Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Coober Pedy

Coober Pedy, Pemukiman Bawah Tanah di Tengah Australia yang Gersang

Foto : afp/ TORSTEN BLACKWOOD
A   A   A   Pengaturan Font

Di sebuah lokasi pertambangan opal bagian tengah Australia, populasinya membuat rumah bawah tanah. Cara ini untuk menghindari suhu panas dan dingin yang terjadi di wilayah yang sangat kering ini.

Setelah melakukan perjalanan panjang sejauh 848 kilometer ke menuju tengah Australia dari Adelaide, terdapat hamparan piramida pasir yang penuh teka-teki. Itu adalah wilayah pertambangan batu permata jenis opal yang disebut Coober Pedy dimana pemandangannya benar-benar sunyi. Hanya hamparan debu merah jambu salmon yang tak berujung dengan semak belukar yang terlihat.

Saat dijelajahi lebih jauh di sepanjang jalan raya, lebih banyak konstruksi misterius ini muncul, berupa tumpukan tanah pucat, berserakan sembarangan seperti monumen yang sudah lama terlupakan. Di wilayah yang dihuni oleh 2.500 orang ini, sesekali ada pipa putih mencuat dari tanah di sebelahnya.

Di sudut dunia ini, 60 persen populasi mendiami rumah yang dibangun di atas batu pasir dan batu lanau yang kaya akan besi. Di beberapa lingkungan, satu-satunya tanda-tanda pemukiman adalah lubang ventilasi yang mencuat dan sisa tanah yang dibuang di dekat pintu masuk.

Pada musim dingin, gaya hidup "troglodyte" ini mungkin tampak eksentrik. Tetapi pada hari musim panas, Coober Pedy yang diterjemahkan secara bebas sebagai oleh penduduk asli Australia sebagai "orang kulit putih dalam lubang", suhunya secara teratur bisa mencapai mencapai 52 Celsius, sehingga tidak aneh jika di tempat ini sering dijumpai burung jatuh dari langit.

Membuat perlindungan di bawah tanah seperti di Coober Pedy bukanlah yang pertama di dunia. Orang-orang dahulu telah melakukan hal sama untuk mengatasi iklim yang ekstrem. Nenek moyang manusia di Afrika selatan dua juta tahun lalu diketahui tinggal di gua-gua. Sedangkan spesies Neanderthal tinggal di antara stalagmit di gua Prancis selama zaman es.

Hingga saat ini manusia di Cappadocia, sebuah distrik kuno di Turki tengah yang terletak di dataran tinggi yang gersang, dan terkenal dengan geologinya yang mirip di dunia fantasi, juga hidup di gua-gua buatan mereka. Dengan lanskap pahatan puncak, cerobong asap, dan menara batu, seperti kerajaan bawah tanah seperti yang ada dalam dongeng.

Menurut kabar angin yang populer, semua ini dimulai dengan beberapa ayam yang menghilang. Pada 1963, seorang pria merobohkan ruang bawah tanah rumahnya ketika unggasnya terus hilang. Dia segera menemukan mereka menghilang ke dalam lubang yang tidak sengaja dia buka, dan setelah membersihkan jalan, dia mengikuti mereka masuk.

Dari sana, segalanya menjadi lebih aneh. Pria itu telah menemukan jalan rahasia, jalan bawah tanah yang curam yang mengarah ke labirin ceruk dan koridor lebih lanjut. Ini adalah salah satu dari banyak pintu masuk ke Kota Derinkuyu yang hilang.

Derinkuyu hanyalah salah satu dari ratusan gua tempat tinggal dan beberapa kota bawah tanah di daerah tersebut, dan diperkirakan dibangun sekitar abad ke-8 SM. Gua itu hampir selalu dihuni selama ribuan tahun dengan pusat ventilasi, sumur, gereja, gudang, dan jaringan rumah bawah tanahnya sendiri dan berfungsi ganda sebagai tempat perlindungan darurat hingga 20.000 orang, jika terjadi invasi.

Seperti di Coober Pedy, kehidupan di bawah tanah membantu penduduk di kawasan itu mengatasi iklim kontinental, yang berubah-ubah antara musim panas yang panas dan kering serta musim dingin yang dingin dan bersalju, sementara di luar, suhunya bervariasi dari jauh di bawah nol hingga di atas 30 Celsius di bawah tanah.

Bahkan sekarang, gua buatan manusia di kawasan ini terkenal dengan kemampuan pendinginan pasifnya sebuah teknik bangunan yang menggunakan pilihan desain alih-alih energi untuk mengurangi perolehan dan kehilangan panas. Saat ini galeri dan lorong kuno Cappadocia ditumpuk tinggi dengan ribuan ton kentang, lemon, kubis, dan hasil bumi lainnya yang perlu didinginkan. Mereka sangat diminati, yang baru sedang dibangun.

RelatifTerjangkau

Kembali ke cerita Coober Pedy. Kota ini menjadi kota utama di kawasan itu. Sekilas, ini bisa disalahartikan sebagai pemukiman pedalaman biasa jalannya berwarna merah muda karena debu, dan ada restoran, bar, supermarket, dan pom bensin.

Di punggung bukit yang menghadap ke semua ini adalah satu-satunya pohon di kota itu, sebuah patung yang terbuat dari logam. Coober Pedy sangat kosong. Bangunan-bangunannya sangat luas, dan ada sesuatu yang tidak cocok.

Beberapa ruang hasil penggalian di Coober Pedy, dapat diakses melalui apa yang tampak seperti bangunan kecil biasa. Saat melangkah masuk, lorong bawah tanahnya secara bertahap menampakkan diri. Lainnya lebih jelas di Riba's, sebuah tempat perkemahan di mana orang dapat mendirikan tenda mereka di relung beberapa meter di bawah tanah, pintu masuknya berupa terowongan gelap.

Di Coober Pedy, bangunan bawah tanah harus memiliki kedalaman setidaknya empat meter untuk mencegah atapnya runtuh. Di bawah tanah suhunya selalu nyaman yaitu 23 Celsius. Sementara suhu di tasnya sangat panas panas pada musim panas dan sangat dingin pada musim dingin antara 2 hingga 3 Celsius. Namun di dalam tanah suhu kamarnya tetap sama selama 24 jam sehari, sepanjang tahun.

Selain kenyamanan, satu keuntungan utama dari kehidupan bawah tanah adalah uang. Coober Pedy menghasilkan semua listriknya sendiri. Sebesar 70 persen di antaranya ditenagai oleh angin dan matahari.

"Untuk hidup di atas tanah, Anda membayar sangat mahal untuk pemanasan dan pendinginan, padahal sering di atas 50 Celsius di musim panas," kata Jason Wright, seorang penduduk yang menjalankan usaha dengan nama Riba's kepadaBBC.

Di sisi lain, banyak rumah bawah tanah di Coober Pedy relatif terjangkau. Selama lelang baru-baru ini, rata-rata rumah dengan tiga kamar tidur terjual sekitar 40.000 dollar Australia atau 26.000 dollar AS.

Manfaat lainnya dari ruang bawah tanah adalah bebas serangga dan bebas dari polusi udara dan cahaya. "Ketika Anda sampai di pintu, lalat melompat dari punggung Anda, mereka tidak ingin masuk ke dalam kegelapan dan dingin," kata Wright.

Anehnya, gaya hidup di bawah tanah mungkin juga melindungi dari gempa bumi, yang digambarkan Wright sebagai menghasilkan suara getar yang menggema menjadi crescendo. "Kami sudah mengalami dua kali sejak saya tinggal di sini dan saya bahkan tidak pernah tersentak," kata dia. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top