (18/5) tersebut. Meski tiap tahun dilaksanakan kegiatan seperti itu, masyarakat setempat atau wisatawan tetap saja memenuhi kiri kanan jalan untuk menyaksikan prosesi agung yang mengarak air dan api abadi untuk puja bakti di Candi Borobudur sampai detik-detik Waisak pukul 04.11 WIB.
Prosesi ini tak hanya diikuti umat Buddha, tetapi juga masyarakat atau pelancong yang terdiri dari berbagai agama. Mereka ikut merayakan perjalanan agung tersebut. Perjalanan ini bisa menjadi destinasi yang banyak diminati turis. Salah satu daya tarik "destinasi prosesi" ini adalah kirabnya. Perjalanan terdiri dari berbagai ornamen indah berupa kendaraan hias, pasukan marching band, kelompok bendera merah putih, kelompok hasil tani, kelompok kesenian, dan sebagainya.
Para biksu di atas kendaraan hias terus saja mereciki masyarakat yang berada di kiri kanan jalan sebagai simbol "memberkati" bumi, alam, manusia, dan segala makhluk. "Saya selalu tertarik dengan parade Waisak ini," celetuk seorang wisatawan lokal. Memang kalau pemkab Magelang mau mengoptimalkan prosesi agung ini bisa menjadi ajang menarik para wisatawan. Tinggal dikemas saja bersama panitia. Sayang kerja sama tersebut sepertinya belum ada, sehingga acara bagus ini lewat begitu saja, tanpa dioptimalkan untuk menarik wisatawan.
Para biksu mereciki masyarakat yang berada di pinggir jalan
Acara Tri Suci Waisak selalu didului pengambilan air berkah di Umbul Jumprit Temanggung dan api abadi Grobokan. Kedua kegiatan ini juga bisa dijadikan destinasi turistik, hanya perlu kerja keras untuk memperkenalkan kepada dunia. Itulah pentingnya kerja sama dinas pariwisata setempat dengan panitia perayaan Waisak.
Air dan api disemayamkan di Candi Mendut untuk didoakan umat dan para biksu. Altar puja bakti selalu ditata begitu indah. Setelah didoakan dan disemayamkan semalam suntuk, akhirnya api dan air diarak menuju Candi Borobudur untuk perayaan puncak Tri Suci Waisak. Altar di Borobudur juga begitu menakjubkan indahnya. Tak pelak lagi, altar yang sangat menawan itu menjadi latar belakang umat, warga, dan turis berfoto.
Setelah diarah akhirnya sampailah air dan api di Candi Borobudur. Pada malam sampai dini hari umat Buddha dan masyarakat terus memenuhi candi terbesar dunia itu menanti detik-detik Waisak. Pada acara malam puncak, Menteri Agama Lukman Hakim mengingatkan, semua agama di dunia mempunyai tujuan yang sama untuk mewujudkan keharmonisan.
Menag juga mengingatkan bahwa inti ajaran agama adalah kasih sayang, bukan kebencian. Contoh, Buddha menginginkan untuk tidak berhenti melatih dharma guna mencapai budi yang tak tergoyahkan berbagai persoalan yang datang. Dia juga menginginkan batin yang tak mudah digoyang kekotoran batil, tak mudah emosi negatif yang mengantar ke penderitaan.
Masyarakat berbagi rezeki kepada para biksu dalam acara pindapata.
Buddha memberi solusi atas kondisi itu dengan membangun pengertian-pengertian benar, agar muncul pikiran benar. Buddha juga mengajarkan untuk mengendalikan pikiran. Jika berpikir positif, batin akan bahagia. Sebaliknya, jika berpikir negatif batin akan menderita. "Itulah cara agar membuat batin tenang. Jadi memiliki batin yang teduh merupakan sumber kebahagiaan," katanya.
Dia juga menuturkan, kesempurnaan menjadi tujuan hidup setiap.manusia. Tetapi di zaman modern, manusia terus mengejar apa pun demi kepuasan hidup. Mereka lalu lupa mengenali tujuan hidup untuk kesempurnaan. Ini menjadi tugas kita, khususnya kaum agamawan untuk mengingatkan agar manusia kembali mengenal kesejatian diri dengan menerima diri. Penerimaan diri adalah realitas kehidupan. Jangan hanya melihat kekurangan diri, tapi hiduplah dengar berpikir jernih.
Dengan begitu mampu menjalankan lehidupan dengan baik dan sanggup mengelola jiwa serta hati nurani seperti bersimpati, empati, dan toleransi. Kemudian, tolong menolong, jujur dan rela berkorban. "Teladanilah cara hidup Buddha Gautama yang rela meninggalkan kerajaan untuk hidup sederhana demi kebahagiaan semua manusia," saran Lukman.
Dia lalu menyebut "kebenaran" yaitu memiliki pengertian, pikiran, ucapan, perbuatan, mata pencaharian, usaha, dan konsentrasi yang benar. Semua itu akan mencerahkan dan mendamaikan.
Jalankan Dharma
Sementara itu, Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Hartati Murdaya, menambahkan, dalam merayakan Tri Suci Waisak, umat dapat menjalankan dharma sehingga kondisi spiritual diri menjadi lebih kokoh dan mampu mengembangkan kebijaksanaan seperti sang Buddha. Dia hidup bermoral, rajin semadi, meditasi, dan berkonsentrasi.
Menurut Hartati, berkonsentrasi dalam rangka memperkuat diri agar mampu menyingkirkan egoisme. Sebab ego hanya menciptakan keserakahan, kebodohan, dan loba yang membuat manusia penuh hawa nafsu duniawi. Ini yang membuat manusia berada dalam duka sengsara dan menderita terus menerus.
Dia berharap, umat Buddha menjadi berhasil dan berguna bagi sesama. "Jangan hanya merayakan Tri Suci Waisak. Gunakan momentum ini untuk memperkuat kesadaran bahwa kita semua patut meneladani sikap dan perilaku sang Buddha," tandas Hartati.wid/G-1
Lampion yang Selalu Menyedot Perhatian
Ketua Walubi, Hartati Murdaya (kiri) dan Sekjen PDIP Hasto Kristianto (tengah/batik) melepaskan lampion dalam malam puncak perayaan Tri Suci Waisak 2019 di Candi Borobudur, Magelang, Sabtu (18/5).
Ada berbagai kegiatan menarik dalam malam puncak perayaan Waisak, salah satunya pelepasan lampion. Para tokoh politik, pejabat nasional dan lokal, serta Ketua Walubi, Siti Hartati Murdaya, melepaskan lampion. Satu lampion harus dipegang empat orang karena sangat besar.
Di antara tokoh politik yang melepas lampion adalah Sekjen PDIP Hasto Kristianto. Ada juga Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Moh Effendi, Kapolda Jateng Irjen (Pol) Rycko Amelza Dahniel, Bupati Magelang Zaenal Arifin, dan Bupati Temanggung M Al Khadzig. Kemudian, Dubes Thailand untuk RI, Songphol Sukchan, dan Kabaharkam Polri Komjen (Pol) Condro Kirono.
Ada ribuan lampion yang diterbangkan. Di dalam lampion yang mengangkasa menuju "surga" tersebut, banyak umat Buddha menempelkan kertas berisi doa dan harapan agar dikabulkan Tuhan. Tentu ada juga syukur atas berbagai anugerah Tuhan selama hidup.
Penerbangan lampion menjadi salah satu tujuan umat Buddha menghadiri perayaan Waisak di Borobudur, selain tentu saja mengikuti rangkaian peringatannya. Sebab mereka bisa menerbangkan doa dan harapan, walaupun harus membeli sekitar 100.000 rupiah untuk satu lampion. Banyak keluarga dan perorangan yang membeli lampion untuk dapat menerbangkannya ke angkasa. Tentu saja ditempelkan doa dan harapan. wid/G-1
Redaktur: Aloysius Widiyatmaka
Penulis: Aloysius Widiyatmaka
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Akhirnya Setelah Gelar Perkara, Polisi Penembak Siswa di Semarang Ditetapkan Sebagai Tersangka
- 2 Jakarta Luncurkan 200 Bus Listrik
- 3 Krakatau Management Building Mulai Terapkan Konsep Bangunan Hijau
- 4 Kemenperin Usulkan Insentif bagi Industri yang Link and Match dengan IKM
- 5 Indonesia Bersama 127 Negara Soroti Dampak dan Ancaman Krisis Iklim pada Laut di COP29