Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penyerapan Jagung I Hasil Panen Jagung dari Petani Akan Dibeli Seharga Rp3.150/ Kg sesuai HPP

Bulog Petakan Sentra Produksi

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Perum Bulog akan menyerap kelebihan cadangan jagung yang ada di daerah panen untuk disuplai ke daerah yang defisit stok jagung.

Jakarta - Perum Bulog terus mematangkan persiapan untuk menyerap hasil panen jagung di sejumlah sentra produksi. Untuk itu, lembaga stabilisator tersebut tengah memetakan sejumlah daerah yang akan mengalami panen jagung yang nantinya dapat menjadi stok untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak.

"Bulog diperintah beliau (Presiden Joko Widodo) untuk menyiapkan penyerapan jagung yang nanti dipanen dari masa panen yang diperkirakan Februari. Sudah panen di Garut, salah satunya. Namun, tak hanya di Garut saja," kata Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, usai menemui Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (24/1) sore.

Menurut Budi, Bulog akan menyerap kelebihan stok jagung yang ada di daerah panen untuk disuplai ke daerah yang defisit stok jagung. Dia menjelaskan pihaknya akan membeli jagung dari petani dengan harga 3.150 rupiah per kilogram sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Selain itu, Budi menjelaskan impor 30 ribu ton jagung belum masuk ke Indonesia karena menanti perkembangan kondisi panen jagung dalam negeri. "Jangan sampai kita berlebihan. Kedua, waktu kami impor, jangan sampai kita bertepatan dengan panen," kata Budi.

Bulog mendapat jatah impor jagung 99.000 ton dari total yang dipesan 100.000 ton, yakni sesuai izin impor jagung yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan pada Desember 2018.

Seperti diketahui, Bulog akan menyerap jagung hasil produksi petani, menyusul panen raya yang digelar selama empat bulan pertama tahun ini. Nantinya, jagung yang disimpan itu akan menjadi stok penyangga mengantisipasi penurunan hasil panen pada Oktober mendatang.

Khusus berkenaan dengan anggarannya, Bulog tidak memiliki alokasi khusus untuk program serapan jagung. Bulog akan mengandalkan pinjaman perbankan untuk menjalankan tugas tersebut.

Perhatikan Cuaca

Sementara itu, Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan faktor cuaca yang dinilai sangat esensial dalam rangka meningkatkan produktivitas jagung nasional.

"Contohnya pada 2009/2010, produktivitas jagung nasional turun sebesar 0,45 persen dari periode sebelumnya akibat El Nino. Hal ini pada akhirnya menyebabkan tertundanya musim tanam pertama selama dua bulan," kata Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Assyifa Szami Ilman, di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, cuaca adalah faktor yang sangat menentukan dalam produksi jagung Tanah Air karena cuaca buruk dapat menyebabkan tertundanya musim tanam. Bila terjadi fenomena cuaca buruk, lanjutnya, maka tertundanya musim tanam jagung dapat menghambat pertumbuhan yang optimal dari komoditas tersebut.

Untuk itu, pemerintah sebaiknya mengevaluasi program Upaya Khusus (Upsus) yang sudah dijalankan sejak 2015 dengan menghentikan pemberian benih jagung hibrida untuk daerah-daerah yang sudah memiliki pasar jagung kuat.

Dia berpendapat bahwa daerah pasar jagung kuat adalah daerah yang petani jagungnya lebih suka menggunakan benih jagung hibrida non subdisi yang berkualitas tinggi daripada benih Upsus.

"Program ini juga sebaiknya dihentikan pada daerah dengan pasar jagung lemah karena petani di pasar ini umumnya tidak menjadikan budidaya jagung sebagai prioritas dan mata pencaharian mereka. Namun, program Upsus efektif diberikan di daerah dengan pasar jagung semi kuat untuk memperkenalkan penggunaan benih jagung hibrida pada petani yang belum pernah menggunakannya," jelasnya.

Ilman mengingatkan bahwa dalam masa peralihan dari benih tradisional ke benih hibrida, pemerintah harus tetap hadir memberikan dukungan, salah satunya adalah dengan bekerja sama dengan pihak swasta untuk memperbaiki proses pascapanen. Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top