Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek Investasi - Imbal Hasil Obligasi Indonesia Sangat Atraktif, Tertinggi di Kawasan

Dana Asing Gairahkan Pasar Efek

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pasar saham dan obligasi masih potensial untuk dijadikan tempat berinvestasi di tengah gejolak ekonomi global. Apalagi, dana asing terus mengalir ke pasar modal sehingga waktu yang tepat untuk menjaringnya lewat sejumlah instrumen investasi.

"Kami melihat, baik pasar saham maupun pasar obligasi Indonesia masih sangat berpotensi untuk tahun ini," kata Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Dimas Ardhinugraha, di Jakarta, Senin (25/2). Dari pasar saham, potensi arus dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia akan menjadi katalis besar. PadaJanuari 2019, baru sekitar 13 triliun rupiah yang masuk ke pasar saham Indonesia.

Sementara dari tahun 2017 dan 2018, secara total yang keluar dari pasar saham sekitar 92 triliun rupiah. "Jadi, potensi masih cukup besar untuk dana asing masuk ke pasar saham Indonesia," katanya. Untuk pasar obligasi, lanjut Dimas, juga masih sangat berpotensi. Imbal hasil obligasi Indonesia dinilai masih di kisaran yang sangat atraktif, cukup tinggi dibandingkan negara kawasan lainnya.

"Oleh karena itu, dengan kondisi ekonomi domestik yang lebih kondusif dibandingkan tahun lalu, sangat berpotensi mendukung dana asing masuk ke pasar obligasi Indonesia," kata Dimas. Dimas menuturkan pada awal 2019 banyak sekali orangorang yang sangat pesimis terhadap ekonomi 2019.

Menurut Dimas, hal tersebut wajar saja, karena di 2018 lalu banyak terjadi faktor ketidakpastian. Pertama, kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve. Kedua, perang dagang antara Amerika Serikat dengan mitra dagangnya. Dari sisi domestik, ada nilai tukar rupiah yang sempat menembus level 15.000 rupiah per dollar AS, seperti jaman krisis moneter tahun 1998 dulu.

"Jadi wajar, di awal tahun 2019 banyak investor yang cenderung pesimis melihat outlook tahun 2019. Terutama untuk data perdagangan dan data manufaktur, cenderung agak turun di 2018 kemarin," ujar Dimas.

Fokus pada Data

Yang terjadi kemarin, lanjutnya, kebanyakan orang hanya fokus pada data yang jelek saja, tidak melihat data yang lain. Padahal menurutnya tidak semua data jelek, ada juga data yang tetap positif. Contohnya data sektor ketenagakerjaan dan juga sektor jasa. "Ekonomi tidak hanya manufaktur dan perdagangan.

Ada sektor-sektor lainnya yang menggambarkan ekonomi secara keseluruhan," ujarnya. Ia menambahkan, Indonesia ekonominya berorientasi domestik. Artinya Indonesia tidak terlalu bergantung kepada perdagangan dunia untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri. Di tengah volatilitas perdagangan di tingkat global, ekonomi Indonesia yang berorientasi domestik relatif akan lebih terjaga.

"Ekonomi Indonesia tinggi dan stabil. Ini bagus karena menjadi satu daya tarik tersendiri bagi Indonesia. Kami melihat adanya potensi arus dana asing masuk ke pasar finansial Indonesia di tahun 2019," kata Dimas.

Sementara itu, Direktur Investment Banking PT Bahana Sekuritas, Nelwin Aldriansyah, mengatakan dengan harga indeks saham yang lebih baik, korporasi semakin yakin kembali masuk mencari pendanaan di pasar saham dan obligasi, meski investor semakin selektif dalam mengoleksi saham perdana.

"Melihat realisasi kinerja perekonomian yang positif ditengah terpaan faktor eksternal yang cukup berat, investor menilai prospek perekonomian Indonesia sepanjang tahun ini akan lebih baik dibanding tahun lalu, sehingga mendorong masuknya arus investasi portofolio ke dalam negeri," katanya.

Ant/yni/AR-2

Penulis : Antara, Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top