Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Komisaris Utama PT Delta Djakarta Tbk, Roy Tumpal Pakpahan

Dari Jeruji Hingga Jadi Presiden Komisaris

Foto : ISTIMEWA

Komisaris Utama PT Delta Djakarta Tbk, Roy Tumpal Pakpahan

A   A   A   Pengaturan Font

Tak banyak perusahaan yang mampu bertahan selama pandemi Covid-19. Banyak perusahaan gulung tikar atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya.

Namun, kondisi itu tak dialami PT Delta Djakarta Tbk. produsen dan distribusi bir pilsener dan stout beer di bawah merek dagang "Anker", "Carlsberg", "San Miguel", "San Mig Light" dan "Kuda Putih". Tahun lalu saja, kendati diterjang Covid-19, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tersebut masih mampu menyumbang dividen sebesar 60 milliar rupiah kepada Pemprov DKI yang merupakan salah satu pemegang saham terbesar di perusahaan itu. Dividen yang diberikan Delta merupakan terbesar kedua setelah Bank DKI, sementara di DKI ada sekitar 30-an BUMD.

"Pak Gub (Gubernur DKI Anies Baswedan) tanya ke saya, kok kenapa bisa yah bang. Padahal, semua perusahaan lagi susah, tapi ini bisa berikan dividen. Lalu saya jawab, itu karena manajemen baik. Saya ga bisa klaim itu karena peran saya, tidak. Tapi karena kolaborasi semua stakeholder di dalamnya," ucap Komisaris Utama PT Delta Djakarta Tbk, Roy Tumpal Pakpahan ketika berbincang-bincang dengan Koran Jakarta, di Jakarta, Senin (10/10).

Roy merupakan representase dari Pemprov DKI di jajaran komisaris. Kata Roy, kondisi itu menggambarkan bahwa Delta Djakarta merupakan perusahaan sehat. Sehingga baginya, disayangkan apabila perusahaan yang sehat ini dijual karena masih hanyak BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) lainnya yang sebenarnya merugi dan disubsidi oleh Pemda.

"Perusahaan ini sangat sehat, bahkan sebelum saya masuk pun sudah sehat, saya tinggal meningkatkan saja. Jika saya punya uang pun, saya akan beli perusahaan ini," ungkap Roy seraya bergurau.

Roy pun mengungkapkan upaya perseroan mampu bertahan di tengah pandemi karena teknik pemasaran baik dan manajemen efisien, efektif dan transparan. "Kendati orang banyak yang tinggal di rumah tetapi begitu mereka pesan kita langsung hantar, sehingga terbukti permintaan selama pandemi meningkat. Begitu juga mitra mitra tradisional kita seperti Lapo, kita tetap suplai. Tidak ada cerita, kita ga bisa hantar karena pandemi, karena semua orang begitu alasannya. Makanya apabila ada yang mesan, kita tanya rumah di mana, lokasi di mana maka kita langsung kontrak distributor untuk hantar," terangnya.

Bisnis ini juga, lanjut Roy, memberi multiplier effect kepada usaha lainnya, karena ada penyuplai botol-nya, dan usaha usaha pendukung lainnya, sehingga ketika perusahaan terus beroperasi artinya juga menghidupi banyak orang.

Dia menyebut penjualan netto perseroan naik 24,7 persen secara tahunan (yoy) menjadi 681,2 milliar rupiah. Laba netto tahun berjalan ikut meningkat 52,3 persen (yoy) menjadi 188,0 milliar rupiah.

Jangan Kaku

Mewakili dunia usaha, dia juga meminta pemerintah, baik pusat maupun daerah (pemda) tak terlalu membatasi dunia usaha. Apalagi ada sejumlah daerah yang menurutnya sangat kaku membuat peraturan. Padahal apabila diajak berkoloborasi akan memberi pendapatan kepada daerah.

"Dampaknya, banyak yang menjual di pasar gelap. Kalau begitu cukainya lari kemana? Kan ga ada buat negaranya, padahal kalau Pemda-nya tidak melarangkan ada untungnya buat daerah, meningkatkan PAD. Kalau Pemda tidak bisa berbisnis kan ada Perumda di daerah yang berkolaborasi," tandas dia

Dia menegaskan industri ini sangat potensial ke depannya, sehingga sangat sayang apabila tidak bisa beroperasi di daerah-daerah tertentu karena ada Perda yang melarangnya. Mestinya di-review atau ditinjau ulang perda tersebut seiring adanya UU Cipta Kerja.

Prospek Optimistis

Roy optimistis pada 2022 lebih baik dari 2021 karena pembatasan sudah semakin diperlonggar. Semester I tahun ini saja pertumbuhan penjualan sudah meningat 18-20 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, padahal dua-tiga bulan pertama masih ada pandemi, artinya semester II pasti lebih dari ini.

Optimisme itu makin menguat pada tahun depan, apalagi pemerintah berniat untuk mencabut status pandemi yang membuat permintaan meningkat baik dari hotel hotel, restauran, cafe dan pasar pasar passr tradisional. Meski demikian, dia berharap agar pemerintah bisa menjaga stabilitas dunia usaha dengan tidak membuat aturan yang mempersulit dunia usaha.

Roy merupakan mantan aktivis mahasiswa. Pada 1988 saat masih menjadi mahasiswa Universitas Pancasila di Jakarta, dia pernah dijebloskan ke penjara selama enam bulan karena menolak kebijakan penguasa Orde Baru. Setahun berselang dia dijebloskan lagi karena demo menolak kenaikan tarif listrik. Dia diterungku tanpa melalui proses pengadilan.

Roy terpilih menjadi Presiden Komisaris atau Komisaris Utama pada 24 Agustus 2021. Mantan wartawan Suara Pembaruan ini juga meraih gelar master Univeristas Indonesia (UI) dan doktor dari Universitas Brawijaya Malang. Selain mengajar di sejumlah Perguruan Tinggi, dia juga pengacara.

Menurut pendiri AJI (Aliansi Jursnalis Independen) ini, yang terpenting dalam hidup ini ialah membangun jaringan. Sebagai bekas wartawan, dia sangat memahami itu hingga mendapat posisi sekarang.

"Jaringan itu penting, waktu saya nikah saja saat masih wartawan semua kelas datang, dari tingkat Presiden (Gusdur) hingga orang biasa datang. Tapi resepsinya bukan pake duit saya, duit teman," pungkasnya sembari tersenyum.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top