Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jumat, 23 Feb 2018, 05:00 WIB

'Capital Outflow' Perlemah Rupiah

Foto:

BI berpotensi menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days RR Rate sebesar 25 basis poin ke level 4,5 persen pada akhir tahun guna mengurangi tekanan rupiah yang diprediksi dimulai pada awal triwulan IV-2018.

JAKARTA - Pelemahan kurs rupiah dalam dua bulan terakhir ditengarai karena dipicu terjadinya capital outflow atau dana keluar dari pasar keuangan. Bahkan, pelemahan tersebut diperkirakan masih berlangsung secara bertahap ke depan. Hingga Rabu (21/2), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS secara tahun kalender berjalan atau year to date (ytd) melemah 0,24 persen. Pelemahan terbesar terjadi pada awal Februari 2018 yakni 1,56 persen saat pasar saham dan obligasi bergerak liar menyusul berita baik di pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS).

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk, Adrian Panggabean, menilai investor asing pada 23 Januari lalu masih mencatat net inflow (aliran dana masuk) di pasar obligasi Indonesia sebesar 44 triliun rupiah, kemudian per 14 Februari 2018 turun drastis menjadi net inflow 15 triliun rupiah. "Itu berarti selama tiga pekan terjadi outflow sekitar 29 triliun rupiah. Di pasar saham pun terjadi gejolak walaupun relatif terbatas," kata Adrian.

Net outflow di pasar saham terus terjadi bahkan sejak awal 2018. Per 14 Februari lalu, net outflow tercatat hampir tujuh triliun rupiah. Dampak langsung dari pergerakan portofolio tersebut, jelas Adrian, adalah pada kurs rupiah yang telah terdepresiasi 0,24 persen dan pelemahan terbesar yakni 2,63 persen terjadi dalam kurun tiga minggu sejak 26 Januari sampai 14 Februari, di mana rupiah bergerak dari kisaran 13.300 ke level 13.650 per dollar AS.

Kendati demikian, dalam periode sama, indeks dollar (DXY) sebetulnya melemah 2,7 persen secara ytd. Pelemahan itu bila dilihat secara ytd sampai tanggal 21 Februari, dibarengi dengan penguatan mata pounsterling 3,57 persen, euro 2,72 persen, yen 4,62 persen, dollar Australia 0,65 persen, dollar Singapura 1,24 persen, ringgit 3,54 persen, dan baht Thailand 3,37 persen.

Pelemahan Gradual

Dalam kesempatan terpisah, Head of Economic & Research PT United Overseas Bank ( UOB) Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, mengatakan pelemahan rupiah akan berlangsung secara gradual terutama dipicu oleh pelebaran defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD). "Kalau CAD minus, artinya kita butuh dollar," kata Enrico.

Dari eksternal, jelas Enrico, sinyal Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) menaikkan bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) sebanyak tiga kali tahun ini sudah hampir pasti dilakukan, bahkan berpotensi menjadi empat kali. Sementara itu, perolehan devisa ke dalam negeri melalui ekspor komoditas tidak bisa berlangsung dengan cepat.

Dia bahkan memperkirakan, Bank Indonesia (BI) berpotensi menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days RR Rate 0,25 persen ke level 4,5 persen pada akhir tahun. Bahkan, tekanannya akan dimulai pada awal triwulan IV-2018.

bud/E-10

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Vitto Budi

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.