Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Temuan Medis

Dari Hewan Pengerat ke Manusia

Foto : afp/ Tchandrou NITANGA
A   A   A   Pengaturan Font

Nigeria tidak pernah melaporkan adanya mpox selama 39 tahun ketika kasus tiba-tiba mulai bermunculan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Delta Niger pada 2017. Setelah itu virus mpox terus beredar di negara tersebut.

Antara 2018 dan 2021, Inggris, Amerika Serikat (AS), Israel, dan Singapura, melaporkan total sembilan kasus mpox. Semuanya melibatkan pelancong dari Nigeria. Tiga di antaranya adalah pria yang memiliki lesi genital. Pada awal Mei 2022, kasus mpox mulai bermunculan di Portugal dan Spanyol, yang kemudian secara tiba-tiba penyakit itu menarik perhatian para ahli virologi.

Dalam beberapa pekan, tim yang dipimpin oleh ahli genomik mikroba João Paulo Gomes dari Institut Kesehatan Nasional Portugal melaporkan bahwa genom virus mpox yang diisolasi dari kasus di Portugal, sangat cocok dengan virus klade II yang telah ditemukan sebelumnya di Inggris, Israel, dan Singapura pada pelancong dari Nigeria.

Sebelum bulan Mei berakhir, ahli biologi evolusi Áine O'Toole dan Andrew Rambaut di Universitas Edinburgh mengunggah analisis yang mengejutkan tentang sejarah wabah tersebut. Virus mpox bermutasi lebih cepat dan dengan cara yang mudah dikenali saat diserang oleh APOBEC3, enzim manusia yang tampaknya telah berevolusi untuk melumpuhkan virus.

Dengan membandingkan urutan virus yang diekspor ke Inggris dari Nigeria pada 2018 dengan virus yang baru saja muncul di Eropa dan AS, O'Toole dan Rambaut menemukan 42 substitusi telah terjadi jauh lebih banyak dari yang diharapkan dalam 4 tahun tanpa tekanan dari APOBEC3.

"Apa yang kami lihat adalah bekas luka pada genom virus yang telah diserang oleh enzim tersebut, tetapi itu tidak cukup untuk menghentikan penyebarannya," kata O'Toole, dalam tulisan Jon Cohen seorang korespondenScience.

Ia dan Rambaut lalu menyimpulkan bahwa telah terjadi penularan antarmanusia yang berkelanjutan sejak setidaknya 2017. Laboratorium Rambaut kemudian bekerja sama dengan Gomes dan para peneliti di Nigeria untuk menganalisis bagaimana APOBEC3 mempengaruhi virus tersebut sebelum meninggalkan Afrika.

Data sekuens dari 42 genom dari 2017 hingga 2021 dan satu dari 1971 menunjukkan bahwa virus tersebut kemungkinan telah beredar terus-menerus pada manusia sejak awal 2015. Data tersebut juga menunjukkan bahwa epidemi tersebut dimulai dengan satu infeksi, kemungkinan merupakan penularan dari hewan liar.

Sebuah studi berdasarkan 112 genom tambahan yang dipimpin oleh ahli biologi molekuler Christian Happi, yang mengepalai Pusat Keunggulan Afrika untuk Genomik Penyakit Menular (ACEGID) di Universitas Redeemer di Ede, Nigeria, menambahkan rincian tentang penyebaran secara geografis.

Dalam pracetak yang diunggah pada bulan Juni, tim Happi menyimpulkan bahwa virus tersebut kemungkinan berpindah dari hewan sekitar bulan Juli 2014 di Negara Bagian Rivers, tempat Port Harcourt berada, atau Negara Bagian Abia di dekatnya. Dari sana, virus tersebut berulang kali menyebar ke wilayah lain di Nigeria, termasuk Lagos, kota berpenduduk 15 juta orang, dan Ibu Kota Abuja, yang masing-masing memiliki bandara internasional yang sibuk. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top