Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kecelakaan Penerbangan - Kemenhub Pelajari Petunjuk Operasional Boeing-737 Max 8

Cari CVR Lion Gunakan Alat Pendeteksi Sinyal Baru

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Tim Kapal Riset Baruna Jaya I (BJ1) menurunkan alat pendeteksi sinyal baru bernama Acoustic Release Transponder Benthos dari Amerika Serikat (AS). Alat ini khusus untuk mencari cockpit voice recorder (CVR) pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK-LQP yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.

"Alat ini merupakan perangkat oseanografi untuk pencarian dan evakuasi instrumentasi dari dasar laut, di mana evakuasi dapat dipicu dari jarak jauh oleh sinyal perintah akustik," kata Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza, di Jakarta, Jumat (9/11).

Menurut Hammam, alat ini khusus terdiri dari hidrofon atau radio dalam air, baterai, dan lengan evakuasi untuk melepaskan jangkar menggunakan motor listrik torsi tinggi.

Proses pencarian sinyal CVR juga sudah dilakukan dengan menurunkan perahu karet Kapal Riset Baruna Jaya I. Semoga hari ini TIM SAR Baruna Jaya I mendapatkan hasil yang optimal.

Bagian kotak hitam pesawat Lion Air PK-LQP, yakni CVR hingga hari ke-12 pencarian masih belum ditemukan seiring melemahnya sinyal ping dari CVR.

"Hingga kini bagian kotak hitam, yang CVR bunyi ping, ping-nya semakin lemah. Jumat siang ini Tim SAR Lion Air KR Baruna Jaya 1, masih melakukan konfirmasi (pencarian) sinyal CVR yang tertangkap oleh Remotely Operated Vehicle (ROV) BJ1," kata Hammam.

Dibantu Penyelam

Pencarian CVR, tambah Hammam, juga dibantu oleh penyelam yang dilengkapi dengan ping locator dari Basarnas dan bergerak di kedalaman 25 meter di bawah permukaan laut.

Secara terpisah, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Pramintohadi Sukarno mengatakan pihaknya akan mempelajari dan mengevaluasi petunjuk operasional Boeing-737 Max 8 yang diterbitkan oleh otoritas penerbangan sipil AS atau Federal Aviation Administration (FAA).

Pramintohadi mengatakan pihaknya menerima informasi dari Boeing Co tentang telah diterbitkannya Flight Crew Operating Manual Bulletin (FCOM).

"FCOM ini berisi tindakan yang harus dilakukan oleh penerbang saat mengalami kondisi tertentu yang diduga disebabkan adanya erroneous input pada Angle of Attack Censor," katanya.

Di dalam FCOM, pihak Boeing Co menyatakan latar belakang diterbitkannya FCOM berdasarkan informasi yang sejauh ini sudah diperoleh dari kejadian kecelakaan pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK-LQP pada 29 Oktober 2018 yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang.

Pramintohadi menjelaskan petunjuk yang dikeluarkan ini merupakan update dari petunjuk yang telah ada sebelumnya. Dalam FCOM tersebut memang didasari oleh data-data yang diperoleh dari investigasi yang dilakukan KNKT, di mana NTSB AS serta Boeing sebagai pabrikan juga terlibat.

Pramintohadi menjelaskan sehari sebelumnya Ditjen Perhubungan Udara telah berkomunikasi dengan perwakilan FAA di Singapura terkait dengan rencana penerbitan FCOM ini.

Melalui teleconference yang dilakukan Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub dan FAA kemarin, FAA menyampaikan bahwa keluarnya FCOM tersebut diikuti dengan Emergency Airworthiness Directive (AD #: 2018-23-51) the International Community atau CANIC, sebagai konfirmasi dari FAA kepada regulator di negara pabrikannya.

"Dalam CANIC disebutkan penerbitan FCOM dilatarbelakangi informasi yang sejauh ini sudah diperoleh dari kejadian kecelakaan pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK-LQP.

Kami telah menerima konfirmasi pagi tadi bahwa emergency AD telah diterbitkan," kata Pramintohadi. mza/Ant/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Mohammad Zaki Alatas, Antara

Komentar

Komentar
()

Top