
'Capital Outflow' Perlemah Rupiah
Foto:BI berpotensi menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days RR Rate sebesar 25 basis poin ke level 4,5 persen pada akhir tahun guna mengurangi tekanan rupiah yang diprediksi dimulai pada awal triwulan IV-2018.
JAKARTA - Pelemahan kurs rupiah dalam dua bulan terakhir ditengarai karena dipicu terjadinya capital outflow atau dana keluar dari pasar keuangan. Bahkan, pelemahan tersebut diperkirakan masih berlangsung secara bertahap ke depan. Hingga Rabu (21/2), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS secara tahun kalender berjalan atau year to date (ytd) melemah 0,24 persen. Pelemahan terbesar terjadi pada awal Februari 2018 yakni 1,56 persen saat pasar saham dan obligasi bergerak liar menyusul berita baik di pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS).
Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk, Adrian Panggabean, menilai investor asing pada 23 Januari lalu masih mencatat net inflow (aliran dana masuk) di pasar obligasi Indonesia sebesar 44 triliun rupiah, kemudian per 14 Februari 2018 turun drastis menjadi net inflow 15 triliun rupiah. "Itu berarti selama tiga pekan terjadi outflow sekitar 29 triliun rupiah. Di pasar saham pun terjadi gejolak walaupun relatif terbatas," kata Adrian.
- Baca Juga: Kemendag Bahas Stabilisasi Harga
- Baca Juga: Harga Ikan Stabil
Net outflow di pasar saham terus terjadi bahkan sejak awal 2018. Per 14 Februari lalu, net outflow tercatat hampir tujuh triliun rupiah. Dampak langsung dari pergerakan portofolio tersebut, jelas Adrian, adalah pada kurs rupiah yang telah terdepresiasi 0,24 persen dan pelemahan terbesar yakni 2,63 persen terjadi dalam kurun tiga minggu sejak 26 Januari sampai 14 Februari, di mana rupiah bergerak dari kisaran 13.300 ke level 13.650 per dollar AS.
Kendati demikian, dalam periode sama, indeks dollar (DXY) sebetulnya melemah 2,7 persen secara ytd. Pelemahan itu bila dilihat secara ytd sampai tanggal 21 Februari, dibarengi dengan penguatan mata pounsterling 3,57 persen, euro 2,72 persen, yen 4,62 persen, dollar Australia 0,65 persen, dollar Singapura 1,24 persen, ringgit 3,54 persen, dan baht Thailand 3,37 persen.
Pelemahan Gradual
Dalam kesempatan terpisah, Head of Economic & Research PT United Overseas Bank ( UOB) Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, mengatakan pelemahan rupiah akan berlangsung secara gradual terutama dipicu oleh pelebaran defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD). "Kalau CAD minus, artinya kita butuh dollar," kata Enrico.
Dari eksternal, jelas Enrico, sinyal Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) menaikkan bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) sebanyak tiga kali tahun ini sudah hampir pasti dilakukan, bahkan berpotensi menjadi empat kali. Sementara itu, perolehan devisa ke dalam negeri melalui ekspor komoditas tidak bisa berlangsung dengan cepat.
Dia bahkan memperkirakan, Bank Indonesia (BI) berpotensi menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days RR Rate 0,25 persen ke level 4,5 persen pada akhir tahun. Bahkan, tekanannya akan dimulai pada awal triwulan IV-2018.
bud/E-10
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Vitto Budi
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Polresta Cirebon gencarkan patroli skala besar selama Ramadhan
- 2 Negara-negara Gagal Pecahkan Kebuntuan soal Tenggat Waktu Laporan Ikim PBB
- 3 Kota Nusantara Mendorong Investasi Daerah Sekitarnya
- 4 Ini Klasemen Liga 1 Setelah PSM Makassar Tundukkan Madura United
- 5 Pemerintah Kabupaten Bengkayang Mendorong Petani Karet untuk Bangkit Kembali
Berita Terkini
-
Kemenekraf Dukung Heli Expo Asia 2025 Promosikan Indonesia Pusat Inovasi
-
Menperin: Manufaktur Tumbuh dan Menyerap Tenaga Kerja Baru Lebih Banyak Dari PHK
-
Ini Kontrak Baru Tijjani Reijnders di AC Milan
-
Waduh! Laga Persija vs PSIS Ditunda Akibat Banjir di Bekasi
-
Asyik Mancing Saat Banjir di Pejaten, Warga Dapat Lele Dumbo