Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Cerita Asli Dokumenter "In the Name of God: A Holy Betrayal" Disebut Lebih Kejam

Foto : Netflix.

Potongan Adegan “In the Name of God: A Holy Betrayal”.

A   A   A   Pengaturan Font

Serial dokumenter Netflix terbaru yang bertajuk "In the Name of God: A Holy Betrayal" menjadi perbincangan hangat karena menghadirkan kengerian yang dilakukan empat kultus di Korea Selatan. Seakan tak cukup mengerikan, cerita yang ditampilkan dokumenter itu hanya merupakan sebagian kecil dari kejahatan asli yang disebut sutradara sangat tidak nyaman untuk ditonton.

Sang sutradara, Jo Sung-hyun mengatakan bahwa apa yang ditampilkan dalam "In the Name of God: A Holy Betrayal" hanya 10 persen dari seluruh pengalaman mengerikan yang dialami Kim Do-hyeong, seorang profesor Dankook University dan aktivis anti-JMS atau Jesus Morning Star. JMS sendiri merupakan sebuah gereja kontroversial yang ditampilkan secara menonjol dalam tiga episode pertama serial tersebut.

"Saya menyadari bahwa banyak pemirsa merasa tidak nyaman dengan cerita profesor Kim Do-hyeong yang ditampilkan dalam serial ini, tetapi itu hanya sepersepuluh dari pengalamannya selama 30 tahun terakhir," kata sutradara Jo Sung-hyun, seperti dilansir dari Korea Herald.

Jo mengaku ada lebih banyak cerita mengerikan lainnya yang tidak bisa ia angkat ke layar kaca karena akan sangat mengganggu para penonton.

"Ada lebih banyak cerita yang belum terungkap, tetapi saya tidak dapat menyajikan semuanya. Seri yang dirilis sudah cukup mengerikan dan mengganggu bagi sebagian penonton. Sangat sulit untuk menahan diri agar tidak melewati batas," kata sang sutradara.

Ketika ditanya mengapa sutradara memutuskan untuk menyajikan adegan dan rekaman suara tertentu tanpa pemburaman bagian tubuh atau sensor, Jo menekankan bahwa dia ingin menyajikan seluruh kebenaran yang tidak direkayasa.

Sebagai informasi, rekaman tersebut menampilkan beberapa anggota JMS wanita muda dalam keadaan telanjang, menunjuk ke arah kamera di bak mandi memanggil pemimpin JMS untuk bergabung dengan mereka. Hanya wajah mereka yang diberi efek blur.

"Rekaman itu diperlihatkan oleh beberapa penyiar di masa lalu, tetapi Jeong (JMS) mencuci otak para pengikutnya, mengatakan bahwa wanita dalam video itu adalah pelacur yang dibayar dan klipnya telah dimanipulasi," kata Jo.

Sutradara menambahkan bahwa sementara kemudian dipastikan bahwa wanita dalam klip tersebut memang anggota JMS, kelompok pseudo-religius mengklaim bahwa wanita tersebut sebenarnya mengenakan bikini, dan rekaman tersebut direkayasa agar terlihat telanjang.

"Jika kami tidak menampilkan klip atau rekaman suara ini sebagaimana adanya, saya merasa pengikut JMS akan menciptakan cara lain untuk membantah kebenaran dan berpaling darinya," tegas Jo.

Sutradara mengatakan bahwa setelah banyak berdiskusi dengan stafnya dan pejabat Netflix, dia yakin bahwa adegan dan klip audio yang dimaksud harus dimasukkan dalam bentuk aslinya.

Sementara itu, saat wawancara di jaringan televisi lokal, KBS, profesor Kim mengatakan bahwa masih banyak orang yang berusaha melindungi pemimpin JMS, Jeong Myeong-seok yang mengaku sebagai Mesias.

"Beberapa (anggota JMS) juga bekerja di sini di KBS. Sutradara KBS TV dan seorang juru bahasa juga pengikut Jeong," kata Kim selama siaran langsung acara "The Live".

Menanggapi Kim, pihak KBS sendiri mengumumkan akan menyelidiki masalah tersebut dan mengambil tindakan lanjutan yang diperlukan.

Jo bersikeras bahwa sosok yang seharusnya disalahkan adalah para pemimpin sekte dan bukan pengikut mereka. Ia mengatakan bahwa mereka yang tampil dalam serial tersebut harus diberi tepuk tangan atas keberanian dan keberanian mereka.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top