Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kondisi Makroekonomi | Inflasi pada April Tertinggi sejak Januari 2017

Daya Beli Masyarakat Harus Dijaga

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Inflasi tahun ini diproyeksikan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya atau bahkan di atas target yang ditetapkan pemerintah. Karena itu, pemerintah perlu menjaga daya beli masyarakat yang masih berada di bawah posisi sebelum Covid-19 pada kuartal I-2022.

Chief Economist and Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan, memprediksikan inflasi Indonesia akan mencapai 4,4-4,8 persen tahun ini. Prediksi tersebut di atas rentang target yang ditetapkan di kisaran 2-4 persen.

"Memang lebih tinggi dari biasa, namun secara dibandingkan negara lain dan kondisi Indonesia satu dekade lalu misalnya pada 2013 yang mencapai 8 persen maka kondisi inflasi ini jauh lebih baik," katanya di Jakarta, Selasa (10/5).

Katarina menuturkan prediksi tersebut didasarkan jika harga-harga yang dikendalikan pemerintah atau administered prices seperti bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik (TDL) dan harga gas masih naik. Menurutnya, meski perkiraan tersebut cenderung lebih tinggi dari biasa, namun masih lebih baik dibandingkan negara lain maupun pengalaman realisasi inflasi pada 2013 yang mencapai 8 persen.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (9/5), melaporkan pada April 2022 terjadi inflasi sebesar 0,95 persen secara bulanan atau month to month (mtm). Angka inflasi itu merupakan hasil dari indeks harga konsumen (IHK) yang meningkat menjadi 109,98 pada April, dari 108,95 pada Maret 2022.

Baca Juga :
Intervensi Pasar

"Inflasi April 2022 yang sebesar 0,95 persen tertinggi sejak Januari 2017," ujar Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam konferensi pers virtual, Senin (9/5).

Secara tahunan atau year on year (yoy), inflasi pada April 2022 tercatat sebesar 3,47 persen, tertinggi sejak Agustus 2019 dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 3,49 persen. Dengan realisasi tersebut, sejak awal tahun hingga April 2022 (ytd), inflasi tercatat sebesar 2,15 persen.

"Penyumbang inflasi utama pada April ini berasal dari komoditas minyak goreng, bensin, daging ayam ras, tarif angkutan udara, serta ikan segar," tutur Margo.

Di Bawah Normal

Sementara itu, Pakar Kebijakan Publik dan Kepala Studi Ekonomi Politik LKEB UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengatakan pemerintah perlu menjaga daya beli masyarakat.

"Jika dilihat dari sisi pengeluaran maka terlihat konsumsi rumah tangga masih di bawah ambang normal sebelum Covid-19. Kuartal I-2022 konsumsi rumah tangga tumbuh 4,34 persen year on year (yoy) atau di bawah konsumsi rumah tangga yang normalnya adalah 5,0 persen," kata Achmad yang juga Co-Founder Narasi Institute dalam keterangan resmi, Selasa (10/5).

Konsumsi rumah tangga tercatat meningkat untuk sektor tersier, seperti hotel, angkutan, dan restoran yang biasanya dikonsumsi masyarakat kelompok menengah ke atas. Sementara itu, menurutnya, masyarakat kelompok menengah ke bawah saat ini masih berjuang menghadapi kenaikan harga bahan pokok.

"Situasi ekonomi pada kuartal I-2022 diwarnai dengan kenaikan harga pangan, harga minyak goreng, tingginya harga komoditas ekspor seperti sawit dan batu bara, serta kenaikan belanja pemerintah terutama di sektor konstruksi," katanya.

Dia juga memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh di bawah target pemerintah sebesar 5,03 persen secara tahunan pada 2022.

"Karena inflasi dan risiko kenaikan suku bunga kredit akibat perang Russia-Ukraina dan kenaikan Fed Fund Rate (bunga acuan AS) menyebabkan ekonomi Indonesia akan tumbuh mencapai maksimal 4,5 persen sampai 5,0 persen year on year," katanya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top