Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Produksi Pangan | Luas Total Puso Sepanjang 2022 Sebesar 0,37 Persen dari Luas Tanam

Dampak Puso Bisa Ditekan

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah menyampaikan kejadian puso akibat hama penyakit, banjir, dan kekeringan sepanjang 2022 lebih rendah ketimbang 2021 atau rerata lima tahun terakhir. Berkat upaya penanganan dampak perubahan iklim yang begitu masif, produksi padi pada 2022 tak terganggu.

"Luas total puso Januari-Oktober 2022 hanya 32.417 hektare dengan luas tanam 8,67 juta hektare atau 0,37 persen. Angka ini jauh di bawah ambang batas toleran 4 persen," ujar Direktur Perlindungan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Mohammad Takdir Mulyadi di Jakarta, Kamis (15/12).

Angka ini, lanjutnya, lebih rendah dari tahun lalu. Puso pada Januari-Oktober 2021 lebih tinggi yakni 92.124 hektare dari luas tanam 10,81 juta hektare atau 0,85 persen dan rerata 5 tahun terakhir 92.341 hektare dari luas tanam 11,06 juta hektare.

Dia menambahkan, berkat upaya penanganan dampak perubahan iklim yang begitu masif dan fokus serta melibatkan berbagai pihak yang dilakukan Kementan, produksi padi pada 2022 pun tidak terganggu. Mengacu data BPS, prognosa luas panen padi pada 2022 mencapai 10,54 juta hektare dengan produktivitas 5,25 ton/ hektare dan produksinya mencapai 55,36 juta ton gabah kering giling (GKG), setara 31,90 juta ton beras.

"Dengan besarnya konsumsi nasional 30,20 juta ton, makan terjadi surplus 1,70 juta ton. Hasil survey stok beras (SCBN BPS) mencatat stok beras cukup aman, dimana stok beras pada April 2022 sebanyak 10,15 juta ton. Produksi beras pada Januari-Juni 2022 sebesar 18,54 juta ton dan prognosa produksi beras Juli-Desember 2022 sebesar 13,36 juta ton," terangnya.

Bahkan, lanjutnya, keberhasilan penanganan dampak perubahan iklim ini pun membuahkan hasil yang luar biasa pada kinerja perberasan Indonesia. Sejak 2019 hingga sekarang, tidak ada impor beras umum.

Seperti diketahui, Kementan melakukan berbagai upaya pengendalian dampak perubahan iklim di antaranya banjir, kekeringan, dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) guna mengamankan budi daya sehingga tidak terjadi gagal panen (puso) dan produksi pertanian aman, di antaranya Gerakan Pengendalian (Gerdal) OPT dan gerakan penanganan dampak perubahan iklim.

Di samping itu, dalam rangka mengantisipasi dampak La Nina yaitu berupa hujan yang berlebihan, melakukan Gerdal Dampak Perubahan Iklim, membentuk brigade banjir, brigade hama penyakit, early warning system, adaptasi dan mitigasi, pembersihan saluran air, menggunakan benih tahan genangan disaat musim hujan, asurasi usahatani dan bantuan benih bagi yang puso serta penyiapan panen pasca panen hingga dryer atau pengering.

Ongkos Mahal

Kepala Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Tata Mustasya, meminta pemerintah lebih serius lagi mengatasi dampak perubahan iklim. Sebab dampak perubahan iklim dapat mengancam produktivitas pangan. "Ongkos krisis iklim yang sangat mahal, salah satunya bakal berdampak terhadap krisis pangan, penurunan produksi dan kenaikan harga pangan," tegasnya.

Dia mengatakan kenaikan harga dan krisisi pangan ini memiliki dampak kemanusiaan, sosial, ekonomi, dan politik yang sangat besar. Artinya, ini membuktikan bahwa krisis iklim tidak hanya berdampak bagi lingkungan tetapi juga manusia.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top