![Bola, Bola, Bola](https://koran-jakarta.com/images/article/phpax7gkg_resized.jpg)
Bola, Bola, Bola
![Bola, Bola, Bola](https://koran-jakarta.com/images/article/phpax7gkg_resized.jpg)
Supaya jangan dibiarkan dan akhinya jatuh. Getaran itu mulai dengan kepengurusan, pembayaran pemain, sampai dengan bagaimana pembeli tiket tak perlu antre panas-panas. Justru yag terakhir ini, hal kecil ini bisa untuk mendeteksi keberesan-atau ketidakberesan dalam sebuah organisasi.
Kan pembeli tiket pertandingan yang potensial, yang mendirikan fans club pendukung ditelantarkan. Dan sesungguhnya cara mengelola sepak bola sudah diajarkan ratusan (!) tahun lalu, dan terbuka untuk dipraktikkan, untuk belajar dari negara lain. Arti lain: tak ada rahasia, tak jampi-jampi yang dikuasai suatu negara. Bahkan untuk pemain kaliber dewa sekalipun, asal cocok harga, bisa main di sini. Juga pelatih yang paling kenamaan sekalipun.
Tapi, kenapa di negeri ini sepak bola berada di titik nadir dan memalukan-termasuk tawuran di lapangan, termasuk korban meninggal, seakan kutukan tak putus-putus? Banyak analisis yang mencoba menjelaskan secara rinci dan secara ilmiah, dan tekad memperbaiki. Namun mentok.
Sekarang? Sekarang saatnya bangkit, bersih, berprofesional. Karena sekarang ini era kebaikan menemukaan saatnya. Karena sekarang ini bisa dibuktikan bahkan kereta api bisa bagus, aman, lancar. Bahwa stasiun kereta pun pedagang kaki lima bisa terib. Juga pasar tradisional yang kumuh, bisa tersulap elok: sehat, menarik, dan murah.
Sekarang saatnya sepak bola mengikuti arus yang benar. Dengan orang-orang baru, dengan kesadaran penuh kita semua bisa maju, bisa baik, bisa menyelenggarakan pertandingan, bisa memberikan kebanggaan.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya